Ada
yang Hilang Dibalik Wacana Classroom
Discourse
Seperti
masakan yang kurang bumbu. Bahkan kurang garam dalam masakan itu. Itulah yang
Mr Lala katakana dalam isyarat lain bahwasannya critical review yang kami buat
tampaknya tak berasa. Bahkan kita memasuki gerbong yang salah. Wah, salah resep
sepertinya. Hal ini merupakan hal yang sangat crucial sekali. Untuk menghindari
hal seperti itu, kita dituntut untuk menyiapkan bahan-bahan dengan matang agar
cita rasa masterpiece kita tidak salah resep bahkan tidak bercita rasa.
Tidak
mempunyai cita rasa itu sangat tidak enak sekali. Memang benar cita rasa suatu
masakan itu sangat diperlukan, apalagi dalam sebuah tulisa. Sangat penting
sekali!! Seperti tugas saya pada pertemuan kemarin yang kurang memiliki cita
rasa yang tinggi. Bahkan saya salah memasuki bumbu-bumbu itu dalam tulisan
saya.
Yang
bertem’akan’ Classroon Discourse wacana miliknya Bapak Chaedar yang sungguh
luar biasa ini, membuat saya terlena oleh wacana beliau. Yang akhirnya saya
salah memasuki bumbu ke dalam masterpiece saya. Yang seharusnya membahas
Classroom Discourse, akan tetapi saya lebih banyak membahas mengacu pada
Rligion Harmoninya. Seharusnya antara dua topic tersebut harus dikaitkan satu
sama lain.
Ada
yang hilang nih dari classroom Discourse!!!!
Yes
certainly, pertemuan minggu kemarin, tulisan critical review kami yang membahas
tentang judul diatas banyak sekali kekurangannya. Diantaranya adalah hilangnya
wacana Classroom Discourse. Seharusnya itu adalah hal yang paling terpenting. Perbedaan
agama dan kerukunanlah yang lebih mendominasi pada tulisan kami.
Nampaknya
banyak sekali sesuatu yang hilang dalam tulisan saya?
Of
course, critical review saya yang paling mengecewakan. Banyak sekali
kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi. Kekurangan akibat salah memasukan
racikan bumbu pada masterpieces saya. Mungkin hal ini akibat ketidak
hati-hatian ketika membaca wacana miliknya Bapak Chaedar.
Yang
pertama, dalam tulisan saya tidak membahas sepenuhnya tentang Classroom
Discourse. Saya lebih membahas pada kerukunan umat beragama. Seharusnya saya
bisa mengaitkan antara dua topic besar itu. Karena kedua-dunya sangat penting
untuk disajikan.
Yang
kedua, banyak sekali paragraph yang tidak penting untuk dimasukan kedalam
tulisan saya. Rasanya sangat useless sekali ketika sudah menulis
berlembar-lembar, tetapi dalam teks itu tidak berisi penuh(kopong).
Yang
ketiga, antara paragraph satu dengan paragraph yang lainnya belum terhubung
dengan baik. Ada beberapa paragraph yang tidak nyambung dan perlu dibuang.
Yang
terakhir, dalam critical review yang saya buat, belum mempunyai sebuah pondasa
yang kokoh. Saya belum menemukan jati diri saya pada tulisan iitu. Saya tidak
mempunyai pendirian kerika mengkritik sebuah wacana miliknya Bapak Chaedar itu.
Seharusnya sebagai critikus saya harus punya pendirian yang kuat.
Ketika
berkoar-koar masalah classroom discourse, perlu kita ketahui bahwa classroom
discourse merupakan gabungan penting dari notion yang berisikan teks dan
konteks. Dalam ssegi konteks ini classroom discourse disebut sebagai tempat
suci yang tidak bisa dijamah oleh orang sembarangan.
Classroom
Discourse ini memang sangat penting untuk di terapkan. Hal ini diperkuat oleh
pendapatnya Betsy bahwa:
1. insight
gained from classroom discourse analysis have enhanced mutual understanding
between teacher and students.
2. By
analzing classrrom discourse themselves, teacher have been able to understand
local differences in classroom talk-going beyond stereotypes or other culture
generalization.
3. When
teachers analyze discourse in their own classroom, academic achievement
improves
4. The
process of doing classroom discourse analysis can itself foster an intrinsic
and lifelong love for the practice of teaching and its general life-affirming
potential.
Semua point-point di atas merupakan
hal yang penting untuk menerapkan classroom discourse tersebut. Akan mudah
sekali ketika sudah berhasil menerapkan classroom discourse, karena ketika
penerapan itu berhasil, tidak dipungkiri kerukunan agama pun akan meningkat.
Inilah peranan penerapan yang sangat penting, karena bermula dari Classroom
discourse yang akan menciptakan keharmonisasian dalam hidup dan rukun,
sejahtera selamanya.
Satu hal yang patut kita ketahui,
classroom discourse itu bersifat formal. Hal ini dapat dilaksanakan dalam
sebuah interaksi yang sifatnya complex antar guru dan siswanya. Penerapan ini
merupakan hal yang sangat strategis karena penerapan ini dilakukan pada setiap
individumasing-masing.
Itulah sedikit potret mengenai
classroom discourse. Ternyata memang sangat penting sekali untuk diterapkan
demi mendapatkan kerukunan yang begitu didamba-dambakan dalam kehidupan social.
Adanya penerapan classroom discourse di kelas juga, dapat memberikan dampak
yang bagus bagi siswa dan gurunya. Classroom Discourse dan Religion Harmony
adalah sesuatu hal yang bagus untuk dikombinasikan dalam penerapannya, agar
menciptakan kerukunan antar umat manusia.