class review 4

Ada yang Hilang Dibalik Wacana Classroom Discourse
Seperti masakan yang kurang bumbu. Bahkan kurang garam dalam masakan itu. Itulah yang Mr Lala katakana dalam isyarat lain bahwasannya critical review yang kami buat tampaknya tak berasa. Bahkan kita memasuki gerbong yang salah. Wah, salah resep sepertinya. Hal ini merupakan hal yang sangat crucial sekali. Untuk menghindari hal seperti itu, kita dituntut untuk menyiapkan bahan-bahan dengan matang agar cita rasa masterpiece kita tidak salah resep bahkan tidak bercita rasa.
Tidak mempunyai cita rasa itu sangat tidak enak sekali. Memang benar cita rasa suatu masakan itu sangat diperlukan, apalagi dalam sebuah tulisa. Sangat penting sekali!! Seperti tugas saya pada pertemuan kemarin yang kurang memiliki cita rasa yang tinggi. Bahkan saya salah memasuki bumbu-bumbu itu dalam tulisan saya.

Yang bertem’akan’ Classroon Discourse wacana miliknya Bapak Chaedar yang sungguh luar biasa ini, membuat saya terlena oleh wacana beliau. Yang akhirnya saya salah memasuki bumbu ke dalam masterpiece saya. Yang seharusnya membahas Classroom Discourse, akan tetapi saya lebih banyak membahas mengacu pada Rligion Harmoninya. Seharusnya antara dua topic tersebut harus dikaitkan satu sama lain.
Ada yang hilang nih dari classroom Discourse!!!!
Yes certainly, pertemuan minggu kemarin, tulisan critical review kami yang membahas tentang judul diatas banyak sekali kekurangannya. Diantaranya adalah hilangnya wacana Classroom Discourse. Seharusnya itu adalah hal yang paling terpenting. Perbedaan agama dan kerukunanlah yang lebih mendominasi pada tulisan kami.
Nampaknya banyak sekali sesuatu yang hilang dalam tulisan saya?
Of course, critical review saya yang paling mengecewakan. Banyak sekali kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi. Kekurangan akibat salah memasukan racikan bumbu pada masterpieces saya. Mungkin hal ini akibat ketidak hati-hatian ketika membaca wacana miliknya Bapak Chaedar.
Yang pertama, dalam tulisan saya tidak membahas sepenuhnya tentang Classroom Discourse. Saya lebih membahas pada kerukunan umat beragama. Seharusnya saya bisa mengaitkan antara dua topic besar itu. Karena kedua-dunya sangat penting untuk disajikan.
Yang kedua, banyak sekali paragraph yang tidak penting untuk dimasukan kedalam tulisan saya. Rasanya sangat useless sekali ketika sudah menulis berlembar-lembar, tetapi dalam teks itu tidak berisi penuh(kopong).
Yang ketiga, antara paragraph satu dengan paragraph yang lainnya belum terhubung dengan baik. Ada beberapa paragraph yang tidak nyambung dan perlu dibuang.
Yang terakhir, dalam critical review yang saya buat, belum mempunyai sebuah pondasa yang kokoh. Saya belum menemukan jati diri saya pada tulisan iitu. Saya tidak mempunyai pendirian kerika mengkritik sebuah wacana miliknya Bapak Chaedar itu. Seharusnya sebagai critikus saya harus punya pendirian yang kuat.
Ketika berkoar-koar masalah classroom discourse, perlu kita ketahui bahwa classroom discourse merupakan gabungan penting dari notion yang berisikan teks dan konteks. Dalam ssegi konteks ini classroom discourse disebut sebagai tempat suci yang tidak bisa dijamah oleh orang sembarangan.
Classroom Discourse ini memang sangat penting untuk di terapkan. Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Betsy bahwa:
1.      insight gained from classroom discourse analysis have enhanced mutual understanding between teacher and students.  
2.      By analzing classrrom discourse themselves, teacher have been able to understand local differences in classroom talk-going beyond stereotypes or other culture generalization.
3.      When teachers analyze discourse in their own classroom, academic achievement improves
4.      The process of doing classroom discourse analysis can itself foster an intrinsic and lifelong love for the practice of teaching and its general life-affirming potential.
            Semua point-point di atas merupakan hal yang penting untuk menerapkan classroom discourse tersebut. Akan mudah sekali ketika sudah berhasil menerapkan classroom discourse, karena ketika penerapan itu berhasil, tidak dipungkiri kerukunan agama pun akan meningkat. Inilah peranan penerapan yang sangat penting, karena bermula dari Classroom discourse yang akan menciptakan keharmonisasian dalam hidup dan rukun, sejahtera selamanya.
            Satu hal yang patut kita ketahui, classroom discourse itu bersifat formal. Hal ini dapat dilaksanakan dalam sebuah interaksi yang sifatnya complex antar guru dan siswanya. Penerapan ini merupakan hal yang sangat strategis karena penerapan ini dilakukan pada setiap individumasing-masing.

            Itulah sedikit potret mengenai classroom discourse. Ternyata memang sangat penting sekali untuk diterapkan demi mendapatkan kerukunan yang begitu didamba-dambakan dalam kehidupan social. Adanya penerapan classroom discourse di kelas juga, dapat memberikan dampak yang bagus bagi siswa dan gurunya. Classroom Discourse dan Religion Harmony adalah sesuatu hal yang bagus untuk dikombinasikan dalam penerapannya, agar menciptakan kerukunan antar umat manusia.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment