Keharmonisan
yang Istimewa
(By: Iiz Lailatus Saidah)
Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada [momen]
penemuan
dari apa yang dalam riuh
gelisah dicari..
Berkariblah dengan sepi,
sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai.
Berkariblah dengan sepi
karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak
dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.
(Budi Hermawan)
Kata-kata
mutiara ini adalah pemberian dari dosennya Mr.Lala. Beliau selalu ingat apa
yang dikatakan oleh dosennya itu, beliau juga mengatakan bahwa inilah yang
sedang kita lakukan. Ketika kita menulis harus disaat sepi dan hening, pada
saat itulah inspirasi berlalu lalang dan dalam sepi suara hati lebih nyaring
terdengar jernih.
Senin,
24 februari 2014 pada jam 09.10 adalah pertemuan keempat dalam mata kuliah
writing 4. Pada pertemuan kali ini kita membahas tentang classroom discrouse,
sebelum kita beranjak kepada pembahasan kita Mr.Lala mengingatkan kita agar
fokus kita lebih tinggi lagi dalam mata kuliah ini, karena kita sudah beranjak
kepada level yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu gunung semakin tinggi pula
tantangannya, begitupun dengan writing. Mulai dari sekarang fokus kita harus
lebih tinggi lagi karena tanjakan kita pun makin tinggi dan lubangnya pun
semakin banyak, jadi tingkatkan kefokusan kita.
Beranjak
kepada apa yang yang Mr.Lala sampaikan pada pertemuan kemarin yaitu tentang
classroom discourse. Awalnya kita membahas tentang critical review yang sudah
kami buat sebelumnya, yaitu mengkritik artikelnya Pa Chaedar yang berbicara
tentang “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony”. Beliau menerangkan
bahwa point utama yang harus dikritik yaitu tentang classroom discoursenya
kemudian baru beranjak kepada religious harmony (kerukunan beragama). Akan tetapi
warga PBI-A kebanyakan membahas tentang pendidikan dan keharmonisan
beragamanya, kami salah gerbong untuk masuk kedalam ranah tersebut, disini kami
menyajikan makanan, mungkin resep dan bumbunya pun salah jadi makanan yang kami
hidangkan tidak sesuai dan tidak cocok dilidah Mr.Lala.
Bahan-bahan
yang harus tertera dalam critical review yang pertama adalah classroom
discourse, jadi langkah awal yang harus kita ambil yaitu membahas tentang
classroom discourse. Paparkan pengertian tentang classroom discourse itu
sendiri, sebuah pendidikan apabila ingin menciptakan keharmonisan beragama
yaitu melalui kelas, dikelas anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
Classroom discourse adalah sesuatu yang besar dan situs yang suci, menyangkut
teks dan konteks, dimana dalam kelas itu bukan hanya ada guru dan murid saja.
Betsy Rymes dalam bukunya yang berjudul Classroom Discourse Analysis: A Tool for Critical
Reflection berpendapat
tentang konteks, "Bagaimana sebuah kata yang digunakan tergantung pada konteksnya. Namun, 'konteks' untuk Kelas Analisis
Wacana juga di luar kelas,
dan dalam komponen yang berbeda dari bicara kelas.
Untuk mencakup konteks
yang mempengaruhi apa yang dikatakan dan
bagaimana hal itu ditafsirkan dalam kelas”. Dapat disimpulkan bahwa konteks
sangat penting dalam pengajaran di kelas.
Dalam
classroom discourse harus ada interaksi yang kuat, baik guru dan siswanya
maupun para siswa dengan siswa lainnya. Mengapa harus ada interaksi di dalam
kelas, karena di kelas berbagai siswa berkumpul dalam satu kelas, mereka
berbeda bahasa, budaya, ekonomi, penegtahuan, dan juga pendidikan.
Setiap siswa memiliki
background yang berbeda, didalam satu kelas itu pasti mereka berasal dari
budaya yang berbeda otomatis bahasa mereka pun berbeda. Selain itu pendidikan yang
diajarkan dirumahnya berbeda dan juga tingkatan ekonominya pun berbeda.
Dari perbedaan diatas Betsy Rymes juga mengatakan, “By targeting specific differences in discourse
patterns, this research into cross-cultural communication in classroom contexts
has been able to enhance teachers and students’ mutual understanding –
reconceptualizing deficits as differences, and differences
as resources of learning” . Maksudnya adalah perbedaan yang ada di dalam Classroom
Discourse ini janganlah dijadikan sebagai sumber masalah yang bisa menimbulkan
perselisihan, namun perbedaan inilah yang akan menjadi sumber pembelajaran dan
keharmonisan. Karena dari perbedaan yang ada kita bisa belajar bagaimana
cara menghormati orang lain sehingga terciptalah suatu kerukunan dan keharmonisan yang istimewa.
Ada beberapa aspek yang harus
dibahas dalam classroom discourse yaitu:
1)
Background
2)
Communicative Strategy
3)
Goals-driven
4)
Values,ideologis
Keempat
point tersebut yang menyangkut classroom discourse, dalam paper kita kemarin
tidak ada yang spesifik membahas poin-poin tersebut. Paper saya kemarin dalam
critical review masih sangat jauh untuk ke level yang Mr.Lala inginkan ,
kelemahannya adalah saya tidak membahas tentang classroom discourse tapi
kebanyakan mambahas tentang keharmonisan beragama, saya masih jauh tertinggal
dan saya juga masuk kedalam gerbong yang salah. Tulisan saya sangat jauh sekali
dengan criteria beliau, saya masih harus belajar lebih keras lagi untuk
mencapainya.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa classroom discourse itu penting dan harus
diterapkan sejak dini kepada anak-anak di Sekolah Dasar (SD). Tujuannya adalah
untuk membangun keharmonisan yang istimewa sekaligus membangun kerukunan
beragama. Toleransi adalah bumbu utama dalam religious harmony, oleh karena itu
di dalam kelas harus saling bertoleransi walaupun berbeda-beda tapi jadikan
perbedaan itu sebagai kunci untuk mendapatkan keharmonisan yang istimewa.