4th
Class Review
Mengenal
Jauh Classroom Discourse
(by
Erni Nuro)
Bismillahhirrohmannirrohim,
selalu saya awali kewajibanku dengan menyebut asma Allah agar selalu di beri
kesemangatan dan keberhasilan selalu. Kini masih dalam perjalanan yang kian
curam dan semakin curam. Tak banyak bekal yang ku bawa hanya seikat bahan yang
kan ku jadikan bahan olahan masakan ku nanti. Semoga menjadi makanan yang
mengangahkan konsumen. Aku masih butuh belajar untuk menjadi koki handal.
Meningkatnya
meningkatnya hubungan sosial yang baik antara guru dan siswanya itu dipengaruhi
oleh wawasan yang diperoleh dari analysis classroom discourse (interaksi). Hal ini
dikarenakan mengamati suatu pembicaran yang dapat mengungkapkan pola umum
perbedaan komunikasi antara kelompok yang berbeda. Kemudian interaksi antara
guru dan siswanya itu baik sekali yaitu seperti brgiliran bicara dalam diskusi
dengan memperkenalkan topik. Penggunaan multi bahasa, bercerita yang berbeda.
Classroom
discourse menurut Besty Rymes (2008 : 13) di definisikan sebagai study
bagaiamana bahasa digunakan dan dipengaruhi oleh konteksnya. Di dalam klas
konteks itu meliputi pembicaraan dalam pembelajaran. Definisi yang paling
sederhana adalah “bahasa” (kemampuan untuk di kontekstualisasikan yang akan
dapat menjadi fitur).Konteks dapat
dibatasi oleh batas-batas yang sesuai fisik bahasa di rumah mungkin berbeda dari
bahasa yang sesuai di sekolah , tetapi konteks juga dapat dibatasi oleh batas-batas fisik tidak ,
tetapi oleh batas-batas yang sesuai wacana bahasa dalam pelajaran mungkin berbeda dari
bahasa yang sesuai setelah pelajaran berakhir.
dibatasi oleh batas-batas yang sesuai fisik bahasa di rumah mungkin berbeda dari
bahasa yang sesuai di sekolah , tetapi konteks juga dapat dibatasi oleh batas-batas fisik tidak ,
tetapi oleh batas-batas yang sesuai wacana bahasa dalam pelajaran mungkin berbeda dari
bahasa yang sesuai setelah pelajaran berakhir.
Sedangkan
arti dari Classroomnya itu sendiri adalah konteks yang paling utama dan paling
jelas dalam sebuah wacana. Arti konteks disini diartikan menulis luas dari
pembicaraan kelas, untuk mencakup konteks yang mempebgaruhi apa yang dikatakan
dan bagaimana hal itu di tafsirkan dalam kelas. Meskipun kita tahu banyak
diskusi-diskusi di kelas, akan tetapi maksud dari diskusi ini berbeda dengan
diskusi discourse. Meliputi berbagai kemungkinan yang dapat diterima denag
produktif, melalui pengaturan keluarga atau kelompok (group). Misalnya siswa
disuruh untuk speaking yang panjang, menceritakan kisah-kisah imajenasi dan
lain sebagainya.
Menurutnya
mempelajari mengenai analysis classroom discourse dapat memahami penyebab-penyebab
yang terjadi dikelas seperti sunyi dan aktif. Dengan merekam, melihat, menyalin
dan menganalisi contoh dari classroom discourse, maka akan diketahui mengenai
bagaimana perbedaan dalam gaya komunikasi yang tidak sesuai.
Perbedaan
komunikasi yang dilakukan diruang kelas akan mampu meningkatkan guru dan siswa
dalam sumber daya belajranya. Untuk itu salah satu tujuan serta manfaat dalam
mempelajari analysis classroom discourse adalah untuk memahami secara umum
perbedaan komunikasi antara kelompok-kelompok sosial. Manfaat selanjutnya untuk
mengetahui bagaimana melakukan wacana kelas atau classroom discourse, bukan
hanya menganalisis wacana membaca yang dilakukan orang lain, melainkan dengan
metode guru yang terbaik dalam mempelajari wacana lokal dan selalu merubah pola
kelas yang khusus untuk kelas mereka sendiri.
Muriel
Savill-Troike menunjukan penelitian sosial linguistik, terutama untuk guru
kelas, yaitu “Metide analisis itu lebih
berlaku daripada yang memproduksinya” (1996. 372). Hal ini dikaitkan dengan
ketelitian dalam mengajar. Menurut Besty Rymes (2008 : 10) bahwa hati-hatilah
dalam interaksi kelas serta dalam penataan ulang pembicaraan kita yang sesuai,
karena agar lebih produktif dan inklusif serta akan memberikan konstribusi
untuk keberhasilan siswa. Nasional sertifikasi dewan guru (guru profesional)
juga mengaitkan pola wacana pemahaman di kelas dari hasil prestasi siswa yang
yang sangat tinggi.
Untuk
mengembangkan profesioanal gurunya tersebut maka perlu untuk menggambarkan
berpikir sistematis. Pengajarannya meliputi deskripsi, analisis dan refleksi
interaksi antara guru dan siswanya. Dengan kata lain, untuk menjadi guru yang
profesional serta bersrtifikat maka guru harus mampu untuk berfikir secara
sistematis dalam praktek mereka di kelas serta dari pengalaman mereka (Badan
Nasional Pengajaran Profesioana, www.nbpts.org).
Salah satu peningkatan guru profesional yaitu mempelajari teknik wacana kelas
atau di sebut classroom discourse. Dengan berinteraksi dapat meningkatkan
pengalaman mengajar, dan membuat guru terlibat secara intrinsik dalam kegiatan
profesioanl anda sebagai seorang guru.
Dalam
banyak kasus mengenai penelitian guru dan analisis interaksi kelas. Proses itu
adalah suatu proses yang berharga. Dimana interaksi ini manunjukan bahwa
interaksi dapat menumbuhkan kecintaan seumur hidup mengajar. Rasa komunitas dan
dukungan dapat membuat pengajaran lebih mengisolasi dan mempromosikan dalam
mengajarkan kebiasaan yang secara eksponensial yang leih bermanfaat. Penelitian
Seminar Brookline Guru (Phillips and G 2004) menggambarkan bagaimana berbsgi
pekerjaan melalui analisis wacana kelas dengan guru lain dalam belajar. Dapat membantu
guru dalam mengadapi teka-teki kelas yang tampak sulit. Belajar tentang
perbedaan yang spesifik antara siswa dan guru dalam pola interaksi, belajar
untuk saling memahami pola-pola kelas sendiri. Meningkatkan prestasi siswa dan
penghargaan pribadi, kesenagan intrinsik. Hal-hal seperti ini dapat membantu
guru dalam menciptakan unteraksi yang baik dengan siswanya.
Analisis
discourse memeriksa tiga dimensi yang selalu ada dari bahasa yang digunakan,
yaitu : 1) kelembagaan dan konteks sosial. Norma yang tampaknya mendikte jenis,
hal yang kita dapat lakukan dengan mengatakn dan menerapkannya di kelas,
termausuk menanggapi orang lain; 2) interaksi itu sendiri; 3) perorangan,
lembaga yang mempengaruhi bagaimana struktur dikemas, digunakan dan diambil
dengan cara-cara yang baru yang berpotensi kreatif dalam setiap interaksi
konteks.
Melihat
ketiga dimensi tersbut, ternyata memberikan set pengantar pedoman bagi guru
ubtuk segera mulai merekam dan melihat classroom discourse mereka. Menganalisis
tiga dimensi tersebut dapat memperkenalkan konvensi transkripsi dan menyediakan
contoh bagaimana alat analisis interaksi kelas dapat diterapkan untuk memahami
konteks sosial, konteks interaksional, dan peran setiap instansi. Rymes (2008 :
19).
Melihat
pernyataan-pernyataan yang di paparkan oleh Besty Rymes mengenai classroom
duscourse, dapat di ambil kesimpulan bahwa classroom discourse atau di sebut
interaksi kelas sangatlah penting pengaruhnya bagi guru, lingkungan sosial dan
terkhusus siwa. Karena interaksi yang dimaksudkan disini dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa dalam pendidikannya. Mengajarkan siswa untuk
bersosialisasi, berani, memperoleh pengetahuan yang lebih banyahk, serta dapat
melatih guruny untuk menjadi guru yang profesioanl.