PerjuanganYang
TiadaHenti
Pada
pertemuan minggu kemarin tepatnya pada tanggal 24 februari 2014, adalah pertemuan
yang keempat pada mata kuliah writing and composition
4.Padaminggukemarinsayatidakmengikutimatakuliah Mr. Lala karenasaya beser tateman
saya Idham Kholid mendapat incident saat kita menuju ke kampus.Kita
sudahberusahauntukberangkatlebihawaltidaksepertibiasanya.
Disaat
semuanya sudah terjadi, saya mengambil keputusan untuk tidak mengikuti mata kuliah
Mr. Lala senin kemarin karena waktu yang tidak memungkinkan untuk cepat-cepat sampai
di kampus. Kemudian kami langsung mengirim pesan kepada Mr. Lala untuk mengabarkan
bahwa saya dan Idham pada saat itu tidak bias mengikuti mata kuliah writing and
composition 4. Setelah Mr. Lala selesai mengajar di kelas PBI A, saya langsung menemui
beliau untuk bernegosiasi dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi terhadap kita
berdua. Saya langsung menemui belaiau dikantor dimana Mr. Lala beristirahat dan
berinteraksi dengan temannya yang baik hati dan tidak sombong.
Setelah
semuanya sudah menemui kesepakatan bahwasannya teman-teman dan saya sendiri bias
mengikuti matakuliah Mr. Lala di kelas lain, tepatnya di kelas PBI C. Pada tanggal
24 februari 2014 kita mengikuti mata kuliah writing. Sebenarnya saya sudah merasa
legah ketika hari senin tiba dan berakhir, akan tetapi apa dikata hari senin bukan
hari yang bagus buat saya dan teman saya IdhamKholid. Perasaan masih bimbang dan
tegang sebelum mata kuliah yang satu ini terlewati.
Mr.
Lala masuk kekelas memberikan sebuah materi dan menilai teks kita yang di kirim
lewat blog sebelum mata kuliah dimulai. Beliau memberikan materi pada mahasiswanya
tentang class room discourse dan religious harmony. Pada saat itu mahasiswa tidak
ada yang mengaitkannya antara literasi dan religious harmony. Kita wajib tahu bawasannya
classroom discourse itu adalah campurannya antara teks dan conteks.
Pada
classroom discourse juga mempunyai kata kunci pada interaksi, yang dimaksud berinteraksi
di sini adalah isi-isi dari hal-hal yang berkaitkan dengan suatu ilmu atau biasa
dinamakan ‘classroom discourse’. Ada sebuah alas an mengapa classroom discourse
bersifat complicated, alas an tersebut adalah:
Background:
latar belakang yang berbeda, itu semua yang menyebabkan konflik. Maka dari itu dalam
hal ini yang paling utama adalah bagaimana kita berinteraksi dengan baik dan benar.
Kita juga harus bias berinteraksi dengan keadaan di suatu tempat yang
mayoritasnya agamanya berbeda dengan kita. Jika kita tidak bias mengendalikan diri
kita dalam situasi yang berbahaya, mungkin tidak mungkin, bias terjadi konflik antar
umat beragama. Mr.Lala orang Kristen itu sangatlah licik dan pintae, mereka itu
mengandalkan 3 sistem yang mampu membuat kita memeluk agama tersebut, antara nya
adalah: mereka memaacari, menghamili, dan mengkristenkan pasanganya.
Alasan
kedua, strategi komunikasi yang akan membuatkan kita bias berinteraksi dengannya
man walaupun di daerah yang mayoritasnya berbeda agamanya dengan kita. Dalam
classroom discousi harus memiliki strategi – strategi dalam berkomunikasi yang
harus diterapkan dalam kelas ilmu hukum, maupun diluar kelas dan di sekolah.
Alasan
yang ketigaadalah making practice dan meaning. Dalam konteks ini kita harus benar-
benar sering melakukan praktek berinteraksi didalam maupun di luar kelas,
supaya kita paham dan mengetahui arti dari kedamaian dalam berinteraksi yang
berbeda dengan kita. Dalam alsan yang ketiga ini terdapat beberapa bagian di dalamnya,
antara lain adalah:
Kita
dating ke kelas dengan ideology dalam classroom discourse, karena sangat penting
bagi siswa dan siswi untuk mempunyai arti “maning” yang ideology atau masuk akal,
supaya kita saling paham satu sama lain. Siswa juga harus dilatih untuk mendengarkan
secara aktif dengan, mempertahankan kontak mata langsung, berdiri diam, dan bergiliran
berbicara karena mereka juga harus diajarkan bagaimana untuk menyumbang berpartisipasi
dengan ide – ide mereka yang relawan dengan
apa yang mereka sedang bicarakan.
Disarankan
agar mempromosikan interaksi harus dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan rutin
di kelas khususnya, umumnya di sekolahan. Siswa harus diberik esempatan untuk berinteraksi
dengan satu sama lain melalui dibuatnya belajar kelompok untuk berlatih,
mendengarkan penuh perhatian, berdebat untuk mempersiapkan mereka( parasiswa )
untuk hidup sebagai anggota fungsional dari suatu masyarakat.
Bagian
yang kedua adalah“ value” atau nilai tingkat nilai disiplin kita. Di Negara
kita Indonesia itu tingkat disiplinnya masih jauh dengan tingkat disiplin
Negara-negaralain, sepetiAmerika, China danJepang. Jelasberbedamerekadalah
Negara yang besardanmaju.Di bandingkan dengan Negara kita Indonesia, korupsi dimana-mana
dan masih merajalela, oleh karena itu penduduk Indonesia masih banyak yang
miskin bahkan sampai kelaparan.
Dalam
bukunya Betsy Rayms (2000) lebih mengutamakan pada tekananan alisis dalam
classroom discourse. Tujuan dia menulis buku tersebut hanya untuk memberikan
guru-guru alat untuk menganalisa pembicaraan mereka di dalam kelas. Betsy juga mempuyai
alas an untuk menganalisa hal tersebut. Antara lain adalah wawasan yang di
peroleh oleh wacana didalam kelas itu telah menigkatkan kualitas pemahaman antara
guru dan siswanya. Dengan menganalisa wacana kelas, guru harus mampu memahami perbedaan
local di dalam kelas berbicaram elampaui stereotip atau generalisasi budaya lainnya.
Ketika
para guru menganalisis wacana di kelas pada mereka sendiri, prestasi akademik akan
meningkat, dan proses melakukan analisa wacana kelas dapat dengan sendirinya menumbuhkan
insting dalam praktek mengajar dan meneguhkan potensi alhidupnya. Dalm Betsy
ada dimensi dari classroom discourse, dimensinya adalah pengaruh luas dari konteks sosial yang
mau dikatakan diluar kelas maupun didalam kelas. Tidak hanya apa yang kita
katakan yang fungsinya berbeda tegantung pada konteks sosialnya. Bahasa yang
kitagunakansangatmempengaruhikontekssosial. Begitupun dengan sisial konteksd apat
mempengaruhi bahasa yang kita gunakan, semuanya saling mempengaruhi.