class review 4: Kelas = Tambang Emas


Kelas = Tambang Emas
EDISI CLASS REVIEW MINGGU KE-4 WRITING 4
Untuk mewujudkan cita-cita luhur negara Indonesia yang menginginkan para penerus bangsanya menjadi penguasa dunia dalam bidang apapun, tentu saja harus ada wadah yang disediakan oleh pemerintah Indonesia untuk merealisasikan hal tersebut. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dalam point yang ke empat jelas menginginkan bahwa seluruh lapisan masyarakat di Indonesia harus tanggap dengan perubahan yang terjadi di dunia khususnya dalam sektor teknologi.

Menciptakan generasi-generasi yang berkualitas tentunya berawal dari sebuah sistem pendidikan yang baik. Sistem pendidikan yang mengutamakan budaya literasi akan mudah mengubah lalu lintas peradaban dunia. Bayangkan saja negara Korea yang hari kemerdekaannya hampir sama dengan Indonesia, yaitu 19 Agustus 1945 lebih tua Indonesia dua hari. Harusnya kedua negara ini dua-duanya mampu menjadi negara yang kaya. Namun faktanya, Indonesia tidak mampu merubah diri dari kemiskinan seperti yang dilakukan oleh negara Korea yang kini menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Persamaan kemerdekaan tidak berarti sama dalam hal sudut pandang. Para penduduk korea sangatlah disiplin dan pekerja keras, mereka lebih mengutamakan budaya literasi dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Berbanding 380 derajat  dengan apa yang di lakukan oleh Indonesia yang tidak ada kemajuan yang signifikan. Berkat kegiatan berliterasi, Korea saat ini tidak dianggap sebagai negara miskin lagi, mengingat mereka sudah mampu menciptakan berbagai macam teknologi canggih maupun yang lainnya seperti contoh terciptanya musik K-pop ataupun film-film korea yang saat ini mampu menembus belantika dunia hiburan dunia, bahkan menjadi idola baru warga dunia.
Hal seperti demikian tentunya tidak dapat diraih begitu saja oleh Korea, budaya mereka sangatlah literat yang di di support oleh pemerintahnya. Mereka mampu memasukkan berbagai macam unsur entah kehidupan bersosial dan bermasyarakat ataupun dalam pengembangan sektor teknologi yang di pelajari dalam sebuah wadah dalam dunia sekolah yang spesifiknya biasa kita  sebut kelas. Namun Indonesia justru tidak mampu berbuat demikian, ketika siswa di Indonesia mampu menciptakan mobil misalnya seperti para siswa SMK, karya mereka sama sekali tidak di dukung oleh pemerintah. ANEH.
Menyajikan hidangan dalam hal literasi itu membutuhkan skill yang tinggi dalam tata cara peracikannya. Jika komposisi yang dicampurkan ke dalam bahan yang akan disajikan itu tepat, maka akan menghasilkan suatu cita rasa yang tinggi. Namun sebaliknya, jika komposisi yang dimasukkan ke dalam bahan yang akan disajikan itu salah, maka akan fatal akibatnya untuk dikonsumsi. Tingkat keberhasilan dalam suatu kegiatan berliterasi dapat diukur dengan bagaimana seseorang itu mampu berfikir jauh ke depan dengan tanpa meninggalkan lingkungan sekitarnya untuk menciptakan suatu perubahan yang berarti, entah itu dalam sektor pendidikan, ekonomi, hubungan sosial dan bermasyarakat, dan lain sebagainya.
Untuk mengaplikasikan apa yang diharapkan tersebut diatas tentunya harus dengan nawaitu yang benar dari semua pihak agar tercipta suatu peradaban yang literat melalui pembibitan regenerasi berskala luas serta intensif dan tentunya harus lebih berkualitas. Class room discourse adalah salah satu bentuk dari suatu sistem terpadu karena perannya sebagai produsen utama dalam memproduksi bibit unggul  generasi penerus bangsa, class room discourse di sini harus bisa menyiapkan para siswa penerus bangsa yang diharapkan lebih apik dan literat nantinya.
Senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Mr. Lala Bumela tentang bagaimana pentingnya sebuah kelas untuk pembelajaran  para siswa. Bahkan sangking berartinya sebuah kelas pembelajaran, Beliau sempat menyebut bahwa kelas itu layaknya Sacred Site atau situs suci yang tidak tidak bisa dijamak oleh sembarang orang karena tentunya peserta didik yang ikut di dalamnya sudah melewati berbagai macam ujian dari tahun ke tahun.
Untuk memaksimalkan fungsi dari suatu pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, maka peran dari seorang guru di sini sangatlah berpengaruh. Ketika guru tidak bisa berinteraksi dengan baik dengan para muridnya, maka yang akan terjadi ialah siswa nantinya akan menjadi seseorang yang pasif. Maksud dari nteraksi di sini ialah bagaimana hubungan simbiosis mutualisme antara seorang guru dengan para muridnya harus saling terkoneksi dan terjaga untuk menciptakan suasana kelas yang interaktif.
Menurut Betsy di dalam salah satu bukunya yang berjudul Classroom discourse analysis tahun 2008 bahwa pengajaran di kelas itu harus ada sebuah sistem yang bernama analisa wacana untuk menjadikan seorang siswa aktif dalam pembahasan materi ajar yang di sampaikan oleh guru. Maksud dari analisa wacana di sini adalah studi tentang bagaimana bahasa dipengaruhi oleh konteks yang digunakan. Hal ini sangatlah menarik mengingat komponen yang tersaji di dalam kelas tentunya yang berkaitan dengan para siswa itu pasti berangkat dari background atau latar belakang mereka yang berbeda satu sama lain. Entah itu dalam perbedaan latar belakang budaya, bahasa, ekonomi, politik, maupun agama yang menjadi perbedaan dalam diri para siswa dari suatu sistem yang biasa kita sebut dengan kelas.
Menurut Betsy ada dimensi yang penting dari classroom discourse, dimensinya adalah pengaruh luas dari konteks sosial yang mau dikatakan diluar kelas maupun didalam kelas. Tidak hanya apa yang kita katakana yang fungsinya berbeda tegantung pada konteks sosialnya. Bahasa yang kita gunakan sangat mempengaruhi konteks sosial. Begitupun dengan sisial konteks dapat mempengaruhi bahasa yang kita gunakan, semuanya saling mempengaruhi.
Perlunya konteks yang jelas dalam suatu materi ajar di kelas sangatlah penting, mengingat banyak siswa sekarang ini berfikiran bahwa sekolah merupakan kegiatan yang hanya mencari selembar kertas ijazah saja tanpa memikirkan ilmu apa yang akan ia dapatkan di dalam suatu pembelajaran di kelas nanti. Jauh lebih lanjut Betsy dalam bukunya Classroom discourse analysis tahun 2008  menyatakan  bahwa dalam jas konteks pembicaraannya adalah pelajaran.
Kegiatan para siswa dengan guru harus lebih aktif untuk menghasilkan sebuah hubungan yang terstruktur rapih agar  ketika ia berada di lingkungan masyarakat mampu bersosialisai dengan baik karena ketika di kelas mereka bersosialisasi seperti contoh dengan mempelajari sejarah lambing pendidikan.
Iya, dalam bukunya tersebut, Betsy Rayms (2000) lebih mengutamakan pada tekanan analisis dalam classroom discourse. Tujuan dia menulis buku tersebut hanya untuk memberikan guru-guru alat untuk menganalisa pembicaraan mereka di dalam kelas. Betsy juga mempuyai alasan untuk menganalisa hal tersebut. Antara lain adalah wawasan yang di peroleh oleh wacana didalam kelas itu telah menigkatkan kualitas pemahaman antara guru dan siswanya.
Jadi bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk menciptakan kualitas peserta didik yang siap di terjunkan di lingkungan masyarakat dunia, pengetahuan mereka semua harus terus di pupuk di dalam sebuah kelas yang bermutu. Kualitas baik buruknya dari sebuah kelas dapat diukur dengan jalan tidaknya sebuah interaksi antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa yang saling bersosialisasi menyampaikan pendapatnya masing-masing. Jika hal demikian tidak terjadi, maka dapat dipastikan bahwa penghuni dari kelas tersebut ujung-ujungnya ialah tidak berkonstribusi banyak dalam kegiatan social dan cenderung layaknya orang yang sudah mati karena tidak bisa berkarya apapun.
Kelas yang bermutu ialah ketika para siswanya mampu menemukan jati diri dan menggali potensi diri yang dimiliki untuk diekspos habis-habisan. Kegiatan demikian harus ditampung dengan wadah yang benar seperti kelas di sekolah-sekolah di Indonesia jika warga negaranya ingin maju dan berprestasi di bidang apapun.
Menurut salah satu ulama dari pondok pesantren Lirboyo di Jawa Timur  yaitu Kang Zain, beliau mengatakan bahwa kelas belajar itu merupakan gudang ilmu, maka “ILMU ITU LAYAKNYA TAMBANG EMAS, JIKA KITA INGIN KAYA MAKA GALI-LAH ILMU DIMANAPUN BERADA SEBANYAK MUNGKIN. JIKA MASIH KURANG KAYA, MAKA TERUSLAH MENGGALI TAMBANG ILMU ITU.”

Thank you J
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment