Menulis Bagaikan Bermeditasi
By : Atin
Pada hari Senin,
23 Februari 2014 tepatnya pukul 07.30 adalah pertemuan ke empat pada mata
kuliah Writing 4. Seperti biasa saya akan mengukir tinta diatas kertas putih ini, menuliskan
ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan daalam mata kuliah writing minggu kemaren.
Tanpa basa basi , singkat cerita saya akan menceritakan kembali tentang materi
yang telah dibahas minggu kemarin.
Pertama yaitu
classroom discourse. Dalam classroom discourse atau wacana kelas, erat
kaiatnnya dengan interaksi antara guru dan murid.
Didalam kelas,
guru dan murid tidak dapat dipisahkan mereka selalu berhubungan, antara
keduanya pasti ada sebuah interaksi yang membuat kelas itu complicated atau
rumit. Kemudian dalam menulis, Seperti yang telah dijelaskan oleh Mr. Lala,
bahwa menulis itu seperti bermeditasi. Banyak cara-cara bermeditasi dalam
menulis, misalnya classroom complicated
discrourse dan religions ini
merupakan sesuatu yang besar yaitu :
1.
Siklus yang sangat
suci. Pada siklus ini kita tidak bisa masuk sembarangan karena siklus itu
sangat suci, maka ritual itu dilakukan dengan cara interaksi, dan interaksi itu
perlu diperhatikan. Adapun yag harus diperhatikan dalam interaksi itu antara
lain :
a) Background
Dalam
penulisan tentunya harus ada yang namanya background , dan itu sangat perlu
diperhatikan. Kita juga harus mempersiapkan apa-apa saja isinya ? Bisa kita
ketahui bahwa isinya itu harus ada
cultulre , education dan agama.
b) Communicative
Strategi
Tentunya
dalam interaksi menulis , kita juga harus bisa ngatur strategi yang communicative. Sebelum kita menulis,
kita harus memikirkan strategi seperti apa yang bagus untuk tulisan kita,
strategi itupun harus communicative.
c) Goal
driven
Dari
point ini tujuannya banyak , diantaranya untuk membangun sesuatu yang kita
inginkan dan kita harapkan. Contoh dalam drive misalnya ketika si anak bagus
atau baik di dalam kelasnya, berarti dirumahnya pun si anak juga di didik
dengan baik dan bagus.
d) Volues
? ideologis ? meaning making practice.
Jika
kita melakukan atau ingin mewujudkan sesuatu itu ditujukan dalam values.
Sebelum kita maelakukan sesuatu tentunya kita harus bisa menilai-nilai terlebih dahulu pada sesuatu hal yang kita
inginkan . Ketika kita inginkan melakukan sesuatu itu harus didasari dengan pendidikan. Pendidikan
itu membuat toleransi. Salah satu contoh tolelansi yaitu, ketika orang
berpendapat dan pendapat itu berbeda dengan kita , kita harus bisa menghargai
perbedaan itu. Jika pendapat ia bisa diterima oleh orang lain , kita harus bisa
lapang dada menerimanya.
Selain
harus berlapang dada, kita juga harus menciptkan kerukunan , terutama kerukunan
dalam beragama. Kerukunan dalam beragama bisa dilihat dalam beberapa cara yaitu:
tolerace atau kesabaran maupun kelapangandadaan ketika mendapatkan sesuatu. Kemudian
yang kedua adalah character building ialah pendirian karakter. Kita harus
mempunyai pendiri karakter, yakin pada pendirian kita janagan sampai kita
tergoyahkan oleh orang lain.
Sudah
jelas tentang mutual understanding, bahwa dalam classroom discourse maupun
religious harmony harus adanya toleransi saling menghargai perbedaan pendapat,
sehingga sesuatu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dalam dua area
tersebut local differences, atau perbedaan-perbedaan lokal itu harus dihargai
lebih dahulu. Lalu kenapa kita harus membahas religious harmony? Begitu salah
satu pertanyaan dari Bapak. Menurut Bapak, kita sebagai mahasiswa IAIN bisa
menjaga praktek literasi
Kemudian
selanjutnya dalam pembahasan religious harmony atau kerukunan antar umat
beragama. Dalam religious harmony, ada values (nilai-niali) dan ideologi
(dasar-dasar) yang dipegangnya. Dan semua itu juga harus berujung dimeaning
making practices. Yang dapat saya tangkap dari penjelasan Bapak yang
disampaikan minggu lalu yaitu mengenai proses evolusi (perubahan) dari leader menjadi
kritisi bahkan penulis. Dalam proses evaluasi dari yang tadinya reader menjadi
sesuatu yang lebih dari sekedar itu memang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kemudian
masalah interaksi sangat perlu diperhatikan dan dijaga dengan baik. Interaksi
kita didalam kelas dibangun dengan talk. Cara dosen membangun identitas itu
dengan talk menunjukan identitas diri seorang dosen adalah talk. Mereka
menunjukan kualitas talk mereka masing-masing.
Dapat
disimpulkan bahwa pada saat kita hendak membaca atau menulis, maka teman yang
mengerti kita adalah kesunyian. Karena dalam kesunyian kita dapat melihat diri
kita jernih. Modal untuk menulis itu adalah kejernihan diri kita sendiri. Dan
tugas kita sebagai pelajar adalah memahami antara classroom discourse dan religious
harmony. Dalam classroom discourse yang harus dipahami yaitu interaksi antara
guru dan murid yang membuat kelas itu complicated, yaitu melibtkan background,
comunicative strategis, gold-driven dan meaning making practices. Jika kita
ingin membuat kelas yang complicated, so semua itu perlu diperhatikan dengan
baik.
Ketika
berbicara religious harmony maka didalamnya ada values dan ideologi. Semuanya
juga tetap berujung pada meaning. Kemudian dibahas proses evolusi dari reader
menjadi yang lebih dari reader, dan identitas seorang dosen dikelas itu
diwujudkan di talk. Kemudian kita juga harus bisa mutual understanding dan
lokal dofferences. Intinya kita ahrus saling menghargai perbedaan, dan harus
membangun toleransi sehingga jauh dari konflik.