Singkat
dari Classroom
Minggu lalu merupakan penyerahan
tugas critical review satu. Tugas ini mengkritiki classroom discourse and
religious harmony. Di dalamnya berisikan tentang kerukunan bragama di dalam
kelas. Tugas saya kemarin hampir-hampir sama dengan yang dimaksud walau banyak
yang tidak sesuai dengan topiknya. Banyak dari teman-teman juga yang kasusnya
sama denagn saya, kata Mr. Lala nya sih salah gerbong.
Jelas saja jauh berbeda, tugas saya
yang mengkritik classroom hanya beberapa saja dan di dominasi oleh konflik
antar agama yang saya banyak bahas. Padahal maksud dari Mr. Lala yaitu mengedepankan
classroom discoursenya. Wah jelas gatot (gagal total) walau sedikit mendekati
tapi masih belum jelas saya masuk gerbong mana-mannya mah.
Kekurangan
tugas kritik saya yaitu memperdalam lagi pembahasan pada classromnya. Mulai
dari cara ajar atau pendekatan pada siswanya juga lebih dibahas lagi. Selain
kekurangan bahasan dari isi pada topik classroom discourse nya ada juga pada
susunan topik pertopiknya. Menurut saya sendiri, saya masih kurang
mengorganisasikan struktur topik bahasannya. Dalam artian saya kurang rapih
menyusun topik pada tiap transisi dari topik satu ke topik yang lain.
Pembahasan classroom discourse membuat saya bingung untuk mengarap ide-idenya,
pemahaman saya ternyata tidak sesuai dengan tujuan topik yang dimaksud. Saya
hanya menceritakan pendidikan di sekolah saja, antara perbedaan guru, pendidik
dan juga aplikasinya terhadap siswa sekolah dasar. Pada ktitikan juga terdapat
pembahasan yang menyeleweng seperti membahas konflik dan politik dari segi
pendidikan. Dan itu semua salah.
Dari
kritikan saya yang dapat dibilang gagal total, Mr. Lala menjelaskan maksud atau
poin yang harus dikritik pada artikel pa Chaedar. Beliau menjelaskan tentang
classroom discourse dan religious harmoni dengan tersususn pembahsannya. Dari
pertama beliau membahas tentang classroom discourse terlebih dulu. Pada
clasroom discourse ada beberapa hal pentting yang dapat dibahas pada kritikan
saya. Yaitu, dari calssroom dahulu yang lebih sangat dibahas. Classroom discourse
dihubungkan dengan complicated lalu diaplikasiakan denagn interaksi atau talk.
Dari
interaction dipengaruhi beberapa faktor lainnya, yaitu background,
communication strategies, goal driven (perkembangan potensi) dan values. Pada
background terdapat bebrapa faktor di dalamnya. Yaitu diantaranya language,
education, dan culture.
Language
yang bahas yaitu bahasa yang disampaikan pada siswa dengan baik, sopan dan
mudah dipahami, education yang dapat di bahas dalam classroom discourse ada dua
pendidikan, yaitu pendidikan liberal dan umum, pendidikan yang liberal yaitu
pendidikna ynag berintelektual atau ilmu pengetahuan asli yang disampaikan
guru, namun pendidikan umum yaitu tidak hanya pendidikan yang ilmu pengetahuan
saja tapi juga pendidikan yang berisikan penagajaran norma, ahlak dan
keterampilan yang dapat menjadikan siswa aktif berinreraksi untuk memperkaya
pengetahuan dan interaksi sosialnya di masyarakat. Kemudian culture atau budaya
dari para siswa yang berbesda-beda. Budaya ini yang dapat menjadikan siswa
mengenal banyak budaya dan belajar bertoleransi denga temannya yang bertoleransi
denag temannya yang berbeda budaya.
Selain
background yang dapat dibahas pada critical review ada juaga communication strategies
yaitu dengan contextnya atau cara menagajar yang baik yang dengan siswanya.
Ketiga yaitu goal driven (kembangan potensi), poin ini berhubungan dengan
affecive dan psikomotorik pada siswanya. Hal ini dapat membantu siswa terasah
kemampuan lewat media atau aspek lain ynag tidak hanya aktif dan pintar dalam
teori pengetahuan tulis baca tapi juaga dapat membanttu siswa pintar dengan
cara atau jalan lainnya seperti affektif dan psikomotorik.
Kemudian
cara berikutnya values atau kedisiplinan siswa terhadap aturan kelas. Ada
juga (ideologis) yang artinya dapat
mempertentangkan yang berdeda menurut keyakinan. Values dapat diartikan
negosiation praktis. Setelah empat aspek pendukung terciptanya classroom
discourse maka akan atau barulah masuk ke ranah religious. Religious dibagi
algi menjadi dua aspek penting bagiannya yaitu tolerance dan character.
Tolerance atas teman yang berbeda agana atau dengan budaya masing-masingnya dan
character yang berbeda pada tiap individunya jika menjadi guru tentu karakter
siswa perlu diketahui agar hubungan keduanya tersamapi baik.
Hal-hal
tersebut diatas merupakan poin yang benar yang harus saya sampaikan pada
critical review saya yang masih belum jelas benar maksud dan tujuan arah dari
yang akan disamapikan. Semestinya tataan topik critical review saya menjelaskan
empat aspek pokok penting classroom discourse yaitu background, communication
strategies, goal driven dan value yang semuanya tersusun sesuai dengan
pembahasannya.