Class review 4
Variasi dalam konteks
Terik matahari begitu menyengat kulitku,
sehingga aku harus mempercepat langkahku untuk segera sampai di kelas. Aku berjalan
menyusuri jalan dari tempat aku menuju gerbang peperangan yang lumayan cukup
membuat keringat membasahi tubuhku yang kecil. Sampai sudah aku dipintu gerbang
untuk siap memerangi semua yang ada di depan mata, buku, pena, serta alat-alat
perang lainnya telah aku persiapkan sebelumnya. Aku duduk bersama teman-temanku
yang sudah siap dengan apa yang akan diberikan oleh pemimpin kita untuk
memerangi dunia (writing), yang dimana kita akan kembali menyelami dan
jari-jari kita harus kembali menari setelah beberapa hari yang lalu
beristirahat.
Hari
ini beliau masih menjelaskan tentang class room discourse yang dimana hasil
latihan kita telah di lihat sejauh mana kita berlatih dan sejauh mana pemikiran
kita dan adakah keseriusan dalam mengikuti peperangan ini. Peperangan yang
membutuhkan semangat yang tinggi dan tenaga yang kuat untuk bisa lolos dalam
peperangan nanti. Berperang dalam dunia writing, harus mempunyai banyak cara
dan tanggapan yang kuat untuk mengkritik sebuah artikel-artikel yang telah
diberikan oleh beliau. Tak banyak dari kita yang mendapatkan komentar yang
pahit, tapi bukan berarti kita harus berkecil hati, tetapi dengan
komentarnya beliau kita dapat merubah
dan memperbaiki hasil kita supaya lebih baik dan bisa mendapatkan komentar yang
manis dari beliau.
Empat
pertemuan sudah kita lalui, rintangan dan hambatan masih bisa kita hadapi, tapi
entah apa yang akan terjadi esok. Masih sanggupkah kita mengikuti peperangan
ini, yang begitu menguras tenaga dan pola pikir yang kuat. Masih sanggupkah kita
memberikan hasil peperangan kita dengan baik. Dan masih sanggupkah kita menjadi
masterpieces yang kita inginkan dan beliau harapkan. Entahlah, kita berharap
kita bisa melakukannya dengan baik sehingga kita bisa menjadi seorang yang
tangguh dan berani. Tidakkah kita tau bahwa kekuatan dalam berperang adalah
sebuah kekompakan, keberhasilan dalam berperang adalah kekompakan dan semangat
juang yang tinggi.
Masih
adakah semangat ini dalam diri kita, masih adakah kekompakan dalam diri kita,
serta masih adakah rasa saling peduli dan rasa saling bahu membahu. Sehingga
kita dapat menyelesaikan peperangan ini dengan bersama-sama tanpa harus ada
kekecewaan dari pihak manapun, dan tanpa ada seseorang dari antara kita yang
mundur.
Literasi
something will do (Hayland), masih membahas tentang literasi yang dimana
pertemuan minggu kemarin kita membuat critical review tentang class room
discourse, yang didalamnya adalah menjelaskan tentang apa yang terjadi pada
lingkungan di sekitar kita. Discourse ada dua content yaitu “text” dan
“konteks.” Class room adalah sesuatu yang sangat complicated yang mampu
berinteraksi dengan teman sebaya. Kenapa complicated? Alasannya adalah kita
bisa melihat dari background, communicative strategies, goal-driven, meaning making practies (ideology valve).
Background maksudnya adalah latar belakang
dari seorang guru dan murid yang meliputi, language, social culture, dan
ekonomi. communicative strategies yaitu komunikasi dalam berbicara, maksudnya
adalah murid dapat berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya. Gold-driven
adalah dimana seorang siswa harus mampu aktif ketika berada di kelas atau di
luar kelas, yaitu berhubungan dengan afektif siswa, kemampuan kognitif siswa,
dan kemampuan psikomotoriknya yang harus dikembangkan di kelas bahkan
dirumahpun akan lebih bagus. Dengan perbedaan-perbedaan inilah yang terlihat
dalam wacana kelas sehingga disebut dengan complicated. Dan terakhir yaitu meaning making practices.
Religious harmony yaitu kerukunan antar umat beragama dalam religious harmony
ada values atau nilai-nilai dan ideology (dasar-dasar) yang dipegangnya.
Lalu apa sih class room discourse itu?
Bagaimana dan mengapa class room discourse? Hal itu terdapat dalam buku class
room discourse analysis by Betsy Rymes tahun 2008, sebenarnya yang dimaksud
dengan class room discourse analysis is one way to take the anthropological
perspective because it provides the tools needed to step outside our own
position in interaction in class room and see multiple slide of any discussion,
cover, lesson and so on. Alasan yang sangat penting untuk membangun atau
mempraktekan class room discourse analysis adalah supaya guru dapat memahami
masalah apa yang terjadi didalam kelas. One goal is understanding those
multiple voices and the people behind them.
Ada beberapa cara dalam class room
discourse yaitu, recoding, viewing, transcribing, analyzing instances in class
room and so on. Tak hanya itu saja, akan tetapi ada beberapa manfaat dalam
mempelajari analisis wacana kelas yaitu, untuk memahami, secara umum, perbedaan
komunikasi antara kelompok-kelompok social. belajar bagaimana melakukan
analisis wacana kelas ( bukan hanya analisis wacana membaca dilakukan oleh
orang lain ) adalah bahwa setelah dilengkapi dengan analisis wacana metode, guru
terbaik terletak untuk mempelajari wacana lokal dan selalu berubah pola khusus
untuk kelas mereka sendiri. Sebagai sociolinguist Muriel Saville - Troike
memiliki menunjukkan tentang penelitian sosiolinguistik , mungkin bahwa untuk
guru kelas “Metode analisis bahkan lebih berlaku daripada produk” ( 1996, hal.
372, penekanan ditambahkan)
Fungsi wacana berbeda di konteks
yang berbeda Definisi kami tentang wacana sebagai bahasa di gunakan didasarkan
pada ide-ide dari fungsional. linguis M.A.K. Halliday, yang menekankan bahwa
bentuk-bentuk yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda. Beberapa kata
mengajukan pertanyaan, beberapa menggambarkan, mengkritik, memecahkan masalah,
atau membuat penghinaan, fungsi ini bervariasi di seluruh konteks sosial yang
berbeda. Bagaimana kabarmu?, Misalnya, mengambil bentuk pertanyaan. Namun,
dalam banyak konteks di Amerika Serikat, frase bagaimana anda? berfungsi
sebagai ucapan. Jika Anda seorang guru di AS, misalnya, ucapan yang siswa dalam
kelas Anda mungkin akan pergi sesuatu seperti ini:
Dalam beberapa konteks,
bagaimanapun, bentuk Bagaimana kabarmu? dapat diambil sebagai pertanyaan yang
tulus, bukan ucapan sederhana. Seperti kedua contoh hipotetis menunjukkan, dua
contoh dari bentuk tampaknya identik fungsi yang sangat berbeda.
Language from
|
Context of use
|
Function
|
How are you?
|
a. Teacher addressing a student
entering the class room
|
a. Greeting
|
|
b. Counsellor addressing a student
in her office
|
c. Question
|
African English America analisis
wacana kelas dapat membawa guru dan perhatian siswa dengan konteks yang
berbeda, dimana kata-kata yang digunakan dan sesuai dengan fungsi bahasa lain.
Dari penjelasan-penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam class room discourse terdapat literasi yang
berwarna warni, dimana banyak berbagai konteks yang berbeda-beda. Dalam class
room discourse juga terdapat beberapa cara supaya guru dapat menguasai suasana
kelas ketika sedang sunyi dan mampu bersikap sosialisasi dengan murid-muridnya.
Seperti yang dijelaskan juga oleh Pof. Halliday bahwa fungsi wacana kelas
berbeda. Definisi tentang wacana sebagai bahasa digunakan berdasarkan ide-ide
dari fungsional, serta menekankan bahwa bentuk-bentuk yang berbeda memiliki
fungsi yang berbeda juga.