Bayang
Intertextuality
(Alfiniya
Fitrotur Rakhmah)
Intertextuality pada kenyataanya
merupakan setiap ucapan yang memberiakan reaksi dan menjawab pada ucapan
lainnya yang diperbolehkan untuk digunakan pada suatu teks. Hal ini sering terlihat
seperti apa yang dikatakan Fairclough bahwa intertextual ynag jelas tidak sadr
pada kesiapan kutipan teks yang lebih dahulu, diuraikan sendiri atau mengutip.
(Ken Hyland, 2006:314).
Pandangan Bakhtin pada
intertextuality menyediakan wacana-wacana yang selalu berhubunan pada
wacana-wacaana lain. Keduanya merubah dan kesamaan pada poin-paoin waktu pada
wacana keduanya. Hal ini dapat menyambung pada txt yang digunakan pada text
yang lain dan sebelumnya dan memberikan sistem pada pilhannya. Untuk membuat
arti yang dapat diterima oleh pengguna text lainnya, karena teks –teks itu
membantu menghasilkan arti yang ada pada sebuah budaya, kebiasaan ini
berkembang pada interpretation dan memnuat yang lainya lebih disukai. Membantu
menjelaskan bagaimana penulis membuat poin-poin pertanyaaan ketika dirubah.
Fairclough (1992;117) membedakan dua jenis intertextuality. Pertama,
intertextuality menunjukan pada cara yang bervaruasi atau memnjawab pada teks
yang prase, irony dan lainnya. Interdiscursitivity memepehatikan pengunaan
peraturan penulis pda penggambaran persetujuan pada penerimaan jenis teks atau
genre. Teks disisni kemudian disatukan menjadi beberapa pendirian dan arti
sosial (Ken Hyland, 2009:33).
Pada umumnya ganre sering beraturan
bebas pada jarinagn seperti berkomunikasi gambar dan merespon pada pengaturan
lainnya. Ide ini merujuk pada pandangan intertextuality (Bakhtin, 1986)yang
faktanya bahwa setiap ucapan yang bereaksi pada ucapan lainnya yang dibolehkan.
Disini Fairclough berguna pada perbedaan anatara penunjuk intertextuality atau fakta sadar pada
kesiapan kutipan yang dulu, uraian kata dan keadaaan atau aturan
intertextuality (interdiscursitivity) yang meliputi generic (Academic Purpose,
Ken Hyland, 2006: 36).
Budaya yang berbeda memberikan penggunaan
multimrdia pada kelas writing. Hal ini tidak hnaya membantu meningkatkan
penulisan siswa tapi juga untuk mrngajarkan bentuk baru pada tulisan yang
meliputi kedua teks yang dicocokan atau disusun pada sebuah latyar atau
bagaimana link dibuat untuk yang lainnya. Intertextuality yang aktual yaitu
dapat mentransformasikan potensi yang menyambung antara teks dengan kebenaran
dengan konfirmasi pembaca langsung (Hyland, 2009:60).
Bennett dan Wollacott ingin
membedakan intettextuality yang tradisional meujuk pada pembagian hubungan
antara teks pada membaca yang benar. Pembaca mendeskripsikan denagn tema yang
menjelaskan informasi, denagn ini membaca mununjukan pada tempat teks. Hal ini
intertextuality dan keadaan yang saling berhubungan dengan bentuk dan interaksi
yang terbatas pada teks dan pembaca.
Bennett dan Wollant beranggapan
reading formation memgggambarkan suatau usaha untuk memberikan definisi atau arti mempengaruhi teks dan
reader dan membawa hubungan contoh teks dan conteks. Hubungan keduanya memberikan
mekanisme yang dapat menjadikan interaksi yang produktif. Context yang
mengenalkan contextitu sendiri sebagai extratextual tapi sebagai intertextual
dan hubungan yang tidak saling menyambung yang dihasilkan pembaca pada teks dan
teks pada pembaca.
Bennett dan Wollant berpandangan
tidak saling berhubungan pada pengertian intertextual tidak mmengaruhi teks
hanya dari luar saja, tapi dari dalmnya, pembentukan teks sampai pada asalnya
yang keduanya ada pada kemamapuan membaca teks. Hal ini tidak berbatas pada
kesulitan antara extratextual dan intertextual, penetapan tidak akan mencegah
extratextual pada efek internal. Intertextual adalah hasil yang benar pada
hubungan intertextual (Lehtonen, 2000:121).
Intertex merupakan satu dari metode
yang berhubungan antara teks dan context pada teori intertextuality. Pda teori
intertextuality itu menekankan bahwa text harus membaca pada hubungan text dan
lianya. Hubungan intertextual merupakan cara yang segnificant pada kestabilan
teks sementara membaca yang benar menghasilkan audience yang baik. Teori
intertextuality menkankan teks tidaka ada seperti hermatic dan self-supporting.
Pengetahuaan intertextual pada pembaca langsung memggunakan teks pada cara yang
benar untuk membaca beberapa arti dari text-context. Jhon Frow mengatakan hal
ini bukan pusat atau inti dari proses untuk mengorganisasi beberapa sumber
intertextual tapi untuk keluar dari struktur yang tidak saling menyambung
(genre, formasi idiology yang tidak menyambung pada textnya) (Lehtonen,
2000:124).
John Fiske membagi antara dua
dimensi intertextal. Hubungan horizontal antara primary teks lebih atau kurang
jelas hubungnnya dengan yang biasa memdirikan kesiapan genre, carakter atau
isis. Intertextual horizontal memberlakukan primary text dan lainnya. Berbeda
text yang jelas dari pada primary text. Konsep pada intetrextuality tidak hanya
pernyataan hubungan internal . intertextual memahami sense yang tidak banyak
mengmbil arti dari satu text yang mencari referensi untuk text yang lainnya
(Lehtonen, 2000:126).
Faktor intertextual yang memberikan
efek pada pembaca. Fakta ini tidak dapat mengambil kemungkinan berbeda cara
untuk mengambil masalah. Kedua cara belajar hubungan antara text dan reader
pada faktor external extratextualfaktor berdekatan kedua perhatian pada text
itu sendiri, tapi menjelaskan perbedaan membaca sendiri seperti permulaan poin.
Contoh text intertextual seperti contih yang sya buat minggu lalu di kelas
writing,
Howard Zinn is a famous person in
American states, one of his phenomenal was wrote an article taht could made the
civil society judge he is a communist person. he also an author who was
realized many books and his writing is familiar, not only in American but also
int he world. One of his books told about the writing can changed human point of
view.
Satu paragrap ini mengmabarkan
intertextuality karena dapat memahami sense yang tidak banyak mengmbil arti
yang belum jelas.
Extratextual berhubunagn antara text
dan reader pada faktor extratextual. Masalah linnya yaitu atau hubungan antara
extratextual dan intertextual merupakan faktor yang aktif dan belajar terpisah
dari yang linnya, jika beberapa textual sendiri
dengan tidak merubah hualitas tidak memperhatikan membaca menjamin semua
subject saja, bagaimana pun text tidak dapat siap, membaca menjamin semua
subject tidak ada satu text seperti mencoba untuk memperlihatkan pada
sebelumnya. Intertextuality merupakan hasil dari penggunaan peraturan yang
menggambarkan penulis agar dapat membantu menjelaskan bagailmana penulis
membuat poin-poin pertanyaan pada pembacanya.