Writing dan Hal-Hal
yang Mempengaruhinya
Oleh Fatimah
Setiap pertemuan harus ada yang
berbekas. Pertemuan kali ini pada mata kuliah academic writing kembali
mengarungi enam samudera yang berkaitan dangan writing. Samudera itu merupakan context,
literacy, culture, technology, genre dan identity. Keenam samudera itu kami
selai sebagai akibat dari critical review kami yang masih jauh dari harapan.
Masih perlu banyak pencerahan dari berbagai sumber untuk mencerahkan critical
review dan tulisan kami lainnya.
Bergerak pada samudera pertama yaitu
membahas tentang writing and context. Makna bukanlah sesuatu yang ada didalam
kata-kata yang ditulis tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan
pembaca yang memahami kata – kata tersebut. Van Dijk berbicara mengenai context
bahwa bukan situasi sosial yang mempengaruhi (dipengaruhi oleh) discourse,
tetapi cara partisipan atau peserta mendefinisikan siatuasi seperti itu.
Konteks demikian bukan semacam kondisi “objektif” atau penyebab langsung, melainkan
(inter) konstruksi subjektif dirancang dan terud menenrus diperbarui dalam
interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka
semua dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang
sama.konteks adalah gagasan atau konstruksi partisipan.(Van Dijk:2008 viii)
Jadi, bukan melihat konteks sebagai
sekelompok variabel statis yang mngelilingi penggunaan bahasa, kita harus
melihatnya sebagai hal yng mendasari hubungan sosial, mendukung interaktif, dan
terikat waktu. (Duranti dan Goodwin,1992).
Ada tiga aspek penafsiran konteks
menurut Cutting (2002:13) yaitu:
Berikut penjelasan bagan di atas:
a) The
situational context merupakan apa yang orang-orang tahu tentang ap yang dapat
mereka lihat di sekitar mereka.
b) The
background knowledge context merupakan apa yang mereka tahu tentang dunia, apa
yang mereka tahu tentang aspek dari kehidupan dan apa yang mereka tahu tentang
satu sama lain.
c) The
co- textual context merupakan apa yang orang-orang tahu tentang apa yang mereka
katakan.
Halliday
mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari
pilihan bahasa penulis dalam konteks dan situasi tertentu. (Malinowski 1994).
Maksudnya adalah bahasa bervariasi sesuai dengan situasi dimana bahasa itu di
gunakan, sehingga jika meneliti teks kita dapat membuat dugaan tentang situasi
atau jika kita berada dalam situasi tertentu kita dapat membuat pilihan
linguistik tertentu berdasarkan dengan situasai.
Konsep
dimensi tentang konteks menurut Halliday (1985).
a) Field
merujuk pada apa yang terjadi, bentuk dari aksi sosial atau text tentang apa topik
bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola yang
digunakan untuk mengekspresikan hal tersebut.
b) Tenor
mengacu pada siapa yang mengambil bagian atau berpartisipasi, peran dan
hubungan partisipan (status dan kekuasaan mereka misalnya pengaruh
keterlibatan, formalitas dan kesopanan)
c) Mode
mengacu pada bagian bahasa yang diputar aau dimainkan apa yang partisipan
lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi
terstruktur dan sebagainya)
Dengan kata lain, bahasa yang kita
gunakan harus sesuai dengan situasi dimana kita menggunakannya.
Konteks situasi beroperasi lebih
luas dan lebih abstrak Halliday menyebutnya context of culture. Hal ini mengacu
pada cara-cara sosial , hirarki, kelembagaan dan disiplin ideologi mempengaruhi
bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu.(Russel 1997). Halliday melihat
konteks budaya seperti yang diungkapkan, konteks lebih spesifik dari situasi,
sehingga kita menggambarkan situasi sosial sebagai bagian dari budaya yang
lebih luas.
Literacy and expertise
Menulis
bersama dengan membaca adalah tindakan literasi. Bagaimana kita benar-benar
menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Konse literasi modern mendorong
kita untuk melihat ulisan sebagai praktek sosial, bukan sebagai keterampilan
abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat – tempat dimana mereka
menggunakan teks.
Scribe dan Cole (1981:236)
mengatakan bahwa melek tidak hanya mengatehui cara membaca dan menulis naskah
tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini unuk tujuan tertentu yang
digunakan. Literasi dipandang sebagai satu set distrik, keterampilan teknis
bebas nilai yang meliputi decoding dan encoding makna, manipulasi alat tulis,
mengamati bentuk-suara korespondensi dan lain-lain yang dipelajari melalui
pendidikan formal. Menulis adalah pemberdayaan pribadi, tetapi juga di
definisikan dalam hal sebaliknya: stigma pribadi yang melekat pada buta huruf.
Pandangan literasi sosial
1. Literasi
adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik di deskripsikan praktek literasi
yang dilakukan orang-orang.
2. Orang-orang
memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan brbagai domain
kehidupan.
3. Praktek
keaksaraan / literasi terletak dalam masyarakat.
4. Praktek
literasi dibentuk oleh lembaga-lembaga sosial dan hubungan kekuasaan dan
literasi-literasi yang lebih dominan terlihat dan berpengaruh dari yang
lainnya.
5. Literasi
didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang
lain dan diri kita sendiri.
6. Sikap
dan nilai – nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan atau literasi untuk
tindakan kita dalam berkomunikasi.
7. Sejarah
kehidupan kita mengandung banyak peristiwa literasi kita belajar dan yang memberikan
kontribusi hingga saat ini.
8. Sebuah
peristiwa keaksaraan/literasi juga memiliki sejarah sosial yang membantu
menciptakan arus praktek. (Barton 2007:34)
Writing and Culture
Budaya secara umum
dipahami sebagai histori yang ditransmisikan dan jaringan makna sistematis yang
memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan
pengetahuan kita tentang dunia (Lantolf 1999) akibatnya bahasa dan pembelajaran
di kepung oleh budaya (Kramsch 1993). Hal ini karena nilai-nilai budaya kita
dalam dan dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat cara
tertentu dambil oleh kita untuk mengorganisir persepsi dan harapan kita,
termasuk yang kita gunakan untuk balajar dan berkomunikasi secara tertulis.
Writing and Technology
Untuk menjadi oarang yang
berliterasi pada saat sekarang ini berarti memiliki kontrol atau berbagai media
cetak atau elektronik. Pengaruh teknologi elektronik pada penulisan antara
lain:
1. Perubahan
pembuatan, mengedit proofreading dan format proses.
2. Kombinasi
antara teks tertulis dengan media sosial dan audio lebih mudah.
3. Mendorong
menulis non linear dan proses membaca melalui hypertext link.
4. Tantangan
pemikiran tradisional tentang kepenulisan, wewenang dan intelktual.
5. Penulis
dapat mengakses informasi lebih lanjut dan menghubungkan informasi yang baru
dengan cara baru.
6. Mengubah
hubungan antara penulis dan pembaca.
7. Memperluas
berbagai genre dan peluang untuk mencapai penonton yang lebih luas.
8. Blur
perbedaan antara tradisional lisan dan tulisan.
9. Memperkenalkan
kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas sosial baru.
10. Memfasilitasi
masuk dalam komunitas wacana baru online.
11. Meningkatkan
marginalisasi penulis yang terisolasi teknologi baru menulis.
12.
Penawaran guru untuk
menjadikan menulis sebagai tantangan dan peluang untuk praktek kelas. Mungkin
yang paling jelas dan akrab fitur penulisan berbasis komputer adalah cara yang
detronik yang memfasilitasi penulisan untuk menulis, secara dramatis mengubah
kebiasaan kita.
Writing and genre
Pada tata bahasa atu grammar
berbasis genre adalah sebuah kata untuksumber daya yang tersedia untuk pengguna
sistem bahasa untuk menghasilkan teks. sebuah pengetahuan tentang grammar oleh
pembicara atau penulis menggeser penggunaan bahasa dari implisit da tidak sadar
untuk manipulasi sadar bahasa dan pilihan teks yang sesuai. Genre – based
grammar focus pada berbeda cara yang dilalui proses bahasa atau genre secara
tertulis yang di kodefikasikan dan dikenali dalam cara yang berbeda. Pertama
mempertimbangkan bagaimana teks teks terstruktur dan terorganisir di tingkat
seluruh teks dalam kaitan dengan tujuannya, penonton dan pesan kemudian
mempertimbangkan bagaimana semua bagian dari teks seperti paragraf dan kalimat
terstruktur , terorganisir, dan kode sehingga membuat teks tertulis efektif dan
komunikatif.(knapp dan watknis 1994:8)
Writing and Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan
dekat antara menulis dan identitas seorag penulis. Dalam arti luas, identitas
mengacu pada cara orang-orang menampilkan siapa mereka satu sama lain. (Banwell
dan stokoe 2006:6)
Kita terlibat dalam teks dan pilihan
bahasa yang kita buat, sehingga bergerak identitas dari pribadi kearah publik
dan dari proses tersembunyi kognisi konstruksi sosial dan dinamis dalam wacana.
Cara – cara yang penulis sampaikan/
menampilkan diri dan menemukan diri mereka diposisikan dalam membangun
identitas discourse telah secara ekstesif dibahas oleh ivanic (Ivanic dan
Weldon, 1999). Baliau berpendapat bahwa identitas penulis secara sosial
dibangun oleh prototipe ini “possibilities for self-hood” terdapat dalam
konteks penulisan. Berinteraksi dengan toga aspek yang tidak terpisahkan dari
identitas yang sebenarnya penulis buat pada teks tertentu.
Penjelasan:
a. The
autobiographical self merupakan diri penulis yang membawa kedalam tindakan
menulis, ibatasi secaara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis. Termasuk
ide- ide penulis, pendapat, keyakinan dan komitmen: sikap pennulis.
b. The
discoursal self merupakan kesan penulis sadar atu tudak sadar menyampaikan dari
diri mereka sendiri dalam sebuah teks. ini menyangkut suara penulis dalam arti
bagaimana mereka menggambarkan diri mereka. Contohnya sejauh mana penulis mengambil
praktek – praktek masyarakat untuk dia tulis, mengadopsi konvensi untuk
engklaim keanggotaan.
c. The
athorial self merupakan penulis menunjukkan dirinya dalam tingkat
authoriativeness dengan yang penulis tulis. Ini adalah sejauh mana seorang
penulis mencampuri kedalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber usianya.
Kesimpulan dari pembahasan di atas
adalah ada banyak faktor yang mempengaruhi literasi atau kegiatan tulis dan
baca antara lain budaya, sejarah, teknologi, genre dan identity.dimana hal- hal
tersebut menambah kashanah dalam tulisan. Karena untuk menghasilkan tulisan
yang bermakna di butuhkan segala sumber dari lingkungan dan diri sendiri berupa
background knowledg yang kita punya.