Kunci Sukses Menulis
Buku
yang berhasil menggunakan sejarah sebagai jalan masuk menuju masa depan. Tulisan ini terukir jelas dalam majalah Historia yang diterbitkan pada tahun 2014 yang dirasa dapat memberikan
masukan terhadap diri saya. Banyaknya peringatan yang mengingatkan agar saya
harus terus membaca, membuat saya cukup terinspirasi untuk tetap berusaha
membaca buku dan selalu bergelut dengan buku. Bagi saya, Mr. Lala adalah orang
pertama yang membuat saya selalu terinspirasi untuk tetap ingin membaca dan
menulis. Namun, tidak bisa dipungkiri, rasa malas selalu menjadi musuh utama untuk
membiasakan diri agar dapat terus membaca dan menulis.
Menciptakan
karya lewat sebuah tulisan memang asyik. Selain dapat merealisasikan keinginan,
juga dapat memberi informasi terhadap orang lain. Namun, banyak yang harus
diperhatikan dalam sebuah tulisan agar bisa dianggap berkualitas atau layak
dibaca. Minggu lalu, saya dapat nilai rendah di critical review. Banyak yang
harus saya benahi dalam menulis critical review dan tidak mudah untuk menulis
sesuai dengan aturan aturan yang tercantum didalamnya. Oleh karena itu, Mr.
Lala menuturkan tentang berbagai isu kunci yang mendominasi pemahaman saat
menulis. Diantaranya ada Contex, Literacy, Culture, Technology, Genre, dan
Identity.
Buku
atau tulisan memang selalu dapat mempengaruhi seseorang yang membacanya.
Tulisan yang baik yang dapat mempengaruhi seseorang memiliki proses yang baik
pula. Sebagai simbol sejarah, ia selalu diharapkan dan dinantikan oleh
orang-orang literasi untuk bisa diambil pengetahuannya. Sejarahwan seperti
Howard Zinn, Noam Chomsky, Pramoedya,
Soekarno dan lainnya adalah orang yang memiliki literasi tinggi pada
masanya. Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai mahasiswa membudayakan
membaca dan menulis, menjadi orang yang berliterasi dan dapat menulis dengan
baik dan dapat dijadikan bahan contekan yang positif oleh generasi selanjutnya.
Berikut ini adalah sejumlah isu kunci yang mendominasi pemahaman saat
menulis, diantaranya:
a.
Context
Context adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau
menambah kejelasan makna. Menurut Hyland, konteks adalah situs untuk hubungan
interaksi dan aturan-aturan yang memesannya, keduanya dapat memfasilitasi dan
membatasi penyusunan (Hyland:2009). Cara kita memahami tulisan dikembangkan
oleh konteks pemahaman yang canggih. Makna bukanlah sesuatu yang terletak pada
kata-kata yang kita tulis kemudian dapat dikirim ke orang lain, melainkan diciptakan
dalam interaksi antara pembaca dan penulis. Karena antara pembaca dan penulis,
cara memahami sebuah tulisan berbeda-beda. Masing-masing berusaha menebak apa
yang ditulis oleh penulis. Mereka akan memahami tulisan dalam berbagai
perspektif (Hyland: 2009).
Menurut kamus Bhasa Indonesia, konteks terbagi
dalam bebrapa bagian, diantaranya:
·
Konteks budaya yaitu keseluruhan atau situasi nonliguistis tempat sebuah
komunikasi terjadi.
·
Konteks linguistis yaitu konteks yang memberikan makna paling cocok dalam
unsur bahasa.
·
Konteks semotaktis yaitu lingkungan semantis yg ada di sekitar suatu unsur
bahasa; makna unsur bahasa.
·
Konteks sintaktis yaitu lingkungan gramatikal dr suatu unsur bahasa yg
menentukan kelas dan fungsi unsur tersebut.
·
Konteks situasi lingkungan nonlinguistis ujaran yg merupakan alat untuk
memperinci ciri-ciri situasi yg diperlukan untuk memahami makna ujaran.
·
Kontekstualisme yaitu aliran yg menyelidiki makna dl bahasa dng metode
probabilitas dan memusatkan diri pd distribusi formal bentuk bahasa, ujaran,
dan hubungan antara ujaran atau wacana dan lingkungan fisik dan sosial.
Namun, mengingat situasi dimana kita bisa membaca dan menulis, dengan tidak
sengaja konteks meliputi sesuatu. Konteks meliputi tiga aspek penafsiran, (Cutting:2002)
·
Konteks Situasional yaitu apa yang orang-orang tahu tentang apa yang mereka
bisa lihat disekeliling mereka.
·
Konteks latar belakang pengetahuan yaitu apa yang mereka tahu tentang
dunia, aspek kehidupan dan tentang satu sama lainnnya.
·
Konteks Co-Tekstual yaitu apa yang orang-orang ketahui tentang apa yang
sudah mereka katakan.
Konsep Halliday mengenai
konteks adalah sebagi berikut:
·
Field yaitu Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi
sosial, atau apa yang
ada dalam teks adalah tentang ( topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu ).
ada dalam teks adalah tentang ( topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu ).
·
Tenor yaitu mengacu
pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta ( status dan
kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan
kesopanan ) .
·
Mode yaitu mengacu pada apa bagian bahasa diputar, (
apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktu , dan sebagainya ) .
b.
Literacy
Lagi-lagi literasi yang menjadi penyebab utama
dalam sebuah wacana mengenai tulisan. Sebagai penulis, agar kiya dapat menulis
dengan baik dan memiliki banyak referensi. Literasi menjadi salah satu faktor
utama yang bisa diandalkan dalam menulis karena, tanpa berliterasi kita tidak
dapat memaksimalkan tulisan dengan baik. Konsepsi modern, literasi mendorong
kita untuk melihat tulisan sebagai praktek sosial bukan sebagai keterampilan
abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat dimana mereka menemukan
teks (Hyland:2009).
Scriber dan Cole mengatakan melek tidak hanya
mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, melainkan menerapkan
pengetahuan untuk tujuan tertentu dan menggunakan konteks tertentu. Peran
literasi layak dipertimbangkan karena membantu kita untuk memahami bagaimana
orang membuat sense dalam praktek hidup manusia melalui kegiatan rutin menulis
dan membaca (Hyland:48)
Dalam
pandangan sosial keaksaraan, literasi memiliki beberapa pengertian diantaranya:
·
Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal
orang
praktik keaksaraan.
praktik keaksaraan.
·
Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan
berbagai domain kehidupan.
·
Praktik keaksaraan masyarakat
terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk
menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
·
Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan,
dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada
yang lain.
·
Literasi didasarkan pada sistem
simbol sebagai cara untuk mewakili
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
·
Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan
kita untuk komunikasi.
·
Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana
kita belajar dan yang memberikan kontribusi
hingga saat ini.
·
Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu
menciptakan arus praktek.
c. Culture
Budaya adalah gagasan kontroversial, dengan tidak
ada definisi tunggal yang disepakati. Satu versi melihatnya sebagai historis
ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk
memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita
tentang dunia (Lantolf, 1999; Street, 1995). Oleh karena itu, bahasa dan
belajar sangat erat kaitannya dengan budaya. Ini antara lain karena nilai-nilai
budaya kita dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya menyediakan
klasemen tertentu untuk mengatur termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan
berkomunikasi.
Dengan kata lain, mereka melibatkan interpretasi serta kinerja,
perbedaan tersebut berpotensi termasuk sebagi berikut:
ü keahlian linguistik yang berbeda dan intuisi tentang bahasa
ü Berbeda pengalaman belajar dan harapan kelas.
ü Rasa yang berbeda dari penonton dan diri sebagai produser teks
ü Preferensi yang berbeda untuk
cara pengorganisasian teks.
ü Menulis yang berbeda , membaca dan berbicara proses.
ü Pemahaman yang berbeda dari penggunaan
teks dan nilai sosial jenis teks yang berbeda .
Dengan mengenali potensi perbedaan-perbedaan guru dapat memastikan
kelas mereka harapan, praktek pengajaran dan prosedur penilaian yang adil dan
efektif .
Salah satu elemen penting , dan sering diabaikan, di kelas EAP adalah potensi
untuk sikap budaya yang berbeda pengetahuan untuk mempengaruhi bahasa siswa
produksi dan bagaimana kita memahami kemajuan siswa. Ballard dan Clanchy ( 1991) menunjukkan bahwa sikap ini menyebar sepanjang kontinum dari menghormati pengetahuan untuk menilai ekstensi.
Salah satu elemen penting , dan sering diabaikan, di kelas EAP adalah potensi
untuk sikap budaya yang berbeda pengetahuan untuk mempengaruhi bahasa siswa
produksi dan bagaimana kita memahami kemajuan siswa. Ballard dan Clanchy ( 1991) menunjukkan bahwa sikap ini menyebar sepanjang kontinum dari menghormati pengetahuan untuk menilai ekstensi.
Menurut Hyland (2009:56) “Culture is Fluid”
artinya budaya adalah cairan. Budaya memiliki keragaman serta orang-orang yang
mungkin menolak atau mengabaikan pola budaya. Tapi dengan kata lain, pengalaman
sebelumnya membantu pengetahuan skema bentuk dan akan berdamfak kepada bagaiman
siswa menulis dan tanggapan mereka terhadap konteks kelas.
d.
Technology
Untuk menjadi orang yang berliterasi saat ini berarti harus
memiliki kontrol atas berbagai media cetak dan elektronik. Banyak yang terakhir
memiliki dampak besar pada cara kita menulis, genre kita menciptakan, identitas
pengarang kita asumsikan. Bentuk produk dan cara kita berinteraksi dengan
pembaca.
Dampak dalam
menulis yang menggunakan teknologi (Hyland:2009:58) diantaranya:
ü Merubah menciptakan, mengedit, proofreading dan proses pormating.
ü Menggabungkan teks tertulis dengan media visual-audio yang lebih
mudah.
ü Mendorong penulisan non-linear dan proses membaca melalui link
hypertext.
ü Menantang gagasan tradisional kepenulisan, wewenang dan kekayaan
intelektual.
ü Memungkinkan penulis mengakses untuk informasi lebih lanjut dan
untuk menghubungkan informasi itu dalam cara-cara baru.
Mungkin yang paling jelas, dan sekarang lebih akrab fitur penulisan
berbasis komputer adalah media elektronik teks sebagai cara untuk memfasilitasi
menulis. Secara dramatis dapat mengubah kebiasaan tulisan kita.
e.
Genre
Genre adalah istilah untuk mengumpulkan teks bersama-sama
mewakili bagaimana penulis menggunakan bahasa untuk menanggapi situasi
berulang. Setiap genre memiliki sejumlah fitur yang membuatnya berbeda dengan
genre lainnya. masing-masing memiliki tujuan tertentu, struktur keseluruhan,
dan fitur tertentu. Bagi banyak orang, hal tersebut adalah intuitif konsep yang
menarik dan membantu untuk mengatur label akal sehat yang kita gunakan untuk
menkategorikan teks dan situasi dimana kejadian tersebut ada.
Hal ini merupakan sumber daya untuk mendapatkan hal-hal yang
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mencerminkan gagasan bahwa anggota
masyarakat biasanya memiliki sedikit kesulitan dalam mengenali kesamaan dalam
teks lisan dan tertulis yang mereka gunakan sering dan mampu menarik pengalaman
mereka berulang-ulang dengan teks tersebut untuk memahami dan menghasilkan teks
yang baik relatif mudah untuk dimengerti. Hal ini karena menulis dan berbicara
didasarkan pada harapan penulis, misalnya membuat maknanya jelas dengan
mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca dapat harapkan
didasarkan pada teks-teks sebelumnya mereka telah membaca dari jenis yang sama.
Unit ini memperkenalkan beberapa ide kunci dari genre dalam pengajaran EAP dan
penelitian, dimulai dari karakterisasi singkat dari istilah tersebut. Oleh
karena itu, genre tetap merupakan istilah yang sulit dipahami dan bahkan
Swales, yang karyangya meluncurkan minat besar dalam genre EAP sejak mengakui
bahwa penekanan aslinya pada tujuan komunikatif (Swale, 1990:58) sebagai fitur
menedefinisikan tidak mungkin mencakup semua kasus.
f.
Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis
dan identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada
cara-cara orang menampilkan siapa mereka antara satu sama lainnya (Hyland:
2009:70). Dalam menulis, identitas sebuah tulisan perlu ditulis denagn jelas
agar pembaca dapat mengetahui teks apa yang sedang dibacanya.
Identitas
dipandang sebagai sesuatu yang dibangun oleh teks yang kita pahami dan pilihan
bahasa yang kita buat. Sehingga memindahkan identitas dari pribadi ke ranah
publik, dan proses tersembunyi dari kognisi konstruksi sosial dan dinamisdalam
wacana. Menunjukkan kerja identitas dengan membangun diri sendiri sebagai
anggota yang dapat dipercaya. Supaya identitas adalah sesuatu yang kita
kerjakan bukan sesuatu yang kita miliki.
Tidak lepas dari semua kunci yang
mendominasi pemahaman dalam menulis, Intertekstual juga dapat mendominasi
antara bacaan dan tulisan. Intertekstual adalah salah satu teori yang digunakan
oleh pembaca untuk memperoleh makna dalam proses membaca suatu karya sastra.
Karena setiap pembaca yang berhadapan dengan teks pasti bertemu dengan proses
pemaknaan. Artinya, seseorang yang membaca memiliki tujuan seperti mencari
informasi, makna atau pengetahuan. Intertekstualitas juga merupakan sebuah
elemen dari satu teks yang dapat diambil
maknanya dari referensi suatu teks (Hyland:2009:245).
Menurut Bakhtin, intertekstual
menunjukkan bahwa wacana selalu terkait dengan wacana lain baik saat mereka
berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan mereka pada beberapa titik
waktu. Ini menghubungkan teks-pengguna ke jaringan teks sebelum dan sebagainya
menyediakan sistem pilihan untuk membuat makna yang dapat dikenali oleh lain
teks-pengguna. Karena mereka membantu menciptakan makna yang tersedia dalam suatu
budaya, konvensi dikembangkan dalam cara menutup interpretasi tertentu dan
membuat orang lain lebih mungkin ,
dan ini membantu menjelaskan bagaimana penulis membuat pilihan retoris tertentu
saat menulis.
dan ini membantu menjelaskan bagaimana penulis membuat pilihan retoris tertentu
saat menulis.
Fairclough
(1992:117) membedakan dua jenis intrtekstual, diantaranya:
·
Intertekstualitas
Manifest mengacu pada berbagai cara untuk menggabungkan atau menanggapi
teks-teks lain melalui kutipan, parafrase, ironi, dan sebagainya.
·
Interdiscursivity
concerns digunakan penulis set konvensi ditarik
dari jenis teks dikenali atau genre. Teks di sini kemudian berhubungan
dengan beberapa makna kelembagaan dan sosial.
dari jenis teks dikenali atau genre. Teks di sini kemudian berhubungan
dengan beberapa makna kelembagaan dan sosial.
Teori intertekstual menekankan bahwa teks tidak sebagai hermetis
dan mandiri entitas. Oleh karena itu, mereka tidak bertindak mendekati sistem.
Untul alasan ini, teks yang pasti dipenuhi dengan refernsi ke teks-teks lain
beserta kutipannya. Apa yang dihasilkan dalam membaca dipengaruhi oleh semua
teks lain yang dibawa pembaca ke dalam membaca.
Pengetahuan intertextuality mngarahkan pembaca untuk menggunakan teks
dengan cara tertentu, untuk membaca beberapa makna dari pada yang lain ke
dalamnya (Lehtonen, 2000 : 126).
Buku
selalu dikaitkan dengan penulisan tentang sejarah, pengetahuan, dan berbagai
informasi. Minggu lalu, Howard Zinn sebagai topik utama dalam Writing 4 ini. Free Writing yang saya
lontarkan mengenai Howard Zinn sebagai Berikut.
Howard Zinn is a writer that phenomenal of Amerika. He made a story
of Christopher Columbus from other pers. He think that Christopher Columbus is
a killer, looser, multilator etc. Howard Zinn, a truly great historian, speaks
to teachers and parents on how to tell our children about the history of
America.
Jadi, menulis di Akademik tidak dapat sembarang mengeluarkan
tulisan. Melainkan perlu mempertimbangkan beberapa aspek agar tulisan dapat
dimengerti dan tujuan penulis sampai pada pembaca. Beberapa kunci yang dapat
mendominasi pemahaman dalam menulis bisa digunakan dengan baik. Penulis dapat
menggunakan teknologi seperti komputer untuk menghasilkan tulisan dengan baik
dan dapat di bagikan kepada orang lain.