Class Review 5




Kunci Sukses Menulis
Buku yang berhasil menggunakan sejarah sebagai jalan masuk menuju masa depan. Tulisan ini terukir jelas dalam majalah Historia yang diterbitkan pada tahun 2014 yang dirasa dapat memberikan masukan terhadap diri saya. Banyaknya peringatan yang mengingatkan agar saya harus terus membaca, membuat saya cukup terinspirasi untuk tetap berusaha membaca buku dan selalu bergelut dengan buku. Bagi saya, Mr. Lala adalah orang pertama yang membuat saya selalu terinspirasi untuk tetap ingin membaca dan menulis. Namun, tidak bisa dipungkiri, rasa malas selalu menjadi musuh utama untuk membiasakan diri agar dapat terus membaca dan menulis.

Menciptakan karya lewat sebuah tulisan memang asyik. Selain dapat merealisasikan keinginan, juga dapat memberi informasi terhadap orang lain. Namun, banyak yang harus diperhatikan dalam sebuah tulisan agar bisa dianggap berkualitas atau layak dibaca. Minggu lalu, saya dapat nilai rendah di critical review. Banyak yang harus saya benahi dalam menulis critical review dan tidak mudah untuk menulis sesuai dengan aturan aturan yang tercantum didalamnya. Oleh karena itu, Mr. Lala menuturkan tentang berbagai isu kunci yang mendominasi pemahaman saat menulis. Diantaranya ada Contex, Literacy, Culture, Technology, Genre, dan Identity.
Buku atau tulisan memang selalu dapat mempengaruhi seseorang yang membacanya. Tulisan yang baik yang dapat mempengaruhi seseorang memiliki proses yang baik pula. Sebagai simbol sejarah, ia selalu diharapkan dan dinantikan oleh orang-orang literasi untuk bisa diambil pengetahuannya. Sejarahwan seperti Howard Zinn, Noam Chomsky, Pramoedya,  Soekarno dan lainnya adalah orang yang memiliki literasi tinggi pada masanya. Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai mahasiswa membudayakan membaca dan menulis, menjadi orang yang berliterasi dan dapat menulis dengan baik dan dapat dijadikan bahan contekan yang positif oleh generasi selanjutnya.
Berikut ini adalah sejumlah isu kunci yang mendominasi pemahaman saat menulis, diantaranya:
a.      Context
Context adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Menurut Hyland, konteks adalah situs untuk hubungan interaksi dan aturan-aturan yang memesannya, keduanya dapat memfasilitasi dan membatasi penyusunan (Hyland:2009). Cara kita memahami tulisan dikembangkan oleh konteks pemahaman yang canggih. Makna bukanlah sesuatu yang terletak pada kata-kata yang kita tulis kemudian dapat dikirim ke orang lain, melainkan diciptakan dalam interaksi antara pembaca dan penulis. Karena antara pembaca dan penulis, cara memahami sebuah tulisan berbeda-beda. Masing-masing berusaha menebak apa yang ditulis oleh penulis. Mereka akan memahami tulisan dalam berbagai perspektif (Hyland: 2009).
Menurut kamus Bhasa Indonesia, konteks terbagi dalam bebrapa bagian, diantaranya:
·         Konteks budaya yaitu keseluruhan atau situasi nonliguistis tempat sebuah komunikasi terjadi.
·         Konteks linguistis yaitu konteks yang memberikan makna paling cocok dalam unsur bahasa.
·         Konteks semotaktis yaitu lingkungan semantis yg ada di sekitar suatu unsur bahasa; makna unsur bahasa.
·         Konteks sintaktis yaitu lingkungan gramatikal dr suatu unsur bahasa yg menentukan kelas dan fungsi unsur tersebut.
·         Konteks situasi lingkungan nonlinguistis ujaran yg merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yg diperlukan untuk memahami makna ujaran.
·         Kontekstualisme yaitu aliran yg menyelidiki makna dl bahasa dng metode probabilitas dan memusatkan diri pd distribusi formal bentuk bahasa, ujaran, dan hubungan antara ujaran atau wacana dan lingkungan fisik dan sosial.
Namun, mengingat situasi dimana kita bisa membaca dan menulis, dengan tidak sengaja konteks meliputi sesuatu. Konteks meliputi tiga aspek penafsiran, (Cutting:2002)
·         Konteks Situasional yaitu apa yang orang-orang tahu tentang apa yang mereka bisa lihat disekeliling mereka.
·         Konteks latar belakang pengetahuan yaitu apa yang mereka tahu tentang dunia, aspek kehidupan dan tentang satu sama lainnnya.
·         Konteks Co-Tekstual yaitu apa yang orang-orang ketahui tentang apa yang sudah mereka katakan.
Konsep Halliday mengenai konteks adalah sebagi berikut:
·         Field yaitu Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang
ada dalam teks adalah tentang ( topik bersama dengan bentuk-bentuk yang
diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu ).
·         Tenor  yaitu mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta ( status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan ) .
·         Mode yaitu mengacu pada apa bagian bahasa diputar, ( apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktu , dan sebagainya ) .
b.      Literacy
Lagi-lagi literasi yang menjadi penyebab utama dalam sebuah wacana mengenai tulisan. Sebagai penulis, agar kiya dapat menulis dengan baik dan memiliki banyak referensi. Literasi menjadi salah satu faktor utama yang bisa diandalkan dalam menulis karena, tanpa berliterasi kita tidak dapat memaksimalkan tulisan dengan baik. Konsepsi modern, literasi mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktek sosial bukan sebagai keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat dimana mereka menemukan teks (Hyland:2009).
Scriber dan Cole mengatakan melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, melainkan menerapkan pengetahuan untuk tujuan tertentu dan menggunakan konteks tertentu. Peran literasi layak dipertimbangkan karena membantu kita untuk memahami bagaimana orang membuat sense dalam praktek hidup manusia melalui kegiatan rutin menulis dan membaca (Hyland:48)
Dalam pandangan sosial keaksaraan, literasi memiliki beberapa pengertian diantaranya:
·         Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang
praktik keaksaraan.
·         Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
·          Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
·         Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
·          Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili
dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
·         Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
·         Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar  dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
·         Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
c.       Culture
Budaya adalah gagasan kontroversial, dengan tidak ada definisi tunggal yang disepakati. Satu versi melihatnya sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf, 1999; Street, 1995). Oleh karena itu, bahasa dan belajar sangat erat kaitannya dengan budaya. Ini antara lain karena nilai-nilai budaya kita dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya menyediakan klasemen tertentu untuk mengatur termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi.  
Dengan kata lain, mereka melibatkan interpretasi serta kinerja, perbedaan tersebut berpotensi termasuk sebagi berikut:
ü  keahlian linguistik yang berbeda dan intuisi tentang bahasa
ü  Berbeda pengalaman belajar dan harapan kelas.
ü  Rasa yang berbeda dari penonton dan diri sebagai produser teks
ü   Preferensi yang berbeda untuk cara pengorganisasian teks.
ü  Menulis yang berbeda , membaca dan berbicara proses.
ü   Pemahaman yang berbeda dari penggunaan teks dan nilai sosial jenis teks yang berbeda .
Dengan mengenali potensi perbedaan-perbedaan guru dapat memastikan kelas mereka harapan, praktek pengajaran dan prosedur penilaian yang adil dan efektif .
Salah satu elemen penting , dan sering diabaikan, di kelas EAP adalah potensi
untuk sikap budaya yang berbeda pengetahuan untuk mempengaruhi bahasa siswa
produksi dan bagaimana kita memahami kemajuan siswa. Ballard dan Clanchy ( 1991) menunjukkan bahwa sikap ini menyebar sepanjang kontinum dari menghormati pengetahuan untuk menilai ekstensi.
Menurut Hyland (2009:56) “Culture is Fluid” artinya budaya adalah cairan. Budaya memiliki keragaman serta orang-orang yang mungkin menolak atau mengabaikan pola budaya. Tapi dengan kata lain, pengalaman sebelumnya membantu pengetahuan skema bentuk dan akan berdamfak kepada bagaiman siswa menulis dan tanggapan mereka terhadap konteks kelas.
d.      Technology
Untuk menjadi orang yang berliterasi saat ini berarti harus memiliki kontrol atas berbagai media cetak dan elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak besar pada cara kita menulis, genre kita menciptakan, identitas pengarang kita asumsikan. Bentuk produk dan cara kita berinteraksi dengan pembaca.
Dampak dalam menulis yang menggunakan teknologi (Hyland:2009:58) diantaranya:
ü  Merubah menciptakan, mengedit, proofreading dan proses pormating.
ü  Menggabungkan teks tertulis dengan media visual-audio yang lebih mudah.
ü  Mendorong penulisan non-linear dan proses membaca melalui link hypertext.
ü  Menantang gagasan tradisional kepenulisan, wewenang dan kekayaan intelektual.
ü  Memungkinkan penulis mengakses untuk informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi itu dalam cara-cara baru.
Mungkin yang paling jelas, dan sekarang lebih akrab fitur penulisan berbasis komputer adalah media elektronik teks sebagai cara untuk memfasilitasi menulis. Secara dramatis dapat mengubah kebiasaan tulisan kita.
e.       Genre
Genre adalah istilah untuk mengumpulkan teks bersama-sama mewakili bagaimana penulis menggunakan bahasa untuk menanggapi situasi berulang. Setiap genre memiliki sejumlah fitur yang membuatnya berbeda dengan genre lainnya. masing-masing memiliki tujuan tertentu, struktur keseluruhan, dan fitur tertentu. Bagi banyak orang, hal tersebut adalah intuitif konsep yang menarik dan membantu untuk mengatur label akal sehat yang kita gunakan untuk menkategorikan teks dan situasi dimana kejadian tersebut ada.
Hal ini merupakan sumber daya untuk mendapatkan hal-hal yang dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mencerminkan gagasan bahwa anggota masyarakat biasanya memiliki sedikit kesulitan dalam mengenali kesamaan dalam teks lisan dan tertulis yang mereka gunakan sering dan mampu menarik pengalaman mereka berulang-ulang dengan teks tersebut untuk memahami dan menghasilkan teks yang baik relatif mudah untuk dimengerti. Hal ini karena menulis dan berbicara didasarkan pada harapan penulis, misalnya membuat maknanya jelas dengan mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca dapat harapkan didasarkan pada teks-teks sebelumnya mereka telah membaca dari jenis yang sama. Unit ini memperkenalkan beberapa ide kunci dari genre dalam pengajaran EAP dan penelitian, dimulai dari karakterisasi singkat dari istilah tersebut. Oleh karena itu, genre tetap merupakan istilah yang sulit dipahami dan bahkan Swales, yang karyangya meluncurkan minat besar dalam genre EAP sejak mengakui bahwa penekanan aslinya pada tujuan komunikatif (Swale, 1990:58) sebagai fitur menedefinisikan tidak mungkin mencakup semua kasus.
f.       Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada cara-cara orang menampilkan siapa mereka antara satu sama lainnya (Hyland: 2009:70). Dalam menulis, identitas sebuah tulisan perlu ditulis denagn jelas agar pembaca dapat mengetahui teks apa yang sedang dibacanya.
Identitas dipandang sebagai sesuatu yang dibangun oleh teks yang kita pahami dan pilihan bahasa yang kita buat. Sehingga memindahkan identitas dari pribadi ke ranah publik, dan proses tersembunyi dari kognisi konstruksi sosial dan dinamisdalam wacana. Menunjukkan kerja identitas dengan membangun diri sendiri sebagai anggota yang dapat dipercaya. Supaya identitas adalah sesuatu yang kita kerjakan bukan sesuatu yang kita miliki.
            Tidak lepas dari semua kunci yang mendominasi pemahaman dalam menulis, Intertekstual juga dapat mendominasi antara bacaan dan tulisan. Intertekstual adalah salah satu teori yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh makna dalam proses membaca suatu karya sastra. Karena setiap pembaca yang berhadapan dengan teks pasti bertemu dengan proses pemaknaan. Artinya, seseorang yang membaca memiliki tujuan seperti mencari informasi, makna atau pengetahuan. Intertekstualitas juga merupakan sebuah elemen dari satu teks yang  dapat diambil maknanya dari referensi suatu teks (Hyland:2009:245).
            Menurut Bakhtin, intertekstual menunjukkan bahwa wacana selalu terkait dengan wacana lain baik saat mereka berubah dari waktu ke waktu dan dalam kesamaan mereka pada beberapa titik waktu. Ini menghubungkan teks-pengguna ke jaringan teks sebelum dan sebagainya menyediakan sistem pilihan untuk membuat makna yang dapat dikenali oleh lain teks-pengguna. Karena mereka membantu menciptakan makna yang tersedia dalam suatu budaya, konvensi dikembangkan dalam cara menutup interpretasi tertentu dan membuat orang lain lebih mungkin ,
dan ini membantu menjelaskan bagaimana penulis membuat pilihan retoris tertentu
saat menulis.
Fairclough (1992:117) membedakan dua jenis intrtekstual, diantaranya:
·         Intertekstualitas Manifest mengacu pada berbagai cara untuk menggabungkan atau menanggapi teks-teks lain melalui kutipan, parafrase, ironi, dan sebagainya.
·         Interdiscursivity concerns digunakan penulis set konvensi ditarik
dari jenis teks dikenali atau genre. Teks di sini kemudian berhubungan
dengan beberapa makna kelembagaan dan sosial.
Teori intertekstual menekankan bahwa teks tidak sebagai hermetis dan mandiri entitas. Oleh karena itu, mereka tidak bertindak mendekati sistem. Untul alasan ini, teks yang pasti dipenuhi dengan refernsi ke teks-teks lain beserta kutipannya. Apa yang dihasilkan dalam membaca dipengaruhi oleh semua teks lain yang dibawa pembaca ke dalam membaca.  Pengetahuan intertextuality mngarahkan pembaca untuk menggunakan teks dengan cara tertentu, untuk membaca beberapa makna dari pada yang lain ke dalamnya (Lehtonen, 2000 : 126).
                        Buku selalu dikaitkan dengan penulisan tentang sejarah, pengetahuan, dan berbagai informasi. Minggu lalu, Howard Zinn sebagai topik utama  dalam Writing 4 ini. Free Writing yang saya lontarkan mengenai Howard Zinn sebagai Berikut.
Howard Zinn is a writer that phenomenal of Amerika. He made a story of Christopher Columbus from other pers. He think that Christopher Columbus is a killer, looser, multilator etc. Howard Zinn, a truly great historian, speaks to teachers and parents on how to tell our children about the history of America.
Jadi, menulis di Akademik tidak dapat sembarang mengeluarkan tulisan. Melainkan perlu mempertimbangkan beberapa aspek agar tulisan dapat dimengerti dan tujuan penulis sampai pada pembaca. Beberapa kunci yang dapat mendominasi pemahaman dalam menulis bisa digunakan dengan baik. Penulis dapat menggunakan teknologi seperti komputer untuk menghasilkan tulisan dengan baik dan dapat di bagikan kepada orang lain.
           



Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment