“Kaum yang Tercerahkan”
By: Dian Eka Indriyani
Senin 10 maret 2014, hari ini dikelas masih membahas
tentang yang berliterat, ternyata begitu banyak hal yang harus dilalui ketika
kita hendak menjadi kaum yang literat, Seperti yang tertulis pada layar monitor
bahwa kaum yang literat itu adalah kaum yang tercerahkan dan disitu tertulis
bukan hanya yang meniru, bagi saya bukan yang meniru disini adalah kaum yang
literat bukan sekedar kaum yang hanya meniru apa yang dia ketahui dari orang
lain, kemudian dia mampu memberikan sebuah argumen atau kritikan tentang
sesuatu dan membenarkan atau menyalahkannya, melainkan seperti yang tertulis
meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, jadi kaum yang
literat itu bukan sekedar yang meniru tapi dia yang kemudian mampu menemukan
sesuatu untuk menciptan atau menghasilkan sesuatu.
Disini untuk menjadi kaum yang literat sudah pasti dia
yang mendapat The Enlightened (tercerahkan). Seperti yang telah disampaikan
kaum yang literat adalah mereka yang tercerahkan kemudian menjadikan mereka The
literate lalu mereka yang The Love of Knowladge, dari situ kita bisa melihat
bagaimana yang literat seharusnya, pantaslah orang yang literat itu memiliki
wawasan yang luas sebab mereka telah mampu melalui berbagai situasi yang harus
dihadapinya. Bapak juga bertanya apakah
kita yang berada didalam kelas telah mendapatkan Enlightened atau pencerahan?
Bagi saya, semua ini memang masih kurang cukup untuk dikatakan pencerahan,
memang banyak hal yang baru yang saya dapatkan dari materi-materi sebelumnya,
namun semua itu tidak bisa saya dapatkan semaksimal mungkin, entah yang lain
bagaimana mungkin saja mereka sudah jauh melangkah dibanding saya, tapi bagi
saya semua ini masihlah sangat jauh untuk dikatakan orang yang tercerahkan
untuk menjadi kaum yang literat.
Ketika kaum yang literat sudah pasti tidak jauh dari
dunia tulis menulis dan membaca, seperti yang telah tertuang apalagi kita yang
berada dalam lingkungan perguruan tinggi, sudah pasti tidak akan pernah lepas
dari yang namanya menulis. Disini menulis dalam perguruan tinggi sering
mengambil bentuk dalam persuasi-meyakinkan oranglain bahwa kita memiliki
ketertarikan sudut pandang logika pada subjek yang dipelajari, persuasi itu
sendiri adalah keterampilan berlatih secara teratur dalam kehidupan
sehari-hari, jadi menulis yang dikatakan disini adalah bagaimana cara kita
ketika belajar untuk berliterasi agar bukan hanya menjadi kaum peniru saja
melalui keterampilan menulis yang kita miliki.
Kemudian kita akan diminta
untuk meyakinkan pembaca kita tentang
sudut pandang yang kita tuangkan. Disini bentuk persuasi sering disebut
argumen akademis, kemudian kita akan mengikuti
pola yang diprediksi
secara tertulis, Setelah pengenalan
singkat dari
topik yang kita buat, kita akan
menyatakan sudut pandang kita
pada topik secara
langsung dan akan sering dibahas dalam suatu
kalimat. Kalimat ini adalah
pertanyaan dan berfungsi sebagai ringkasan dari argumen yang akan kita buat
pada sisa kertas kita, jadi nantinya pembaca juga akan mudah memahami apa yang
dimaksud oleh kita, namun tentu disitu kita memiliki batasan-batasan agar tidak
terlalu terbuka dan tidak pula terlalu menutup-nutupi sebuah argumen yang kita
tuliskan.
Selanjutnya
saya akan membahas sedikit tentang apa itu tesis esai, tesis esai adalah ide
utama dalam sebuah pernyataan tesis dari esai adalah pernyataan satu atau dua
kalimat yang mengungkapkan gagasan utama, pernyataan tesis mengidentifikasi
topik dan penulis dapat memiliki sekitar topik itu yang meliputi:
Ø Laporan
tesis
Dalam hal ini ada
dua fungsi untuk pernyataan tesis yaitu penulis menciptakan tesis untuk fokus
subyek esai dan menghadirkan pernyataan tesis yang baik untuk membantu
pemahaman pembaca.
Ø Tesis
stetment
Adalah fungsi
sebagai pemberitahuan pembaca bagaimana kita akan menafsirkan pentingnya materi
pelajaran yang sedang dibahas. Biasanya pada satu kaliamat disuatu tempat dalam
paragraf kita yang menyajikan argumen kita kepada pembaca, sisa kertas, tubuh
esai, dapat mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca logika
penafsiran kita disitu kita membutuhkan
v Pengingat
penting sebagai tesis adalah hasil dari proses berfikir yang panjang, sebelum
kita mengembangkan argumen kita tentag sebuah topik, kita harus mengumpulkan
dan mengatur buktu sebanyak mungkin untuk menghubungkan fakta yang diketahui
dengan cara kita berfikir tentang ini.
v Prosedur
self Assessment.
Disini kita dapat melihat bagaimana tesis kita, apakah
kita telah lulus dari kata “so what?” apakah tesis yang kita buat sudah lulus
dari kata “how and why?” dari situ jugalah ada kemungkinan dalam tesis kita
yang terlalu terbuka dang kurang bimbingan bagi pembaca.
Mungkin hanya itu yang dapat saya
tuliskan, pada dasarnya menjadi orang yang literat itu tidak semudah yang kita
ketahui selama ini, sebelum kita menjadi orang yang tercerahkan kita belum bisa
dikatakan sebagai orang yang literat. Apalagi disini kita masih mengkonsumsi
suatu pembahasan berdasarkan dari apa yag kita dengar alias kita sebagai peniru
sedangkan orang yang literat, itu adalah orang yang mampu menemukan lalu ia
mampu untuk menciptakan.