Class Review 6



“Kaum yang Tercerahkan”
By: Dian Eka Indriyani

Senin 10 maret 2014, hari ini dikelas masih membahas tentang yang berliterat, ternyata begitu banyak hal yang harus dilalui ketika kita hendak menjadi kaum yang literat, Seperti yang tertulis pada layar monitor bahwa kaum yang literat itu adalah kaum yang tercerahkan dan disitu tertulis bukan hanya yang meniru, bagi saya bukan yang meniru disini adalah kaum yang literat bukan sekedar kaum yang hanya meniru apa yang dia ketahui dari orang lain, kemudian dia mampu memberikan sebuah argumen atau kritikan tentang sesuatu dan membenarkan atau menyalahkannya, melainkan seperti yang tertulis meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, jadi kaum yang literat itu bukan sekedar yang meniru tapi dia yang kemudian mampu menemukan sesuatu untuk menciptan atau menghasilkan sesuatu.

Disini untuk menjadi kaum yang literat sudah pasti dia yang mendapat The Enlightened (tercerahkan). Seperti yang telah disampaikan kaum yang literat adalah mereka yang tercerahkan kemudian menjadikan mereka The literate lalu mereka yang The Love of Knowladge, dari situ kita bisa melihat bagaimana yang literat seharusnya, pantaslah orang yang literat itu memiliki wawasan yang luas sebab mereka telah mampu melalui berbagai situasi yang harus dihadapinya.  Bapak juga bertanya apakah kita yang berada didalam kelas telah mendapatkan Enlightened atau pencerahan? Bagi saya, semua ini memang masih kurang cukup untuk dikatakan pencerahan, memang banyak hal yang baru yang saya dapatkan dari materi-materi sebelumnya, namun semua itu tidak bisa saya dapatkan semaksimal mungkin, entah yang lain bagaimana mungkin saja mereka sudah jauh melangkah dibanding saya, tapi bagi saya semua ini masihlah sangat jauh untuk dikatakan orang yang tercerahkan untuk menjadi kaum yang literat.
Ketika kaum yang literat sudah pasti tidak jauh dari dunia tulis menulis dan membaca, seperti yang telah tertuang apalagi kita yang berada dalam lingkungan perguruan tinggi, sudah pasti tidak akan pernah lepas dari yang namanya menulis. Disini menulis dalam perguruan tinggi sering mengambil bentuk dalam persuasi-meyakinkan oranglain bahwa kita memiliki ketertarikan sudut pandang logika pada subjek yang dipelajari, persuasi itu sendiri adalah keterampilan berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari, jadi menulis yang dikatakan disini adalah bagaimana cara kita ketika belajar untuk berliterasi agar bukan hanya menjadi kaum peniru saja melalui keterampilan menulis yang kita miliki.
Kemudian kita akan diminta untuk meyakinkan pembaca kita tentang sudut pandang yang kita tuangkan. Disini bentuk persuasi sering disebut argumen akademis, kemudian kita akan mengikuti pola yang diprediksi secara tertulis, Setelah pengenalan singkat dari topik yang kita buat, kita akan menyatakan sudut pandang kita pada topik secara langsung dan akan sering dibahas dalam suatu kalimat. Kalimat ini adalah pertanyaan dan berfungsi sebagai ringkasan dari argumen yang akan kita buat pada sisa kertas kita, jadi nantinya pembaca juga akan mudah memahami apa yang dimaksud oleh kita, namun tentu disitu kita memiliki batasan-batasan agar tidak terlalu terbuka dan tidak pula terlalu menutup-nutupi sebuah argumen yang kita tuliskan.
Selanjutnya saya akan membahas sedikit tentang apa itu tesis esai, tesis esai adalah ide utama dalam sebuah pernyataan tesis dari esai adalah pernyataan satu atau dua kalimat yang mengungkapkan gagasan utama, pernyataan tesis mengidentifikasi topik dan penulis dapat memiliki sekitar topik itu yang meliputi:
Ø  Laporan tesis
Dalam hal ini ada dua fungsi untuk pernyataan tesis yaitu penulis menciptakan tesis untuk fokus subyek esai dan menghadirkan pernyataan tesis yang baik untuk membantu pemahaman pembaca.
Ø  Tesis stetment
Adalah fungsi sebagai pemberitahuan pembaca bagaimana kita akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang dibahas. Biasanya pada satu kaliamat disuatu tempat dalam paragraf kita yang menyajikan argumen kita kepada pembaca, sisa kertas, tubuh esai, dapat mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca logika penafsiran kita disitu kita membutuhkan
v  Pengingat penting sebagai tesis adalah hasil dari proses berfikir yang panjang, sebelum kita mengembangkan argumen kita tentag sebuah topik, kita harus mengumpulkan dan mengatur buktu sebanyak mungkin untuk menghubungkan fakta yang diketahui dengan cara kita berfikir tentang ini.
v  Prosedur self Assessment.
Disini kita dapat melihat bagaimana tesis kita, apakah kita telah lulus dari kata “so what?” apakah tesis yang kita buat sudah lulus dari kata “how and why?” dari situ jugalah ada kemungkinan dalam tesis kita yang terlalu terbuka dang kurang bimbingan bagi pembaca.
            Mungkin hanya itu yang dapat saya tuliskan, pada dasarnya menjadi orang yang literat itu tidak semudah yang kita ketahui selama ini, sebelum kita menjadi orang yang tercerahkan kita belum bisa dikatakan sebagai orang yang literat. Apalagi disini kita masih mengkonsumsi suatu pembahasan berdasarkan dari apa yag kita dengar alias kita sebagai peniru sedangkan orang yang literat, itu adalah orang yang mampu menemukan lalu ia mampu untuk menciptakan.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment