Pemula: Enlightened Literate
Judul garis besar dari pertemuan minggu
lalu adalah “Enlightened”. Enlightened is characteristic from the literate or
writer who beginning. Penulis yang berstatus pemula merupakan sosok yang sangat
membutuhkan perhatian dari pembimbing, bagaimana dia menciptakan sebuah karya
atau meghasilkan karyanya, sekalipun dia adalah seorang peniru. Meniru adalah
bagian yang penting, serta meniru merupakan awal untuk menjadi seorang literate
yang tercerahkan ‘katanya’. Setidaknya penulis pemula mengetahui dan memahami
apa yang sedang digelutinya, serta ada sesuatau yang didapat.
Pernyataan di atas merupakan paradigma
saya tentang Quote of the day yang Mr. Lala sajikan. Lebih jelasnya lagi
tentang Quote of the day (original) di minggu lalu, yaitu:
“Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah
meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka
pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana
dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan.
Mereka yang hanya
baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang
mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka
baru pada fase awal. Meniru
adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda
tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya
adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru
tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada
tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak
benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik
awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah
membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".
Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu
dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita
sedikit ketahui. “
Artinya mereka seorang pemula mencari
pengetahuan yang baru mereka ketahui dan kemudian mereka dapatkan. Meniru
adalah bagian penting dari menemukan lalu mmenciptakan, dari memahami
affordance dan meaning potential. Tidak ada salahnya ketika seorang pemula
meniru, bagaimana pun dalam prosesnya dia akan mendapatkan apa uyang belum ia
ketahui dan kemmudian dengan segala keterbatasannya, ia tetap bisa menciptakan
sesuatu yang belum tentu diketahui oleh orang banyak.
Berdasarkan pernyataan diatas tidak
menutup kemungkinan bahawa seorang peniru tentunya memiliki nilai positif.
Ketika dia menciptakan sebuah karya, maka ia tidak terlepas dari nilai atau values. Menurut fowler (1996:10) “like
the historian critical linguist aim to understand the values which the underpin
social, economic, and political formation and diachronically, change in values
and change in formations.”
To understand the values is depend on
your ideology, said Mr. Lala. Ideology is of course both a medium and an
instrument of historical processes (fowler, 1996:12). Pendapat lain dari M.
Sastra Prateja menyatakan Ideology sebagai seperangkat gagasan atau pemikiran
yang beorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu siste yang
teratur . dalam hal ini ada beberapa unsure yang terkandung, yaitu;
1.
Adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap
kenyataan.
2.
Setiap ideology memiliki seperangkat nilai atau
moral.
3.
Ideology merupakan pedoman untuk mewujudkan nilai-nilai
didalamnya.
Dikaitkan
dengan seorang penulis, setiap penulis akan memiliki ideology yang bebeda. Mereka akan mempunyai
sudut pandang yang berbeda, berdasarkan pemahaman mereka masing-masing. Hal ini
juga tidak terlepas dari tujuan, penulis membuat sebuah karya dengan tujuan
tertentu.
Literacy is never neutral (Alwasilah
2007:2012). Perihal ini berdasarkan dengan ideology yang dimiliki seorang
literate, seseorang yang memiliki ideology berbeda tentunya akan memepngaruhi
literacy mereka masing-masing. Seseorang akan menciptakan sesuatu dengan sudut
pandang yang berbeda, mereka mempec=rcayaiideologi mereka dengan fakta yang
mereka pahammi atau kasus yang mereka hadapi. Therefore reading and writing is
always ideologically motivated.
Kaum literat di perguruan tinggi
biasanya menulis dalam bentuk persuasi. Persuasi yang berarti meyakinkan
seseorang bahwa kita mempunyai sesuatu yang menarik, sudut pandang logika dalam
subjek yang kita pelajari. Tujuan dasarnya dari persuari ini adalah mempengarhi
pembaca untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penulisnya. Persuasi
merupakan keterampilan kita untuk melatih diri secara teratur dalam kehidupan
sehari-hari. Di perguruan tinggi, tugas mata kuliah menanyakan kita untuk
membuat sebuah kasus persuasi dalam writing. Persuasi juga disebut sebagai
academic argument. Langkah yang harus dilakukan adalah Introduction of your
topic. Kemudian you state your point of view on the topic (biasanya dalam satu
kalimat). Kedua point diatas menjadi thesis statement yang merupakan ringkaasan
kecil dari argument yang kita buat.
Thesis dalam esay disebut sebagai main
idea. Thesis statement dalam esay bisa terdiri dari satu atau dua kalimat
pernyataan yang menyangkut dan mengungkapkan main idea. Sebuah kalimat dalam
thesis statement mengandung tiga unsure yaitu topic, klaim, dan alasan. Ada dua fungsi thesis statement diantaranya:
1.
The writer creates a thesis to focus the essay’s subject.
2.
The presence of a good thesis statement aids reader understanding.
Ada
beberapa pengertian thesis statement, diantaranya :
1. Menceritakan
atau memberitahu pembaca bagaimana penafsiran mengenai pentingnya mengenai
materi pelajaran yang sedang dibahas.
2.
Sebuah
peta jalan dari paper (memberitahu pembaca apa yang diharapkan dari paper
tersebut).
3.
Interpretasi
dari pertanyaan atau subjek tersebut.
4.
Membuat
klaim yang mungkin orang lain akan membantah..
5.
Satu
kalimat dalam paragraph pertama menyajikan argument pada pembaca.
Evidence adalah hal-hal luar dari
pemikiran yang kita miliki (fact, figures, report, book, etc) yang mengandung
alasan yang kita tunjukkan untuk membangun sebuah kliam. Ada dua macam
evidence, yaitu:
1.
Ekstrinsik (data fact, testimony)
2.
Intrinsic (invented)
Tulisan adalah produk pemikiran. Sebuah
tulisan harus dibangun atas kontruksi pemikiran yang terdiri atas tiga komponen
penting yaitu argument, klaim dan data. Akan tetapi klaim menjadi inti dalam
tulisan mengenai seuatu hal. Sebuah klaim harus didasari oleh sebua argument.
Argument yang kuat membutuhkan bukti berupa data.
Sebagai kaum literate tidak akan bisa
terlepas dari sebuah literasi. Tidak akan terlepas pula dari membuat sebuah
karangan. Kaum literate adalah orang-orang yang memahami literasi entah itu
dalam porsi yang sedikit atau lebih banyak. Akan tetapi yang diharapkan adalah
kaum literate bisa menerapkan literasinya dalam kegiatan sehari-hari, sudah
tentu dalam status sebagai penulis. Penulis yang menjadi ujung tombak
penggerak, bagaiman literasi diciptakan.