class review 6

Pemula: Enlightened Literate

Judul garis besar dari pertemuan minggu lalu adalah “Enlightened”. Enlightened is characteristic from the literate or writer who beginning. Penulis yang berstatus pemula merupakan sosok yang sangat membutuhkan perhatian dari pembimbing, bagaimana dia menciptakan sebuah karya atau meghasilkan karyanya, sekalipun dia adalah seorang peniru. Meniru adalah bagian yang penting, serta meniru merupakan awal untuk menjadi seorang literate yang tercerahkan ‘katanya’. Setidaknya penulis pemula mengetahui dan memahami apa yang sedang digelutinya, serta ada sesuatau yang didapat.
Pernyataan di atas merupakan paradigma saya tentang Quote of the day yang Mr. Lala sajikan. Lebih jelasnya lagi tentang Quote of the day (original) di minggu lalu, yaitu:
Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan.  Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat; mereka baru pada fase awal. Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan". Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Artinya mereka seorang pemula mencari pengetahuan yang baru mereka ketahui dan kemudian mereka dapatkan. Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu mmenciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential. Tidak ada salahnya ketika seorang pemula meniru, bagaimana pun dalam prosesnya dia akan mendapatkan apa uyang belum ia ketahui dan kemmudian dengan segala keterbatasannya, ia tetap bisa menciptakan sesuatu yang belum tentu diketahui oleh orang banyak.
Berdasarkan pernyataan diatas tidak menutup kemungkinan bahawa seorang peniru tentunya memiliki nilai positif. Ketika dia menciptakan sebuah karya, maka ia tidak terlepas dari nilai  atau values. Menurut fowler (1996:10) “like the historian critical linguist aim to understand the values which the underpin social, economic, and political formation and diachronically, change in values and change in formations.”
To understand the values is depend on your ideology, said Mr. Lala. Ideology is of course both a medium and an instrument of historical processes (fowler, 1996:12). Pendapat lain dari M. Sastra Prateja menyatakan Ideology sebagai seperangkat gagasan atau pemikiran yang beorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu siste yang teratur . dalam hal ini ada beberapa unsure yang terkandung, yaitu;
1.         Adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap kenyataan.
2.         Setiap ideology memiliki seperangkat nilai atau moral. 
3.         Ideology merupakan pedoman untuk mewujudkan nilai-nilai didalamnya.
Dikaitkan dengan seorang penulis, setiap penulis akan memiliki  ideology yang bebeda. Mereka akan mempunyai sudut pandang yang berbeda, berdasarkan pemahaman mereka masing-masing. Hal ini juga tidak terlepas dari tujuan, penulis membuat sebuah karya dengan tujuan tertentu.
Literacy is never neutral (Alwasilah 2007:2012). Perihal ini berdasarkan dengan ideology yang dimiliki seorang literate, seseorang yang memiliki ideology berbeda tentunya akan memepngaruhi literacy mereka masing-masing. Seseorang akan menciptakan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda, mereka mempec=rcayaiideologi mereka dengan fakta yang mereka pahammi atau kasus yang mereka hadapi. Therefore reading and writing is always ideologically motivated. 
Kaum literat di perguruan tinggi biasanya menulis dalam bentuk persuasi. Persuasi yang berarti meyakinkan seseorang bahwa kita mempunyai sesuatu yang menarik, sudut pandang logika dalam subjek yang kita pelajari. Tujuan dasarnya dari persuari ini adalah mempengarhi pembaca untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penulisnya. Persuasi merupakan keterampilan kita untuk melatih diri secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Di perguruan tinggi, tugas mata kuliah menanyakan kita untuk membuat sebuah kasus persuasi dalam writing. Persuasi juga disebut sebagai academic argument. Langkah yang harus dilakukan adalah Introduction of your topic. Kemudian you state your point of view on the topic (biasanya dalam satu kalimat). Kedua point diatas menjadi thesis statement yang merupakan ringkaasan kecil dari argument yang kita buat.
Thesis dalam esay disebut sebagai main idea. Thesis statement dalam esay bisa terdiri dari satu atau dua kalimat pernyataan yang menyangkut dan mengungkapkan main idea. Sebuah kalimat dalam thesis statement mengandung tiga unsure yaitu topic, klaim, dan alasan.  Ada dua fungsi thesis statement diantaranya:
1.         The writer creates a thesis to focus the essay’s subject.
2.         The presence of a good thesis statement aids reader understanding.
Ada beberapa pengertian thesis statement, diantaranya :
1.        Menceritakan atau memberitahu pembaca bagaimana penafsiran mengenai pentingnya mengenai materi pelajaran yang sedang dibahas.
2.         Sebuah peta jalan dari paper (memberitahu pembaca apa yang diharapkan dari paper tersebut).
3.         Interpretasi dari pertanyaan atau subjek tersebut.
4.         Membuat klaim yang mungkin orang lain akan membantah..
5.         Satu kalimat dalam paragraph pertama menyajikan argument pada pembaca.
Evidence adalah hal-hal luar dari pemikiran yang kita miliki (fact, figures, report, book, etc) yang mengandung alasan yang kita tunjukkan untuk membangun sebuah kliam. Ada dua macam evidence, yaitu:
1.         Ekstrinsik (data fact, testimony)
2.         Intrinsic (invented)

Tulisan adalah produk pemikiran. Sebuah tulisan harus dibangun atas kontruksi pemikiran yang terdiri atas tiga komponen penting yaitu argument, klaim dan data. Akan tetapi klaim menjadi inti dalam tulisan mengenai seuatu hal. Sebuah klaim harus didasari oleh sebua argument. Argument yang kuat membutuhkan bukti berupa data. 
Sebagai kaum literate tidak akan bisa terlepas dari sebuah literasi. Tidak akan terlepas pula dari membuat sebuah karangan. Kaum literate adalah orang-orang yang memahami literasi entah itu dalam porsi yang sedikit atau lebih banyak. Akan tetapi yang diharapkan adalah kaum literate bisa menerapkan literasinya dalam kegiatan sehari-hari, sudah tentu dalam status sebagai penulis. Penulis yang menjadi ujung tombak penggerak, bagaiman literasi diciptakan.




Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment