Menata Ulang
4th Class Review By : Fithri Maulidah
Jika hari itu bisa diulang, aku ingin kembali. Aku ingin merubah
ceritanya, aku ingin seperti yang aku harapkan hari ini. Tanpa luka. –
Merubah cerita yang sudah terjadi memang tidak mungkin, kecuali
kalau ada mesin waktu seperti dalam film Harry Potter dan dongeng yang selalu
ayah ceritakan kepada saya kala kecil. Berbeda dengan pendidikan, jika melihat
pendidikan di Indonesia saat ini, cukup untuk menghembuskan satu kali tarikan
nafas. Sistem pendidikan berbeda, tidak seperti waktu. Sistem pendidikan dapat
dirubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun perubahan yang diinginkan
tentu menuntut usaha, akan berhasil jika usaha yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh.
Hal ini berhubungan dengan tugas critical review pada minggu
kemarin. Ada yang keliru dalam pemahaman saya pada saat membaca article
mengenai Classroom discourse. Kekeliruan saya yaitu menempatkan poin penting
yang dimaksud pada paragraf ahir tulisan saya. Too LATTE ! ungkapan yang tepat
untuk tulisan saya, menyakitkan sekali rasanya. Tak apa, justru disitu saya
merasa harus menatanya lagi.
Ternyata, dalam pembelajaran khususnya pendidikan, momentum
terpentingnya ada pada sistem pembelajaran dalam kelas (classroom discourse).
Pemahaman mengenai text dan context pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan pola berfikir kritis dalam praktek kehidupan. Jika pemahaman siswa
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tentu ada penyimpangan dalam
pemahamannya.
Penyimpangan pemahaman yang ada dalam pembelajaran dipengaruhi
beberapa faktor, seperti bahasa penyampaian, cara penyampaian, respon siswa,
dan kesadaran guru dalam memahami situasi kelas. Pembelajaran dalam kelas
dilakukan dengan cara interaksi, yaitu
antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa.
Pada hakikatnya proses pembelajaran ini adalah proses komunikasi
penyampaian pesan. Dimana guru sebagai penyampai pesan dan siswa sebagai penerimanya. Dengan
adanya komunikasi dalam kelas, mampu meningkatkan pemahaman antara guru dan
siswa. harus diingat juga, setiap siswa tentu berbeda cara menangkap informasi.
Hal itu bisa disebabkan oleh latar belakang siswa. Guru harus mempunyai strategi
tertentu sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam kelas, karena semua kegiatan
pembelajaran tidaklah sama. Guru juga harus menyadari apakah pembelajaran yang
dilakukannya diterima dengan baik oleh siswa atau justru siswa tidak memahami
metode penyampaiannya.
Contonya untuk mengatasi penyimpangan pemahaman dapat dilakukan
dengan media tertentu atau diskusi dalam kelas. Dengan berdiskusi siswa bebas
menyampaikan apa yang dia pahami dan apa yang tidak dipahami. Jika adanya
penyimpangan pemahaman tentu dapat dengan mudah diatasi oleh strategi diskkusi
tersebut. Namun, jika guru memahami berbagai komunikasi yang ada dalam
kelasnya, tentu pembelajaran akan sesuai dengan tujuan awal. Bahkan, jika
proses komunikasi dalam kelas terjalin sangat baik, akan meningkatkan prestasi
sekolah tersebut menghasilkan lulusan atau siswa-siswa yang literat dan dapat
berfikir kritis.
Jika
interaksi dalam pendidikan tidak dilakukan dengan baik, tentu akan menimbulkan
konfilk. Seperti konflik antar agama.
Ditambah lagi perbedaan
ras dan agama yang memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku
dan ras serta agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh yang ada di Indonesia, yaitu antara
Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan
Suku Batak yang beragama Kristen. Kedua suku itu seringkali hidup dalam
ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman
dan keamanan. Kemudian kisah Ustadzah Irene Handono yang menceritakan
tentang maraknya kristenisasi di Indonesia, yaitu mendekati islam untuk
memusuhinya. Orang-orang kristen mendekati orang islam dengan tujuan tertentu,
dalam bible dikatakan : "Carilah domba tersesat, dan kabarkanlah injil ke
seluruh dunia." Ayat inilah yang menjadi inspirasi kaum Kristen militan
dalam mengkristenisasi umat lain, sebagai karcis mereka memasuki surga.
pola yang dilakukan orang-orang kristen untuk mencapai tujuannya yaitu mereka berbuat baik dan menyampaikan ajarannya agar orang islam mengikutinya. Mereka juga mempunyai senjata untuk melemahkan Islam di Indonesia, yaitu mengincar bidang politik, ekonomi, pendidikan serta kesehatan.
pola yang dilakukan orang-orang kristen untuk mencapai tujuannya yaitu mereka berbuat baik dan menyampaikan ajarannya agar orang islam mengikutinya. Mereka juga mempunyai senjata untuk melemahkan Islam di Indonesia, yaitu mengincar bidang politik, ekonomi, pendidikan serta kesehatan.
Semuanya biaya sekolah dan kesehatan
mahal untuk kalangan kristen, tapi dibuat gratis untuk kalangan islam. Tentu
ada tujuan dibalik itu semua. Jika orang islam yang lemah imannya, tentu akan
terpengaruh dan keluar dari islam. Na’uzdubillah! Sebagai orang islam yang
berpendidikan kita harus berfikir jauh kedepan, jadi apa Indonesia kelak jika
para pemimpinnya orang-orang kristen. Pasti mereka akan merasa menang dari
kekalahan nenek moyangnya dulu yang tidak bisa berbuat apa-apa ketika Nabi
Muhammad SAW masih hidup. Mereka sengaja menyerang umat-Nya di zaman ini dengan
berbagai tipu muslihat yang menjerumuskan.
So, dengan adanya pembelajaran dalam
kelas akan membuat kita paham apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapi
situasi penyimpangan pemahaman yang dapat menimbulkan konflik tersebut. Mari kita menata strategi apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi perkembangan zaman ini. Strategi harus disiapkan
dalam pemikiran yang jauh kedepan, karena jika tidak fokus pada psikologi
pendidikan yang berkembang saat ini dan dipelajari dalam kelas kita bisa
terbodohi oleh tujuan orang-orang yang ingin menghancurkan kejayaan kita.