Critical Review 2: Vitamin B6



Vitamin dari Buku: Bahan Bakar Baku untuk Bangsa yang Berbudaya (Vitamin B6)
Oleh Hadi Wibowo
            Buku merupakan hasil karya tulis manusia yang mengandung makna. Buku mempunyai banyak tujuan, menghibur, memberikan informasi, mendidik dan sebagainya. Dengan buku pola pikir manusia dapat diubah, karena buku merupakan hasil pemikiran dari manusia juga yaitu sang penulis. Meskipun doktrin-doktrin dalam buku kebanyakan bersifat subjektif, namun dapat mempengaruhi dan merubah cara pandang seseorang.
            Dahsyatnya kekuatan dari sebuah buku ini bisa menjadi sebuah faktor kemajuan atau kemunduran seseorang. Apabila seseorang rajin membaca maka banyak pula informasi yang akan ia dapat. Namun hal itu tergantung pada buku yang ia baca. Buku bacaan yang baik dapat membuat orang tersebut bersifat positif. Namun apa yang terjadi jika dalam buku tersebut mempunyai maksud untuk mengintimidasi seseorang atau suatu pihak?
            Howard Zinn, dalam artikelnya yang berjudul Speaking Truth to Power with Books, menyatakan bahwa buku telah mengubah dunianya. Mengubah pola pikir seseorang dan jalan hidup mereka. Buku dapat memberikan sugesti-sugesti yang mampu mengubah cara pandang seseorang terhadap sesuatu berbeda. Hal ini bisa membuat orang tersebut menganggap sesuatu lebih baik atau malah sebaliknya.
            Buku merupakan sumber bacaan yang mempunyai banyak tujuan. Sebagai sumber bacaan, buku dituntut dapat memberikan informasi yang berguna. Namun buku dapat membuat pikir yang buruk. Peran dan pengaruh buku sangat besar terhadap kemajuan dan kemampuan seseorang. Buku merupakan inspirasi seseorang untuk membaca karena membaca buku pikiran menjadi berkembang dan pandangan menjadi luas. Cakrawala wawasan terbuka lebih lebar dan daya nalar terbangkitkan. Buku dapat memberikan pencerahan serta motivasi berpikir logis dan kritis. Pencerahan pikiran memungkinkan untuk mengembangkan potensi lebih baik lagi dan menimbulkan rasa optimisme. Melihat sisi terang dalam kegelapan memandang sisi positif ke negatif. Dengan kata lain, mampu menggugah perasaan senang membacanya.
            Buku menjadi sebuah guru untuk menceritakan sejarah yang telah terjadi. Terbatasnya pikiran manusia menjadikan buku sebagai media untuk menceritakan sejarah yang ada. Apabila kebenaran tidak dituliskan maka sejarah pun akan menjadi salah dan membuat pandangan seseorang terhadap sesuatu berbeda.
            Pengagung-agungan Columbus merupakan bukti nyata serajah yang salah. Orang yang sebenarnya seorang penjahat besar dianggap sebagai seorang hero. Masyarakat amerika menganggap Columbus adalah penemu benua amerika, bahkan mereka merayakan hari Columbus dan menetapkannya sebagai hari libur nasional. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus. Howard Zinn menuliskan dalam bukunya People’s History of the United States, bahwa Christopher Columbus adalah seorang pembunuh, penyiksa, penculik, pemutilasi masyarakat Indian, dan orang yang serakah. Masyarakat tidak mau menerima dan malah menghujat dia. Padahal maksud dari tulisannya tersebut adalah untuk menceritakan kebenaran dari Hero Amerika itu.
            Kekuatan buku yang dapat menceritakan kebenaran yang sebenarnya ini tergantung pada si penulisnya. Penulis yang baik menggunakan sumber-sumber bacaan dan informasi yang terpercaya dengan berdasarkan bukti yang ada. Hal ini menekankan bahwa membaca merupakan hal yang harus dilakukan sebelum orang tersebut dapat menulis dan menceritakan hal yang sebenarnya. Penyamapaian informasi yang salah dapat membuat cara pandang seseorang terhadap sesuatu akan salah pula. Oleh karena itu, dengan banyak membaca maka informasi yang didapat akan banyak dan cukup untuk membuktikan suatu masalah.
            Masalah yang muncul sekarang adalah kemauan masyarakat untuk membaca sangat rendah. Jangankan untuk membaca, membeli buku pun mereka enggan. Hal ini membuat tingkat kebodohan terus meningkat.          Padahal membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Demikian kata Glenn Doman dalam bukunya How to Teach Your Baby to Read (1991: 19). Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik. Farr (1984) menyebutkan “Reading is the heart of education”. Membaca merupakan batu loncatan bagi keberhasilan anak di sekolah dan dalam kehidupan selanjutnya kelak dalam masyarakat. Tanpa kemampuan membaca yang layak, keberhasilan di sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi adalah tidak mungkin. Begitu pentingnya kegiatan membaca ini sehingga berdasarkan penelitian Baldridge (1987), manusia modern dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Itu sebabnya Allah memerintahkan umat Islam untuk membaca.
            Al Qur’an merupakan sumber utama bagi umat Islam. Segala kelakuan dan perbuatan manusia telah diatur di dalamnya. Ditambah dengan Hadits Nabi yang menyempurnakannya. Semua itu menjadi petunjuk hidup bagi setiap manusia. Di dalam Al Qur’an juga terdapat pengetahuan mengenai alam semesta yang menjadi pokok untuk dapat hidup di dunia ini. Manusia telah diperintahkan untuk membaca di dalam Al Qur’an surat Al Alaq.
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al Alaq: 1-5)
Wahyu pertama tersebut merupakan perintah membaca yang komprehensif: membaca dan menelaah semesta; membaca dan menelaah diri; membaca dan menelaah yang telah tertulis; dan membaca dan menelaah yang tidak tertulis.
Oleh karena itu Allah mengajari manusia dengan pena, itu berarti perintah yang komperhensif juga untuk membaca (tulisan) dan menulis (tulisan). Mengajari manusia dengan pena adalah mengajari menulis. Perintah membaca disertai pula perintah untuk menulis. Objek menulisnya juga sama dengan objek membaca: alam semesta, diri sendiri, yang sudah dituliskan, maupun yang belum dituliskan. Perintah itu adalah juga perintah aktif-produktif menghasilkan tulisan, bukan hanya perintah aktif-reseptif membaca. Jika hanya dimaknai perintah membaca tulisan, pemaknaan itu terlalu sempit, yakni umat Islam hanya diperintah mengkonsumsi bacaan (orang lain). Secara implisit perintah untuk aktif menulis telah ada di dalam Al Qur’an.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيۡنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى فَٱكۡتُبُوهُۚ وَلۡيَكۡتُب بَّيۡنَكُمۡ كَاتِبُۢ بِٱلۡعَدۡلِۚ وَلَا يَأۡبَ كَاتِبٌ أَن يَكۡتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ ٱللَّهُۚ فَلۡيَكۡتُبۡ وَلۡيُمۡلِلِ ٱلَّذِي عَلَيۡهِ ٱلۡحَقُّ وَلۡيَتَّقِ ٱللَّهَ رَبَّهُۥ وَلَا يَبۡخَسۡ مِنۡهُ شَيۡ‍ٔٗاۚ
 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya…” (QS. Al-Baqarah: 282)
Jika persoalan utang piutang saja mendapat perhatian yang begitu besar untuk ditulis maka artinya Allah ingin agar umat Islam itu menjadi umat yang menulis. Yaitu umat yang menggunakan kalam sebagai basis dalam bermuamalah dan tidak sekedar mengandalkan lisan yang jelas akan mudah untuk dilupakan atau diingkari. Sejak turunnya ayat yang memerintahkan menuliskan perjanjian utang-piutang dan pembelian non-tunai ini maka umat Islam langsung berubah menjadi umat yang menggunakan piranti tulis dalam bermuamalah. Ketika sebagian besar manusia masih benar-benar hidup dalam keterbelakangan dan bahkan kertas dan alat cetak belum ditemukan tapi Tuhan sudah memerintahkan umat Islam untuk melakukan aktivitas yang merupakan ciri manusia modern, yaitu membaca dan menulis. Umat Islam bermetamorfosis menjadi umat yang modern yang tidak lagi hanya menggunakan perjanjian lisan tetapi berubah menjadi umat yang menggunakan perjanjian tertulis dalam komunikasi bisnisnya. Ayat ini mendorong umat Islam untuk mengembangkan hubungan muamalahnya ke arah yang belum pernah dilakukan oleh umat lain, yaitu ke arah perjanjian tertulis.
Jadi jelas bahwa Islam membawa perubahan ke arah kehidupan yang sangat modern dengan perintah menulis tersebut. Meski secara tersurat dan tekstual dalam ayat tersebut hanya disebutkan tentang perjanjian utang-piutang dan pembelian non-tunai tapi implikasi dari perintah ini jelas menjadi acuan dalam segala aspek kehidupan bermuamalah bagi umat Islam setelahnya. Era menulis diawali dengan kebutuhan aktual akan perjanjian utang-piutang dan pembelian non-tunai yang kemudian menjadi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern setelahnya. Tidak salah jika kemudian umat Islam menjadi umat yang paling modern dan paling maju pada masa keemasannya dahulu karena perintah untuk membaca dan menulis kemudian dikembangkan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Sayang sekali bahwa saat ini umat Islam justru melalaikan perintah Tuhan yang sangat penting pada masa ini sehingga menjadi umat yang tertinggal dibandingkan umat lain.
Telah terbukti dalam sejarah, kejayaan suatu bangsa, kemajuan suatu kaum ditandai oleh kemampuan membaca dan menelaah yang diikuti dengan kemampuan menulis. Plato, Aristoteles contoh pembaca dan penulis di zaman kejayaan Yunani-Romawi yang jejak tulisannya ada sampai sekarang. Ibnu Rusydi (Avero), Ibnu Sina (Avesina), Aljabar (Algebra), Al-Ghazali adalah pembaca dan penulis zaman kejayaan Islam yang jejak tulisannya abadi sampai sekarang.
Karena manusia mempunyai hawa nafsu, cenderung hawa nafsu membutakan akal. Akal kita akan menelaah suatu hal yang menarik, kemudian kita telaah baik-baik dengan ilmu yang kita miliki maka akan ada timbul pertanyaan-pertanyaan kadang diluar logika kita. Sehingga tanpa guru seorang manusia akan menerka, berprasangka, dan berpendapat yang apabila menurut mereka baik maka baik, jika buruk maka buruk tanpa terdasari dasar pokok agama yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ ١١٦
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al An'am: 116)
Karena mengikuti prasangka dan terkaan akan membuat manusia buta, dan ingatlah ayat ini. Manusia mempunyai kelemahan dan sebuah keinginan,
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦
… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 216)
            Pada masa hidupnya Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin masyarakat yang sangat memperhatikan persoalan pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Beliau juga selalu mencari kesempatan untuk mencerdaskan masyarakat Madinah. Rasulullah SAW sangat menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Ketika Perang Badar usai, ada 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan, masing-masing mereka diminta untuk mengajar 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Biaya untuk menebus tawanan saat itu berkisar antara 1000-4000 dirham per orang. Sebuah jumlah yang cukup besar bahkan untuk ukuran masa kini. Tapi Rasulullah mau melepas tebusan tersebut dengan sebuah upaya pembelajaran membaca dan menulis bagi umatnya. Ini adalah sebuah gerakan literasi umat yang dilakukan sendiri oleh Rasulullah, bahkan pada saat berperang. Berperang tidak membuat Rasulullah melupakan tugasnya untuk menjadikan umatnya sebagai umat yang melek baca tulis (literate). Zaid bin Tsabit R.A adalah salah satu sahabat yang akhirnya bisa membaca dan menulis karena kebijakan konversi tebusan tawanan dengan kemampuan literasi umat. Ini adalah sebuah kebijakan pendidikan yang sangat radikal dan juga jenius dari seorang yang semula juga ummi (tidak bisa membaca dan menulis).
Bud Garner mengatakan, "When you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when you write, your words echo down the ages." Garner menekankan betapa pentingnya kita menulis. Itu sebabnya agama Islam mewajibkan umatnya untuk menulis. Meski yang diperintahkan secara eksplisit dalam QS 2:282 adalah menuliskan hubungan muamalah dalam hutang-piutang tapi itu secara implisit mendorong umat Islam untuk melakukan menulis sebagai bagian hidup sehari-hari sebagaimana kita menjadikan sholat sebagai kegiatan rutin sehari-hari. Umat Islam adalah umat yang mendapat perintah untuk membaca dan menulis secara tersurat dan tersirat dalam kitab sucinya.
Apabila kemauan untuk membaca dan menulis telah tinggi maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah pembiasaan. Membiasakan membaca adalah hal yang harus dilakukan sedari dini. Dengan buku bacaan yang bagus, maka tidak hanya informasi yang bisa didapat melainkan gagasan dan pemikiran baru yang dapat merubah pola pikir yang salah selama ini. Berikut ini adalah kriteria buku bacaan yang bagus:
1)      Menambah ilmu pengetahuan
Buku bacaan yang bermutu akan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan pembacanya. Ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam buku bermutu kebenarannya sudah teruji. Dengan membaca buku akan terjadi alih ilmu pengetahuan ( transfer of knowledge ) artinya makin banyak membaca buku akan makin banyak dan luas ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dikuasai. Setelah membaca buku diharapkan ilmu yang diperoleh dapat dipraktekkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada gilirannya, ilmu pengetahuan yang akan diperoleh melalui buku dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengubah mengembangkan potensi diri.
2)      Menggugah inspirasi
Buku bacaan yang bermutu, bahasanya sederhana, sistematis, runtut dan mengalir sehingga enak dibaca dan mudah dicerna atau dipahami oleh siapa saja. Pada saat membaca kita merasa nyaman tidak membuat kitamengerutkan kening. Bahasa yang mudah dipahami akan mempercepat pemahaman isi buku.
Selain itu, bahasa yang mudah dipahami dapat menimbulkan semangat untuk terus membaca. Kegiatan membaca dapat menjadi kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Selama dan setelah membaca timbul semangat dan gairah untuk membaca buku telah banyak lagi. Seolah-olah buku itu seperti candu membuat kita ketagiahan. Apabila kita tidak membaca rasanya dalam diri ada sesuatu yang kurang.
3)      Menimbulkan pencerahan
Setelah membaca buku, pikiran menjadi berkembang dan pandangan menjadi luas. Cakrawala wawasan terbuka lebar dan daya nalar terbangkitkan. Buku dapat memberikan pencerahan serta memotivasi berpikir logis dan kritis. Pencerahan pikiran memungkinkan untuk mengembangkan potensi lebih baik lagi. Buku bacaan uang bermutu akan memberikan pancaran sinar terang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari menambah rasa optimisme.
Melihat sisi terang dalam kegelapan dan memandang sisi posistif dan hal yang dianggap negative dengan kata lain mampu menggugah perasaan senang membacanya. Kalimat-kalimat ramah, bersahabat dan menenteramkan gairah atau semangat hidup dan perasaan tanpa beban kemudian muncul setelah membaca.
4)      Mempunyai sistematika yang runtut dan bersih
Buku bacaan yang bermutu akan memaparkan pembahasan dengan baik, runtut dan rapi sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pembacanya. Pola pikir yang ada dalam buku ditampilkansecara teratur dan sistematis. Antara isi bab yang satu dengan bab yang lain saling berhubungan dan mendukung sehingga menampilkan isi yang utuh.
Penampilan isi juga bergantung pada kualitas cetakan. Kualitas cetakan dapat dilihat dari segi penjelasan cetakan, ukuran huruf, bentuk huruf, dan keakuratan cetakan. Dalam suatu buku bacaan yang bermutu tidak akan ditemui salah cetak yang dapat menimbulkan salah tafsir.
5)      Tidak mengandung pertentangan unsur sara
Buku bacaan yang bermutu isinya tidak mengandung dan menimbulkan pertentangan unsur sara (suku, agama, ras, dan antar golongan). Di dalamnya tidak ada hal-hal yang menjurus provokasi  dan menyulut emosi pembacanya sehingga menimbulkan perpecahan atau permusuhan di antara warga masyarakat. Buku bacaan yang bermutu harus senantiasa dapat menjaga keamanan menimbulkan kedamaian dan menambah ketenteraman. Selain itu, buku diharapkan memotivasi pembaca untuk saling menghargai dan berpijak pada kebenaran.
Sebuah perguruan tinggi berlabelkan IAIN telah menerapkan gerakan aktif membaca dan menulis. Mahasiswanya yang telah digembleng sejak semester 2 kini telah menghasilkan puluan karya ilmiah baru yang belum pernah ada sebelumnya. Semoga dengan munculnya banyak penulis muslim muda, maka dapat menghasilkan buku bacaan baru yang tidak hanya memberikan informasi yang bermanfaat tapi juga dapat memperbaiki akhlak dan norma masyarakat sekarang. Sehingga diharapkan buku bacaan di kalangan anak muda sekarang bukan berupa novel atau komik lagi.
Buku sebagai faktor pengubah pola hidup seseorang dapat membuat bangsa untuk lebih maju dan berbudaya lagi. Dengan mengambil vitamin dari buku maka masyarakat bangsa ini akan lebih maju dan aktif lagi dalam berliterasi. Sehingga dapat bersaing dengan negara yang telah maju ke depan.



REFERENSI
Al Qur’an Karim.
Waterston, Alisse and Maria D. Vesper, 2009, Anthropology off the Shelf: Anthropologists on Writing, Chichester: Blackwell.
http://maskabare.blogspot.com/
http://satriadharma.com/
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment