Critical Review-2


Buku adalah Jiwa, dan Kebeneran adalah Roh Bagi
Penyentuh Kehidupan
(By: Fitriatuddiniyah)


“I read a book one day and my whole life was changed.”
Orhan Pamuk, The New Life
“Books are the plane, and the train, and the road. They are the destination, and the journey. They are home.”
Anna Quindlen, How Reading Changed My Life
“Books are like mirrors: if a fool looks in, you cannot expect a genius to look out.”
J.K. Rowling
           
            A wise man berkata bahwa buku dapat mengubah dunia, tetapi terlebih dahulu ia mengubahmu.  Tentu saja, karena betapa menyedihkan jika kita bukan bagian dari dunia yang berubah. Sebelum mengubah dunia, buku lebih dulu mengubah kita dengan magic dan kekuatannya dalam menghipnotis, dan mempengaruhi pola fikir kita, bahkan kehidupan kita.  Buku yang paling magic dan powerful adalah kitab suci kita Al-Qur’an Al-Karim, kitab yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi agung kita Muhammad SAW.  Dimana rohnya memiliki cahaya yang memberi petunjuk dan tuntunan untuk kita dalam menapaki kehidupan yang gulita.

               “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura: 52)
Disampig itu, tahukan bahwa sebuah buku yang hanya terdiri dari kumpulan kertas dan tulisan yang tak bernyawa itu mampu membawa perubahan yang besar bagi kelangsungan hidup kita, bahkan sebuah bangsa.  Melalui sejarah, kita dapat mengetahui kedahsyatan dan pengaruh sebuah buku. Sebut saja, buku “Prinsipia Mathematic” yang ditulis oleh Isaac Newton.  Buku ini berisi pandangan dan sebuah pemikiran kritis bahwa kebenaran akal harus dibuktikan dengan eksperimen-eksperimen.  Apakah dampak yang ditimbulkan dari buku ini? Buku ini merupakan inspirator para pemimpin Eropa yang kelak mengadakan revolusi di Inggris dan Perancis.
Kita juga mengenal buku novel “Harry Potter” yang berjumlah 7 seri.  Sekilas buku ini tampak seperti novel biasa. Namun siapa sangka, buku yang hanya terdiri dari kisah fiksi dan imajinasi karya J. K. Rowling ini mampu membuat penulisnya memperoleh kekayaan yang melebihi Ratu Elizabeth II.  Tak hanya itu, produser-produser film siap menjadikan kisah ini tayangan yang menarik karena balutan kisahnya yang unik.  Selain itu, buku Harry Potter membuat terbentuknya berbagai komunitas pecinta HarPot di seluruh dunia. Menyusul buku-buku novel lainnya, seperti Twilight Series oleh Stephanie Meyer.  Novel yang hanya berbentuk buku yang benda mati ini mampu menimbulkan makna tersendiri di kalangan masyarakat.
Contoh lainnya seperti buku motivasi yang mampu mengubah cara pandang masyarakat (pembaca) mengenai kehidupan yang berliku, namun dengannya mereka lebih dapat memaknai hidup.  Becoming a Star (2006), One Million Second Chances (2006), Life Changer (2009), Leadership Golden Ways (2009) ini adalah beberapa contoh buku motivasi  goresan pena Mario Teguh yang namanya sangat melambung tinggi di kalangan masyarakat bangsa Indonesia sebagai motivator yang gagah berani membawa kita terinspirasi dalam memaknai kehidupan ini.
Begitu pun dengan salah satu bab dalam buku Anthropology off the Shelf Anthropologist of Writing, “Speaking Truth to Power with Books” oleh Howard Zinn mengenai apa yang dilakukan buku atau apa yang dilakukan tulisan.  Menurutnya, buku Dickens yang dihadiahkan oleh orang tuanya memiliki efek yang kuat pada pemikirannya hingga saat ini.  Itu artinya, buku mampu mempengaruhi kita, mengubah cara pandang kita dalam memaknai segala sesuatunya.
Pengalamannya sering mengatakan bahwa “Buku ini merubah hidup saya”.  Jadi, dia berfikir bahwa buku dapat melakukan hal itu.  Dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubah kesadarannya, hal itu akan memiliki efek pada dunia, dalam satu atau cara lain, cepat atau lambat, dengan cara yang mungkin tidak bisa kita tebak.
Beliau kembali membaca Dickens’s Hard Time oleh Charles Dickens dan terpana oleh karakter kepala sekolah Gradgrind yang menyarankan seorang guru muda untuk ingat hanya memberikan fakta-fakta, tidak ada selain fakta-fakta.  Nasihat ini pun menjadi bahan renungan dan menjadi pengetahuannya bahwa tidak ada hal-hal yang lain seperti fakta murni yang lugas oleh pengadilan.  Artinya, sesegera fakta-fakta disajikan, sesegera pula fakta-fakta di keluarkan di dunia.  Penghakiman adalah fakta-fakta tertentu yang penting untuk seseorang mengetahui dan fakta-fakta lainnya yang tidak ingin kita ketahui.  George HW Bush berbicara tentang pendidikan karena dia tahu tentang pendidikan dan ia tahu bahwa anak-anak harus mempelajari fakta-fakta.
“Facts do not cease to exist because they are ignored.”
Aldous Huxley, Complete Essays 2, 1926-29
“Truth is stranger than fiction, but it is because Fiction is obliged to stick to possibilities; Truth isn't.”
Mark Twain
Kemudian ia membicarakan tentang Christoper Columbus pada bukunya A People’s History of the United States yang menghidupkan kontra masyarakat padanya.  Mengapa? Mereka menganggap bahwa ia adalah seorang komunis yang mempunyai pandangan sadis dan berlainan arah tentang Colombus itu sendiri.  Pada bab pertama yang berjudul “Columbus, The Indians, and Human Progress” dalam buku tersebut, ia menceritakan kembali pertemuan pertama masyarakat tradisional di Karibia dengan ekspedisi Christoper Columbus.  Pandangan Zinn tentang pertemuan pertama sangat berbeda dari tokoh sejarah yang populer, di mana Columbus digambarkan sebagai penjelajah damai, penemu besar, berteman dengan orang-orang pribumi.  Hal ini tergambar dari jurnal-jurnal Columbus sendiri serta tulisan-tulisan lain pada saat itu.
Namun, Zinn menghadapkan Columbus sebagai agen penaklukan yang munafik dan tamak untuk mencari emas dan sumber daya lainnya yang juga memiliki keinginan untuk menyiksa, menculik, membunuh, dan mutilator orang pribumi untuk mencapai tujuannya tersebut.  Hal ini adalah titik utama bahwa narasinya menyimpang dari kebanyakan narasi terdahulu. Namun, buku ini menjadi best seller yang menginspirasi generasi sekolah tinggi dan mahasiswa untuk memikirkan kembali sejarah Amerika.
“TO BE HOPEFUL in bad times is not just foolishly romantic. It is based on the fact that human history is a history not only of cruelty, but also of compassion, sacrifice, courage, kindness.
What we choose to emphasize in this complex history will determine our lives. If we see only the worst, it destroys our capacity to do something. If we remember those times and places—and there are so many—where people have behaved magnificently, this gives us the energy to act, and at least the possibility of sending this spinning top of a world in a different direction.
And if we do act, in however small a way, we don’t have to wait for some grand utopian future. The future is an infinite succession of presents, and to live now as we think human beings should live, in defiance of all that is bad around us, is itself a marvelous victory.”
― Howard Zinn
            Zinn mengisyaratkan bahwa sejarah di masa lalu itu pada kenyataannya adalah agenda yang siap terfokus pada menjaga kekuatan sosial yang elit.  Selain itu, seharusnya sejarah diungkapkan serapih mungkin berdasarkan fakta dan kenyataannya yang terjadi.  Karena ketika sejarah diungkapkan sembunyi-sembunyi dan setengah-setengah, hal itu akan mengakibatkan kebohongan yang akan terus berkelanjutan dan kebodohan pun mengikutinya. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.
“History is important. If you don't know history it is as if you were born yesterday. And if you were born yesterday, anybody up there in a position of power can tell you anything, and you have no way of checking up on it.”
Howard Zinn

“Nations are not communities and never have been. The history of any country, presented as the history of a family, conceals the fierce conflicts of interest (sometimes exploding, often repressed) between conquerors and conquered, masters and slaves, capitalists and workers, dominators and dominated in race and sex. And in such as world of conflict, a world of victims and executioners, it is the job of thinking people, as Albert Camus suggested, not to be on the side of the executioners.”
Howard Zinn, A People's History of the United States: 1492 to Present

            Berbicara tentang sejarah.  Setiap individu di dunia ini hidup di kemarin hari, hari ini, dan esok hari yang akan terus berjalan dengan diiringi waktu, peristiwa, kejadian, dan cerita yang nantinya hanya menyisakan nama.  Sejarah dapat berarti proses historis, yakni rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa silam dan membentuk suatu sejarah serta menjadi bahan ajaran di masa kini. Sejarah dapat pula berarti penulisan sejarah itu sendiri, yakni penulisan kembali peristiwa-peristiwa masa silam agar dapat dikaji oleh orang-orang yang hidup di masa kini.  Sejarah menurut beberapa ahli:
  • J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
  • W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti
  • Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
Banyak manfaat yang bisa ketik dari sejarah.  Dengan kisahnya, kita mendapatkan inspirasi, memperluas pengalaman-pengalaman manusiawi, juga memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa. suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga dan mencintai sejarah dan kebudayaannya.
Sejarah juga dipublikasikan lewat buku.  Memang benar adanya, bahwa sebuah buku adalah jendela dunia yang dapat mengubah bumi tempat kita berpijak ini, tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Sesaat sebelum membacanya, terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan kertas tak berjiwa yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati sang penulisnya yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari.
Namun, siapa sangka, di balik sebuah buku dapat tersimpan suatu kekuatan hebat. Sebegitu hebatnya kekuatan dari buku, sehingga ia merupakan instrumen yang berdaya kuat, mencengkeram erat, menggetarkan, dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun keburukan. Bagi kemaslahatan maupun bencana.
            Kita mengambil contoh buku Common Sense (Pikiran Sehat) karya Thomas Paine, seorang pengarang Amerika Serikat, terbit pada 10 Januari 1776.  Singkat cerita, setiap orang yang pandai memaca ketiga belas koloni jajahan Inggris masa itu telah membaca buku Common Sense.  Tidak ada buku di Amerika Serikat masa itu yang mempunyai pengaruh begitu cepat seperti Common Sense. Buku ini laksana tiupan nyaring sangkakala yang memanggil kolonis-kolonis Amerika untuk bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka tanpa syarat. Paine telah mengemukakan dalam bukunya bahwa revolusi adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan persengketaan mereka dengan Inggris dan Raja George III. “Lantaran tidak ada cara lain mencapai tujuan kecuali ledakan-ledakan,” kata Paine.
Hal yang membuat pena Thomas Paine begitu berarti dalam perjuangan kemerdekaan Amerika Serikat adalah ia meminum dari tinta yang gelap, lalu melukiskan cahaya.  Buku Paine ini salah satu seberkas cahaya yang diarahkan bagi kemaslahatan.
Kebalikannya, buku juga dapat mendatangkan bencana. Mein Kampf (Perjuanganku) karya Adolf Hitler contohnya. Buku ini ada yang mengatakan sebagai “karya besar propaganda zaman ini”.  Jika dilihat dari kacamata seorang hakim Mahkamah Kejahatan Perang Internasional yang dibentuk seusai Perang Dunia II, Mein Kampf adalah “buku abad ke-20 yang paling dibebani kejahatan”. Melalui buku ini, sebuah bangsa besar, yakni Jerman, dan kawan-kawan serikatnya telah menyediakan diri untuk melaksanakan pikiran-pikran fanatik yang terkandung dalam buku tersebut.
Didorong oleh percikan api buku Mein Kampf ini, dan propaganda masif yang menyertai, kaum Nazi pada Perang Dunia II tanpa rasa berperikemanusiaan telah membakar dan membumihanguskan kota-kota, serta menewaskan jutaan orang di daratan Eropa. Hanya karena berbeda ras. Dalam hal ini kaum ras Yahudi, Gipsy, Negro dan lain-lain di luar ras Arya.
Menurut Norman Cousins, seorang wartawan politik Amerika Serikat yang juga aktivis perdamaian dunia, “Buku Mein Kampf adalah buku yang paling efektif dalam abad ke-20… Bagi setiap kata yang terdapat di dalamnya 125 nyawa telah hilang; bagi setiap halaman 4.700 jiwa lenyap; dan bagi setiap bab lebih dari 1.200.000 nyawa melayang”. Kehebatan buku Mein Kampf, kata Cousins lebih lanjut, lantaran ia merupakan kitab suci politik rakyat Jerman, dan pembimbing politik dari Reich Ketiga itu dari tahun 1933 sampai akhir Perang Dunia II.
Selain itu, buku merupakan media berkomunikasi massa yang berpengaruh besar dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial.  Banyak hal yang dibicarakan dalam buku, seperti pendapat atau gagasan, karya sastra, peristiwa, data, fakta-fakta bahkan sejarah yang mampu menghipnotis para pembacanya.
            Banyak yang mengatakan buku adalah jendela dunia. Betul sekali, buku adalah jendela dunia. Dengan membuka buku berarti kita membuka jendela dunia.  Kita bisa melihat keluar, sesuatu yang baru atau pemandangan yang berbeda dengan apa yang tidak ada di rumah kita. Yang dimaksud rumah adalah pikiran kita saat ini.  Sebagian orang mengatakan bahwa dengan membaca sebuah buku berarti kita membuka cakrawala seperti mahasiswa yang harus mampu memperluas pengetahuannya.
            Membaca buku berarti kita menyelami berbagai dunia lain, yaitu sebuah dunia yang ada di dalam pikiran orang lain yang akan memberikan kita kebijaksanaan yang lebih mendalam dalam menghadapi dan memaknai hidup.  Sementara setiap orang memiliki dunia masing-masing.

Seseorang melangkahkan kakinya kepada lembaran-lembaran kisah hidupnya
Lembaran-lembaran yang sudah lama tidak dihuninya
Ia berjalan mundur dan terhenti pada sebuah bab yang menceritakan tentang sebuah
ruang yang usang
Ruang itu berdiri atas nama memori dan luka
Sebuah diorama yang dimainkan oleh bayang
Sebuah cerita yang tidak dimulai dengan awal maupun akhir
Mereka sudah disana dengan berbagai latar dan berbagai spektrum cahaya yang
bernama kelabu
Pemandangan itu beku, pemandangan itu bisu, dan yang dirasakan adalah pilu,
Mereka dengan tangan-tangan yang terulur terlalu tinggi tak mampu menjangkaunya
Mereka dengan eksistesi diri namun buta, tak mampu melihat pun merasakan
Mereka disana hanya menjadi figure penggembira tanpa mengerti esensi dari sebuah
pelipur lara
Dan seseorang kembali meneruskan perjalanannya terhadap labirin waktu
Kali ini seseorang terjerat pada lembar kisah dengan jelujur akar yang
mengitarinya
Akar itu berbentuk hati dan ronanya menorehkan hangat namun sesekali melolongkan
getir
Bab itu bercerita tentang sebuah pohon tua berbuah cinta
Buah cinta yang mengandung kompleksitas, pencarian, dan tambatan
Dan buah cinta pun menguak kembali kisahnya kepada seseorang….
Mereka yang bersembunyi dibalik perangai mereka yang semu pernah mengukir
namanya di bahumu
Mereka yang pernah menawarkan hati dan jiwa, bertekuk lutut dan mencium tanganmu
Mereka yang terlalu banyak bermain dengan api pernah luruh dan mencari
keberadaanmu
Namun cinta yang kau cari masih belum mampu menutup bagian dari kisah ini.
Dan buah cinta menghantarkan seseorang kepada lembar cahaya yang telah
menantinya di penghujung buku
Bab ini bercerita tentang Rumah tua dengan hamparan bunga yang luas
Rumah yang mengatas namakan estetika, keteduhan, dan kelapangan
Sebuah rumah yang menghadirkan kelegaan, kelapangan dan harmoni
Di rumah itu Ia bertelut, di rumah itu ia lepaskan segala kemelut
Sekian lama ia mencari dan berkelana
Tak didapati di mana, namun di hati
Setiap sketsa yang dilalui seseorang pun tak luput dari keberadaan individu
lain
Ruang usang, pohon cinta, dan rumah tua
Mereka yang terliku dan terlibat di dalam setiap kisah dari sekat kehidupan
Mereka yang merangkak bersama dan hadir dari berbagai sudut yang tak berbatas
Mereka yang seketika mengisi keping-keping jelaga dan yang pernah menjadi jelaga
Mereka adalah bingkisan yang sempurna bagi jiwa-jiwa yang tak sempurna
Bukan sebagai pelengkap, bukan juga sebagai penggembira
Namun sebagai bagian utama dari kisah penyentuh kehidupan
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semuanya berkaitan dengan kehidupan literasi, yaitu kehidupan membaca dan menulis.  Adakah dampak dari kehidupan mereka pada kehidupan dunia ini?  Bisakah mereka mengubah dunia yang sudah berzaman ini?  Semuanya tergantung pada pihak-pihak yang berliterat dalam menggali keputusannya.  Menulis adalah mengharmonisasikan aksara untuk menciptakan catatan yang bermakna atau informasi dalam sebuah media.  Menulis berarti menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa tersebut agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.  Oleh karena itu, penulis harus tahu, mampu memahami, dan menghayati apa tujuan dan manfaat dari hal-hal yang berkaitan dengan tulisannya tersebut.  Penulis bisa saja membagikan pengetahuan, pengalaman, imajinasinya atau apapun juga kepada calon pembacanya. Anais Nin mengatakan bahwa “We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.”  Selain itu, penulis adalah orang yang menyampaikan sesuatu darinya kepada orang lain melalui perantara buku.
            Berbicara sejarah, kebenaran, semuanya bisa dihidupkan lewat buku.  Seperti yang dikatakan Zinn bahwa buku mampu mengubah hidup kita, bahkan suatu bangsa.  Meski buku hanyalah tumpukan lembar-lembar kertas yang tak bernyawa.  Namun, kekuatannya mampu membuat kita (pembaca) melek akan dunia yang kita jalani.



REFERENSI
Howard, Zinn. (1980). A People’s History of The United States. United States: Harper & Row; Harper Collins
www.mizzy-sebuahperananjiwa.blogspot.com





Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment