Buku
adalah Jiwa, dan Kebeneran adalah Roh Bagi
Penyentuh Kehidupan
Penyentuh Kehidupan
(By: Fitriatuddiniyah)
“I
read a book one day and my whole life was changed.”
― Orhan Pamuk, The New Life
― Orhan Pamuk, The New Life
“Books
are the plane, and the train, and the road. They are the destination, and the
journey. They are home.”
― Anna Quindlen, How Reading Changed My Life
― Anna Quindlen, How Reading Changed My Life
“Books are like mirrors: if a fool
looks in, you cannot expect a genius to look out.”
― J.K. Rowling
― J.K. Rowling
A wise man berkata bahwa buku dapat
mengubah dunia, tetapi terlebih dahulu ia mengubahmu. Tentu saja, karena betapa menyedihkan jika
kita bukan bagian dari dunia yang berubah. Sebelum mengubah dunia, buku lebih
dulu mengubah kita dengan magic dan kekuatannya dalam menghipnotis, dan
mempengaruhi pola fikir kita, bahkan kehidupan kita. Buku yang paling magic dan powerful adalah
kitab suci kita Al-Qur’an Al-Karim, kitab yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi
agung kita Muhammad SAW. Dimana rohnya
memiliki cahaya yang memberi petunjuk dan tuntunan untuk kita dalam menapaki
kehidupan yang gulita.
“Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura:
52)
Disampig itu,
tahukan bahwa sebuah buku yang hanya terdiri dari kumpulan kertas dan tulisan yang
tak bernyawa itu mampu membawa perubahan yang besar bagi kelangsungan hidup
kita, bahkan sebuah bangsa. Melalui
sejarah, kita dapat mengetahui kedahsyatan dan pengaruh sebuah buku. Sebut
saja, buku “Prinsipia Mathematic”
yang ditulis oleh Isaac Newton. Buku ini
berisi pandangan dan sebuah pemikiran kritis bahwa kebenaran akal harus
dibuktikan dengan eksperimen-eksperimen. Apakah dampak yang ditimbulkan dari buku ini?
Buku ini merupakan inspirator para pemimpin Eropa yang kelak mengadakan revolusi
di Inggris dan Perancis.
Kita juga mengenal buku novel “Harry
Potter” yang berjumlah 7 seri. Sekilas
buku ini tampak seperti novel biasa. Namun siapa sangka, buku yang hanya
terdiri dari kisah fiksi dan imajinasi karya J. K. Rowling ini mampu membuat
penulisnya memperoleh kekayaan yang melebihi Ratu Elizabeth II. Tak hanya itu, produser-produser film siap
menjadikan kisah ini tayangan yang menarik karena balutan kisahnya yang unik. Selain itu, buku Harry Potter membuat
terbentuknya berbagai komunitas pecinta HarPot di seluruh dunia. Menyusul
buku-buku novel lainnya, seperti Twilight
Series oleh Stephanie Meyer. Novel
yang hanya berbentuk buku yang benda mati ini mampu menimbulkan makna
tersendiri di kalangan masyarakat.
Contoh lainnya
seperti buku motivasi yang mampu mengubah cara pandang masyarakat (pembaca)
mengenai kehidupan yang berliku, namun dengannya mereka lebih dapat memaknai
hidup. Becoming a Star (2006), One
Million Second Chances (2006), Life Changer (2009), Leadership
Golden Ways (2009) ini adalah beberapa contoh buku motivasi goresan pena Mario Teguh yang namanya sangat
melambung tinggi di kalangan masyarakat bangsa Indonesia sebagai motivator yang
gagah berani membawa kita terinspirasi dalam memaknai kehidupan ini.
Begitu pun
dengan salah satu bab dalam buku Anthropology
off the Shelf Anthropologist of Writing, “Speaking Truth to Power with Books” oleh Howard Zinn mengenai apa
yang dilakukan buku atau apa yang dilakukan tulisan. Menurutnya, buku Dickens yang dihadiahkan
oleh orang tuanya memiliki efek yang kuat pada pemikirannya hingga saat ini. Itu artinya, buku mampu mempengaruhi kita,
mengubah cara pandang kita dalam memaknai segala sesuatunya.
Pengalamannya
sering mengatakan bahwa “Buku ini merubah hidup saya”. Jadi, dia berfikir bahwa buku dapat melakukan
hal itu. Dan jika buku mengubah hidup
seseorang dengan mengubah kesadarannya, hal itu akan memiliki efek pada dunia,
dalam satu atau cara lain, cepat atau lambat, dengan cara yang mungkin tidak
bisa kita tebak.
Beliau
kembali membaca Dickens’s Hard Time
oleh Charles Dickens dan terpana oleh karakter kepala sekolah Gradgrind yang
menyarankan seorang guru muda untuk ingat hanya memberikan fakta-fakta, tidak
ada selain fakta-fakta. Nasihat ini pun
menjadi bahan renungan dan menjadi pengetahuannya bahwa tidak ada hal-hal yang
lain seperti fakta murni yang lugas oleh pengadilan. Artinya, sesegera fakta-fakta disajikan,
sesegera pula fakta-fakta di keluarkan di dunia. Penghakiman adalah fakta-fakta tertentu yang
penting untuk seseorang mengetahui dan fakta-fakta lainnya yang tidak ingin
kita ketahui. George HW Bush berbicara
tentang pendidikan karena dia tahu tentang pendidikan dan ia tahu bahwa
anak-anak harus mempelajari fakta-fakta.
“Facts
do not cease to exist because they are ignored.”
― Aldous Huxley, Complete Essays 2, 1926-29
― Aldous Huxley, Complete Essays 2, 1926-29
“Truth
is stranger than fiction, but it is because Fiction is obliged to stick to
possibilities; Truth isn't.”
― Mark Twain
― Mark Twain
Kemudian ia
membicarakan tentang Christoper Columbus pada bukunya A People’s History of the United States yang menghidupkan kontra
masyarakat padanya. Mengapa? Mereka
menganggap bahwa ia adalah seorang komunis yang mempunyai pandangan sadis dan berlainan
arah tentang Colombus itu sendiri. Pada
bab pertama yang berjudul “Columbus, The
Indians, and Human Progress” dalam buku tersebut, ia menceritakan kembali
pertemuan pertama masyarakat tradisional di Karibia dengan ekspedisi Christoper
Columbus. Pandangan Zinn tentang
pertemuan pertama sangat berbeda dari tokoh sejarah yang populer, di mana
Columbus digambarkan sebagai penjelajah damai, penemu besar, berteman dengan
orang-orang pribumi. Hal ini tergambar
dari jurnal-jurnal Columbus sendiri serta tulisan-tulisan lain pada saat itu.
Namun, Zinn
menghadapkan Columbus sebagai agen
penaklukan yang munafik dan tamak untuk mencari emas dan sumber daya
lainnya yang juga memiliki keinginan untuk menyiksa, menculik, membunuh, dan
mutilator orang pribumi untuk mencapai tujuannya tersebut. Hal ini adalah titik utama bahwa narasinya
menyimpang dari kebanyakan narasi terdahulu. Namun, buku ini menjadi best
seller yang menginspirasi generasi sekolah tinggi dan mahasiswa untuk
memikirkan kembali sejarah Amerika.
“TO BE HOPEFUL in bad times is not
just foolishly romantic. It is based on the fact that human history is a
history not only of cruelty, but also of compassion, sacrifice, courage,
kindness.
What we choose to emphasize in this
complex history will determine our lives. If we see only the worst, it destroys
our capacity to do something. If we remember those times and places—and there
are so many—where people have behaved magnificently, this gives us the energy
to act, and at least the possibility of sending this spinning top of a world in
a different direction.
And if we do act, in however small
a way, we don’t have to wait for some grand utopian future. The future is an
infinite succession of presents, and to live now as we think human beings
should live, in defiance of all that is bad around us, is itself a marvelous
victory.”
―
Howard Zinn
Zinn mengisyaratkan bahwa sejarah di
masa lalu itu pada kenyataannya adalah agenda yang siap terfokus pada menjaga
kekuatan sosial yang elit. Selain itu,
seharusnya sejarah diungkapkan serapih mungkin berdasarkan fakta dan
kenyataannya yang terjadi. Karena ketika
sejarah diungkapkan sembunyi-sembunyi dan setengah-setengah, hal itu akan
mengakibatkan kebohongan yang akan terus berkelanjutan dan kebodohan pun mengikutinya.
Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi.
Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang
kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.
“History is
important. If you don't know history it is as if you were born yesterday. And
if you were born yesterday, anybody up there in a position of power can tell
you anything, and you have no way of checking up on it.”
― Howard Zinn
― Howard Zinn
“Nations are
not communities and never have been. The history of any country, presented as
the history of a family, conceals the fierce conflicts of interest (sometimes
exploding, often repressed) between conquerors and conquered, masters and
slaves, capitalists and workers, dominators and dominated in race and sex. And
in such as world of conflict, a world of victims and executioners, it is the
job of thinking people, as Albert Camus suggested, not to be on the side of the
executioners.”
― Howard Zinn, A People's History of the United States: 1492 to Present
― Howard Zinn, A People's History of the United States: 1492 to Present
Berbicara tentang sejarah. Setiap individu di dunia ini hidup di kemarin
hari, hari ini, dan esok hari yang akan terus berjalan dengan diiringi waktu,
peristiwa, kejadian, dan cerita yang nantinya hanya menyisakan nama. Sejarah dapat berarti proses historis, yakni
rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa silam dan membentuk suatu
sejarah serta menjadi bahan ajaran di masa kini. Sejarah dapat pula berarti
penulisan sejarah itu sendiri, yakni penulisan kembali peristiwa-peristiwa masa
silam agar dapat dikaji oleh orang-orang yang hidup di masa kini. Sejarah menurut beberapa ahli:
- J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari apa yang
telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
- W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada
pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi
tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal
yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti
- Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah didefinisikan sebagai
catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi
pada watak/sifat masyarakat itu.
Banyak manfaat yang bisa ketik dari sejarah.
Dengan kisahnya, kita mendapatkan inspirasi,
memperluas pengalaman-pengalaman manusiawi, juga memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian
bangsa. suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan
mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini
tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa memiliki hubungan
timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh eksistensi
dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga
dan mencintai sejarah dan kebudayaannya.
Sejarah juga dipublikasikan
lewat buku. Memang benar adanya, bahwa
sebuah buku adalah jendela dunia yang dapat mengubah bumi tempat kita berpijak
ini, tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Sesaat sebelum membacanya,
terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan kertas tak berjiwa
yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati sang penulisnya yang
mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari.
Namun, siapa
sangka, di balik sebuah buku dapat tersimpan suatu kekuatan hebat. Sebegitu
hebatnya kekuatan dari buku, sehingga ia merupakan instrumen yang berdaya kuat,
mencengkeram erat, menggetarkan, dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa
yang sedang atau akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun
keburukan. Bagi kemaslahatan maupun bencana.
Kita
mengambil
contoh buku Common Sense (Pikiran Sehat) karya Thomas Paine, seorang
pengarang Amerika Serikat, terbit pada 10 Januari 1776. Singkat cerita, setiap orang yang pandai
memaca ketiga belas koloni jajahan Inggris masa itu telah membaca buku Common Sense. Tidak ada buku di Amerika Serikat
masa itu yang mempunyai pengaruh begitu cepat seperti Common Sense. Buku ini laksana
tiupan nyaring sangkakala yang memanggil kolonis-kolonis Amerika untuk bangkit
memperjuangkan kemerdekaan mereka tanpa syarat. Paine telah mengemukakan dalam
bukunya bahwa revolusi adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan
persengketaan mereka dengan Inggris dan Raja George III. “Lantaran tidak ada
cara lain mencapai tujuan kecuali ledakan-ledakan,” kata
Paine.
Hal yang membuat pena Thomas Paine
begitu berarti dalam perjuangan kemerdekaan Amerika Serikat adalah ia meminum
dari tinta yang gelap, lalu melukiskan cahaya.
Buku Paine ini salah satu seberkas cahaya yang diarahkan bagi
kemaslahatan.
Kebalikannya, buku juga dapat
mendatangkan bencana. Mein Kampf (Perjuanganku) karya
Adolf Hitler contohnya. Buku ini ada yang mengatakan sebagai “karya besar
propaganda zaman ini”. Jika dilihat dari
kacamata seorang hakim Mahkamah Kejahatan Perang Internasional yang dibentuk
seusai Perang Dunia II, Mein Kampf
adalah “buku abad ke-20 yang paling dibebani kejahatan”. Melalui buku ini,
sebuah bangsa besar, yakni Jerman, dan kawan-kawan serikatnya telah menyediakan
diri untuk melaksanakan pikiran-pikran fanatik yang terkandung dalam buku
tersebut.
Didorong oleh percikan api buku Mein Kampf ini, dan propaganda
masif yang menyertai, kaum Nazi pada Perang Dunia II tanpa rasa
berperikemanusiaan telah membakar dan membumihanguskan kota-kota, serta
menewaskan jutaan orang di daratan Eropa. Hanya karena berbeda ras. Dalam hal
ini kaum ras Yahudi, Gipsy, Negro dan lain-lain di luar ras Arya.
Menurut Norman Cousins, seorang
wartawan politik Amerika Serikat yang juga aktivis perdamaian dunia, “Buku Mein
Kampf adalah buku yang paling efektif dalam abad ke-20… Bagi setiap kata
yang terdapat di dalamnya 125 nyawa telah hilang; bagi setiap halaman 4.700
jiwa lenyap; dan bagi setiap bab lebih dari 1.200.000 nyawa melayang”.
Kehebatan buku Mein Kampf, kata Cousins lebih lanjut, lantaran ia
merupakan kitab suci politik rakyat Jerman, dan pembimbing politik dari Reich
Ketiga itu dari tahun 1933 sampai akhir Perang Dunia II.
Selain itu, buku
merupakan media berkomunikasi massa yang berpengaruh besar dalam kehidupan kita
sebagai makhluk sosial. Banyak hal yang
dibicarakan dalam buku, seperti pendapat atau gagasan, karya sastra, peristiwa,
data, fakta-fakta bahkan sejarah yang mampu menghipnotis para pembacanya.
Banyak
yang mengatakan buku adalah jendela dunia. Betul sekali, buku adalah jendela
dunia. Dengan membuka buku berarti kita membuka jendela dunia. Kita bisa melihat keluar, sesuatu yang baru
atau pemandangan yang berbeda dengan apa yang tidak ada di rumah kita. Yang
dimaksud rumah adalah pikiran kita saat ini. Sebagian orang mengatakan bahwa dengan membaca
sebuah buku berarti kita membuka cakrawala seperti mahasiswa yang harus mampu
memperluas pengetahuannya.
Membaca
buku berarti kita menyelami berbagai dunia lain, yaitu sebuah dunia yang ada di
dalam pikiran orang lain yang akan memberikan kita kebijaksanaan yang lebih
mendalam dalam menghadapi dan memaknai hidup.
Sementara setiap orang memiliki dunia masing-masing.
Seseorang
melangkahkan kakinya kepada lembaran-lembaran kisah hidupnya
Lembaran-lembaran yang sudah lama tidak dihuninya
Ia berjalan mundur dan terhenti pada sebuah bab yang menceritakan tentang sebuah
ruang yang usang
Ruang itu berdiri atas nama memori dan luka
Lembaran-lembaran yang sudah lama tidak dihuninya
Ia berjalan mundur dan terhenti pada sebuah bab yang menceritakan tentang sebuah
ruang yang usang
Ruang itu berdiri atas nama memori dan luka
Sebuah
diorama yang dimainkan oleh bayang
Sebuah cerita yang tidak dimulai dengan awal maupun akhir
Mereka sudah disana dengan berbagai latar dan berbagai spektrum cahaya yang
bernama kelabu
Pemandangan itu beku, pemandangan itu bisu, dan yang dirasakan adalah pilu,
Sebuah cerita yang tidak dimulai dengan awal maupun akhir
Mereka sudah disana dengan berbagai latar dan berbagai spektrum cahaya yang
bernama kelabu
Pemandangan itu beku, pemandangan itu bisu, dan yang dirasakan adalah pilu,
Mereka dengan
tangan-tangan yang terulur terlalu tinggi tak mampu menjangkaunya
Mereka dengan eksistesi diri namun buta, tak mampu melihat pun merasakan
Mereka disana hanya menjadi figure penggembira tanpa mengerti esensi dari sebuah
pelipur lara
Mereka dengan eksistesi diri namun buta, tak mampu melihat pun merasakan
Mereka disana hanya menjadi figure penggembira tanpa mengerti esensi dari sebuah
pelipur lara
Dan seseorang
kembali meneruskan perjalanannya terhadap labirin waktu
Kali ini
seseorang terjerat pada lembar kisah dengan jelujur akar yang
mengitarinya
Akar itu berbentuk hati dan ronanya menorehkan hangat namun sesekali melolongkan
getir
Bab itu bercerita tentang sebuah pohon tua berbuah cinta
Buah cinta yang mengandung kompleksitas, pencarian, dan tambatan
mengitarinya
Akar itu berbentuk hati dan ronanya menorehkan hangat namun sesekali melolongkan
getir
Bab itu bercerita tentang sebuah pohon tua berbuah cinta
Buah cinta yang mengandung kompleksitas, pencarian, dan tambatan
Dan buah
cinta pun menguak kembali kisahnya kepada seseorang….
Mereka yang
bersembunyi dibalik perangai mereka yang semu pernah mengukir
namanya di bahumu
Mereka yang pernah menawarkan hati dan jiwa, bertekuk lutut dan mencium tanganmu
Mereka yang terlalu banyak bermain dengan api pernah luruh dan mencari
keberadaanmu
Namun cinta yang kau cari masih belum mampu menutup bagian dari kisah ini.
namanya di bahumu
Mereka yang pernah menawarkan hati dan jiwa, bertekuk lutut dan mencium tanganmu
Mereka yang terlalu banyak bermain dengan api pernah luruh dan mencari
keberadaanmu
Namun cinta yang kau cari masih belum mampu menutup bagian dari kisah ini.
Dan buah
cinta menghantarkan seseorang kepada lembar cahaya yang telah
menantinya di penghujung buku
Bab ini bercerita tentang Rumah tua dengan hamparan bunga yang luas
Rumah yang mengatas namakan estetika, keteduhan, dan kelapangan
menantinya di penghujung buku
Bab ini bercerita tentang Rumah tua dengan hamparan bunga yang luas
Rumah yang mengatas namakan estetika, keteduhan, dan kelapangan
Sebuah rumah
yang menghadirkan kelegaan, kelapangan dan harmoni
Di rumah itu Ia bertelut, di rumah itu ia lepaskan segala kemelut
Sekian lama ia mencari dan berkelana
Tak didapati di mana, namun di hati
Di rumah itu Ia bertelut, di rumah itu ia lepaskan segala kemelut
Sekian lama ia mencari dan berkelana
Tak didapati di mana, namun di hati
Setiap sketsa
yang dilalui seseorang pun tak luput dari keberadaan individu
lain
Ruang usang, pohon cinta, dan rumah tua
lain
Ruang usang, pohon cinta, dan rumah tua
Mereka yang
terliku dan terlibat di dalam setiap kisah dari sekat kehidupan
Mereka yang merangkak bersama dan hadir dari berbagai sudut yang tak berbatas
Mereka yang seketika mengisi keping-keping jelaga dan yang pernah menjadi jelaga
Mereka yang merangkak bersama dan hadir dari berbagai sudut yang tak berbatas
Mereka yang seketika mengisi keping-keping jelaga dan yang pernah menjadi jelaga
Mereka adalah
bingkisan yang sempurna bagi jiwa-jiwa yang tak sempurna
Bukan sebagai pelengkap, bukan juga sebagai penggembira
Namun sebagai bagian utama dari kisah penyentuh kehidupan
Bukan sebagai pelengkap, bukan juga sebagai penggembira
Namun sebagai bagian utama dari kisah penyentuh kehidupan
Dari semua penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa semuanya berkaitan dengan kehidupan literasi,
yaitu kehidupan membaca dan menulis.
Adakah dampak dari kehidupan mereka pada kehidupan dunia ini? Bisakah mereka mengubah dunia yang sudah
berzaman ini? Semuanya tergantung pada pihak-pihak
yang berliterat dalam menggali keputusannya.
Menulis adalah mengharmonisasikan aksara untuk menciptakan catatan yang
bermakna atau informasi dalam sebuah media.
Menulis berarti menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data
maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan
peristiwa tersebut agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman
baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini. Oleh karena itu, penulis harus tahu, mampu
memahami, dan menghayati apa tujuan dan manfaat dari hal-hal yang berkaitan
dengan tulisannya tersebut. Penulis bisa saja membagikan pengetahuan, pengalaman,
imajinasinya atau apapun juga kepada calon pembacanya. Anais Nin mengatakan
bahwa “We write to taste life
twice, in the moment and in retrospect.” Selain itu, penulis
adalah orang yang menyampaikan sesuatu darinya kepada orang lain melalui
perantara buku.
Berbicara sejarah, kebenaran, semuanya
bisa dihidupkan lewat buku. Seperti yang
dikatakan Zinn bahwa buku mampu mengubah hidup kita, bahkan suatu bangsa. Meski buku hanyalah tumpukan lembar-lembar kertas
yang tak bernyawa. Namun, kekuatannya mampu
membuat kita (pembaca) melek akan dunia yang kita jalani.
REFERENSI
Howard, Zinn. (1980). A People’s History of The United States. United States: Harper
& Row; Harper Collins
www.mizzy-sebuahperananjiwa.blogspot.com