Terkuaknya
Kebenaran yang Mengejutkan dari Ruang Lingkup Sejarah : Howard Zinn
(Author : Hanifatus Sholihah)
“They are that do not take lessons from history, then they are doomed to
repeat it” -George Santayana.
“We live for the moment, we dream for the future, and we learn the eternal
truth” - Chiang
Kai-shek.
“Something errors will not be the truth despite repeatedly announced, on
the contrary, the truth would not be a mistake even if no one knows it”
- Mahatma Gandhi.
“Jika Engkau mempunyai ide, maka segera satukan tekad untuk melakukannya,
sebab rusaknya ide itu karena keraguan semata” - Anonym
Berbicara
mengenai suatu kebenaran, seyogyanya banyak orang memilih bungkam dibandingkan berterus
terang. Berkata jujur akan sangat sulit dilakukan oleh orang yang merasa
dirinya paling benar padahal mungkin orang lain yang benar. Orang di dunia ini
banyak berebut “pernyataan saya yang benar” tanpa mau mengakui kesalahan jika
ia salah. Kebenaran tentang suatu hal dapat digali melalui belajar dunia
sejarah dimana adanya sejarah disitulah adanya diri kita. Tidak lain dan tidak
bukan, bahwa kita tidak akan ada di dunia tanpa sebuah sejarah.
Belajar
sejarah, diibaratkan seperti model busana. Model busana yang ada di zaman
sekarang ini, setiap tahun pastilah akan memiliki style yang berbeda.
Wajar saja jika kita ketinggalan mode, maka akan muncullah sebutan “jadul” atau
“ga update” karena kita tidak bisa menyelaraskan diri dalam kehidupan.
Pada intinya, sejarahpun seperti
itu. Dimana semakin berkembangnya zaman, maka sejarah yang telah ada, akan
terus menerus berevolusi (bertambah kuat) seiring dengan kemunculan-kemunculan
pakar sejarah dan para ahli yang mencari bukti faktual untuk mengungkap
kebenaran yang hakiki. Saat
mempelajari sejarah tidak dipungkiri akan menemukan beberapa versi pernyataan (dari
pakar sejarah) yang berbeda, dan saat kita menggabungkan perbedaan versi itu,
kita akan menemukan sejarah yang hakiki.
Mungkin pada prakteknya, sejarah
tidak semuanya jujur, sejarah
mungkin banyak diisi dengan kebohongan. Tapi sejarah yang berupa kebohongan,
tetap penting untuk dipelajari karena sejarah sendiri merupakan aset yang
berharga. Membuang sejarah itu bagaikan membuang hasil-hasil penelitian
berharga yang telah diteliti dimasa lalu, dan mencoba meneliti kembali dari awal
tanpa referensi masa lalu.
Seperti
kata-kata Joan Collins, seorang
artis Inggris yang mengatakan “Hidup tidak akan hidup jika Anda tidak membuat
kesalahan”. Artinya suatu kesalahan yang terjadi pada sejarah lama-kelamaan
pasti akan terungkap kebenaran setelah adanya penelitian yang mumpuni dari
pihak lain. Mungkin kita pernah mendengar, “belajarlah dari kesalahan” disitu
bukti bahwa suatu kebenaran akan ada setelah terlebih dahulu terjadi kesalahan.
Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno
pernah mengumandangkan bahwa “Never leave History”, kita harus “JAS
MERAH”, dimana Jasmerah adalah “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Ini tentunya
bukan sekedar omong kosong belaka. Namun penuh dengan ibroh yang benar-benar
dapat membangkitkan semangat kita, bila kita mengetahuinya. Artinya kita hidup
dengan suatu kebenaran jika melihat dari sejarah yang ada. Kita dilarang untuk
melupakan apalagi acuh terhadap adanya sejarah. Ketika Soekarno mengumandangkan Jasmerah, beliau sebenarnya ingin
membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda
waktu itu. Ingatlah kejayaan Sriwijaya. Ingatlah kejayaan Majapahit. Ingatlah
kejayaan Mataram bahwa Indonesia pernah menjadi bangsa yang dapat berdiri
dengan gagah di antara bangsa-bangsa lain di dunia.
Kita mungkin mengetahui adanya sejarah, tetapi hanya
dari mulut ke mulut saja, atau hanya belajar dari satu buku saja, atau hanya
mendapatkan sumber dari salah satu pihak saja, dan itulah yang menyebabkan kita
tidak sadar apakah sejarah yang kita ketahui itu benar adanya atau hanya sebuah
kebohongan publik atau bahkan sebuah lelucon belaka. Mungkin belum pernah
terbesit di benak kita, untuk perduli dengan kebenaran sejarah yang hakiki.
Sejarah sebenarnya hanyalah kumpulan kisah yang
merekam fase kehidupan di sepenggal masa. Tetapi walaupun begitu, sejarah
ternyata mampu menjadi landasan berpijak dan berfikir bagi generasi selanjutnya
dalam memandang dan memformat kehidupan pada zamannya. Hal itu dimaksudkan agar
kesalahan dimasa lalu tidak terulang kembali dan bisa menempatkan
langkah-langkah yang positif. Tindakan mereka menyelewengkan data dan fakta
sehingga frame (kerangka) berfikirpun menyimpang dari kebenaran. Sejarah juga
merupakan kekuatan dasyat yang tersembunyi dari seseorang atau bangsa. Bila
orang atau bangsa tersebut mau dan mampu memahami dan belajar dari sejarah,
maka itu merupakan bekal kekuatan yang dasyat yang dapat ia gunakan untuk
menjalani kehidupannya di masa sekarang dan yang akan datang.
Mungkin
mempelajari suatu kebenaran hakiki dari sejarah, pada awalnya kita harus
mempelajari dari buku. Buku merupakan salah satu bukti tertulis untuk menguak
fakta kebenaran. Dengan kita membaca buku, kita sedikit banyak tahu mengenai khalayak
ramai yang ada di dunia sebelum kita muncul di dunia. Membaca
buku-buku sejarah, syarat akan pemikiran ideologis beserta konsep-konsep
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat berarti.
Seperti yang
dilakukan oleh Howard Zinn yang mengenal sejarah pertama kali dari buku. Beliau
mengatakan bahwa “Buku merubah hidup saya”, karena membaca buku-buku tertentu,
terutama sejarah akan memiliki efek yang sangat kuat para diri masing-masing. Sebenarnya
Zinn bukanlah keturunan Amerika, tetapi dia mengetahui secara fasih tentang Amerika,
karena dia gemar membaca buku dan bersahabat dengan sejarah. Berbicara
kebenaran negara besar sekalipun, dapat dilakukan lewat buku. Dengan pernyataan
bahwa buku mampu mengubah hidup seseorang berarti mampu merubah paradigma
kesadaran seseorang. Ada beberapa hal dimana buku dapat merubah kesadaran. Yaitu,
mereka dapat memperkenalkan sebuah ide yang tidak pernah terfikirkan oleh
pembaca sebelumnya. Terkadang memberitahu orang-orang tentang sesuatu yang
tidak mereka tahu adalah hal penting yang perlu dilakukan, karena mungkin saja
dari situ dapat memindahkan mereka kepada kesadaran yang lebih besar bahkan
kedalam suatu tindakan.
Saya juga merasa
salut kepada Howard Zinn yang mulai menyukai membaca sejak usia 14 tahun, saat
ia menemukan buku dijalan yang ternyata sebuah koran New York tentang Dickens (Dickens’s Hard Times). Padahal
sebelumnya mungkin tidak terbesit minat dia dalam membaca, karena di rumahnya
tidak ada satu pun buku yang ia miliki. Setelah itu, dia mulai membaca tentang
Kurt Vonnegut yaitu Cat’s Cradle yang menjelaskan tentang kebanggaan dan
ketidakberartian manusia. Lalu ia mulai membaca Interpretasi Ekonomi dari
Konstitusinya karya Charles Beard, yang menjelaskan bahwa semua orang akan
menjunjung tinggi Founding Fathers (para
pendiri bangsa) dan konstitusi. Dari proses awal dia menyukai membaca buku, ia
mampu membuat buku-buku yang membuat saya pribadi berdecak kagum.
Namun dibalik
salutnya saya kepada Howard Zinn, saya juga kecewa karena saat terjadi fenomena
perang, dia salah satu pengebom Angkatan Udara dalam Perang Dunia II yang
menjatuhkan bom di kota-kota yang menyebabkan orang tak bersalah terkena
imbasnya. Padahal dia tahu, bahwa “Perang adalah Neraka”. Dia menjatuhkan bom
dari ketinggian 30.000 kaki dan ia tidak melihat manusia, tidak mendengar
teriakan, tidak melihat ada darah dan tidak melihat anak-anak terpotong oleh
bom. Walaupun dia merasa bersalah atas pembunuhan kepada orang yang tak berdosa
tetapi dia tak mengerti apa yang telah ia lakukan.
Belajar mengenai sejarah lagi,
seperti pernyataan tegas yang dilontarkan Howard Zinn dengan mengatakan bahwa “History
is a Weapon”, mungkin bisa direalisasikan saat beliau menceritakan
Christoper Columbus dalam bukunya “A People’s History of the United States”.
Disitu terbesit rasa kagum saya kepada sang pengukir maha karya tersebut
sekaligus fakta mencengangkan mengenai columbus yang kita kenal sebagai “Penemu
Benua Amerika” pada tanggal 12 Oktober 1492. Namun kepercayaan terhadap sejarah Columbus tersebut timbul dari
pikiran lemah yang tidak digali secara lebih lanjut. Pikiran memang senjata yang sangat lemah di
tengah-tengah berbagai masalah yang kita hadapi, tapi pikiran adalah
satu-satunya senjata yang kita punya. Karena itulah mengapa kita harus
belajar sejarah.
Sejarah mengenai
Columbus mungkin sudah tidak terdengar asing di telinga kita. Kita mendengar tentang
siapa itu Columbus mungkin sudah sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar.
Bahwa Christoper Columbus sang pahlawan yang berhasil menemukan “daratan baru”
atau “daratan tanpa nama” . Tetapi jika kita mengkaji lebih dalam tentang
sejarah, membaca lebih banyak buku tentang sejarah, terutama tentang sejarah
Columbus, pernyataan diatas mungkin tidak akan terlontarkan dari mulut kita.
Hal-hal yang menarik dari buku
Zinn “A People’s History of the
United States”, tentu saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap
sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak:
mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya
tak tanggung tanggung: Christoper Colombus dan para sejarawan yang menulis
versi lugu dari kedatangan para kolonis. Di dalamnya termasuk sejarawan
Harvard, Samuel Elliot Morison.
Menurut salah satu versi sejarah,
ketika pertama kali Columbus menginjakkan kakinya di daratan, dia menyangka
mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut “indian” (baca
: suku Cherokee). Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh
beberapa peneliti Barat, salah satunya uraian sejarawan Gavin Menzies atau
penelitian dari sumber-sumber tertulis kalangan Muslim, ilmuan Muslim,
menemukan data-data baru bahwa benua Amerika telah ditemukan oleh pelayar atau
penjelajah Muslim 603 tahun atau hampir satu kurun lebih awal daripada
Columbus. Beliau adalah Laksamana Zheng He atau di Indonesia lebih dikenal
dengan nama Cheng Ho dengan Ibnu Batutta yang telah dahulu mengarungi lautan
dunia dengan jarak tempuh yang lebih panjang dan lebih luas dibandingkan dengan
Columbus.
Zheng He atau Cheng Ho adalah
pelayar, diplomat dan penjelajah China dibawah Dinasti Ming. Beliau dilahirkan
dalam keluarga yang beragama Islam. Ma He adalah nama sebenarnya yang diberikan
orangtuanya kepada beliau. Zhang He telah memulai pelayarannya yang pertama dan
terbesar pada tahun 1405 yaitu hampir satu kurun lebih awal daripada penjelajah
barat, Christoper Columbus. Bahkan ia menjelajah dunia sebanyak tujuh kali dari
tahun 1405 sempai 1433 (setengah abad sebelum Columbus lahir). Sayangnya
penjelajahan Cheng Ho tidak setenar penjelajahan Columbus. Penulisan buku sejarah
tentang Cheng Ho juga sangat jarang. Padahal penjelajahan Cheng Ho memberikan
pelajaran berharga tentang hubungan antar bangsa di dunia.
Para ahli geografi dan
intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu
adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al
Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari
(1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Terdapat versi lain menurut pakar sejarah. Sejarawan S.
Frederick Starr mencatat salah satu nama Muslim sebagai penemu benua Amerika.
Ia berpendapat bahwa Abu Raihan Al-Biruni lah seorang Muslim penemu benua
Amerika di awal abad ke sebelas. Al-Biruni menemukan benua Amerika 500 tahun
sebelum Columbus.
Sebuah artikel menyatakan bahwa Abu Raihan Al-Biruni
menemukan Amerika jauh berabad-abad sebelum Columbus datang ke benua tersebut.
S. Frederick Starr menjelaskan bahwa Al-Biruni memang menemukan Amerika jauh
sebelum Columbus. Menurut artikel ini, Abu Raihan Al-Biruni, yang lahir pada
tahun 973 di negara Asia Tengah, tepatnya Uzbekistan, adalah orang pertama yang
secara resmi menunjukkan bahwa daratan yang belum ditemukan di laut antara
Eropa dan Asia, benar-benar ada.
Ada juga pengakuan dari orang-orang Eropa bahwa pelaut
Viking, Leif Ericsonlah yang sudah berabad-abad tahun menjejakkan kaki di benua
Amerika sebelum Columbus, tepatnya pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L’Anse
aux Meadows untuk jangka waktu singkat. Namun, dari sudut sejarah, Leif Ericson
bukanlah tokoh penting. Hal-hal menyangkut penemuannya belum pernah tersebar
luas, begitu pula tidak meninggalkan perubahan apapun baik di Amerika maupun
Eropa.
Terdapat satu argumen lain yaitu menurut catatan sejarah,
Yunani kuno lebih dahulu menyeberangi samudera Atlantik yang dipimpin Odysseus
berdasarkan teks-teks kuno.
Dalam sebuah buku yang berjudul Journey to the
Mythological Inferno karya Dr. Enrico Mattievich, seorang profesor Fisika
yang pernah mengajar di University of Rio de Janeiro selama kurang lebih 30
tahun. Dia memberikan tesis tentang riwayat kuno antara peradaban terdahulu dan
benua Amerika berdasarkan teks kuno Yunani dan Romawi.
Bukti perjalanan Odysseus ke Amerika dijelaskan oleh
Arkeolog Henriette Mertz bahwa pelayaran legendaris yang dilakukan oleh
Odysseus dan awaknya pernah terjadi setelah perang Troya. Kisah ini diceritakan
dalam karya Homer yang menjelaskan perjalanan melintasi samudera Atlantik dari
Giblartar menuju Amerika Utara, melewati sungai Amazon menuju Rio de la
Plata hingga mencapai Bolivia dan Thiaguanaco. Menurut Dr Christine
Pellech, pelayaran Odysseus dalam mencari kerajaan kematian (Kingdom of the
Dead) merupakan perjalanan menuju Amerika.
Sedangkan apabila kita membicarakan perjalanan Christoper
Columbus sendiri, dia menyeberangi Samudera Atlantik sampai benua Amerika baru
pada tanggal 12 Oktober 1492 dibawah bendera Castilian Spanyol. Christoper Columbus
lahir di Genoa, Italia diperkirakan antara tanggal 22 Agustus 1451 dan 30
Oktober 1451. Awal karir berlayar Columbus di laut ketika berusia 14 tahun,
Columbus bertugas di berbagai kapal dalam berbagai peran. Setelah beranjak
dewasa, Columbus menjadi seorang penjelajah lautan yang mahir. Columbus mencoba
menjual ide nya kepada raja Portugis, tetapi kemudian raja tersebut mengabaikannya.
Lalu datanglah ia kepada raja Inggris, raja Henry VII, namun ia tidak mau
menanggung resiko terhadap penanggungan uang yang diperlukan untuk pelayaran
tersebut. Maka, Columbus mencoba pergi ke Spanyol.
Selama empat tahun beliau menunggu di istana akibat
diacuhkan oleh pemerintah Spanyol. Raja Ferdinand dan Ratu Isabella akhirnya
menyuruh ia meninggalkan istana dalam keadaan putus asa. Saat sedang putus asa,
utusan dari ratu Isabella menyatakan bahwa Raja Ferdinand setuju menyediakan
uang untuk Columbus berlayar. Columbus berlayar dengan tiga kapal kecil, yaitu Santa
Maria, Nina dan Pinta beserta kurang lebih 90 orang. Yang
mengejutkan adalah dua dari kapal tersebut yaitu Nina dan Pinta dikemudikan
oleh orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Vicente Yanez Pinzon dan Martin
Alonso Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuyan Muhammad III (1362)
namun dipaksa memeluk Katolik atau dibunuh.
Kapal "Nina," "Pinta" dan “Santa
Maria” berlayar menuju Dunia Baru
Mereka berlayar selama tiga minggu dan orang-orang mulai
memberontak dengan berani. Tetapi Columbus yang sangat keras kepala, memutuskan
untuk terus berlayar. Akibatnya salah satu kapal (Santa Maria) karam di pulau
yang dinamakan oleh Columbus sebagai Hispaniola. Beliau mengambil keputusan
meninggalkan 40 orang disitu dan membentuk satu koloni dan kembali ke Spanyol
bersama dengan dua kapal yang lain. Beliau dielu-elukan sebagai seorang “pahlawan”.
Beliau diberi gelar Laksamana Lautan Atlantik dan Wizurai Hindia. Namun,
walaupun sudah menjejakkan kaki di Amerika, tetapi sebenarnya Columbus tidak
pernah tiba di daratan Amerika Utara. Namun jelasnya, pelayaran yang berhasil
itu merupakan perubahan revolusioner bagi sejarah Eropa, malah merupakan
pengaruh lebih besar bagi Benua Eropa. Anak-anak sekolah sampai menghafal tahun
1492 sebagai “Columbus Day” untuk mengenang jasa Columbus dan menjadi
hari libur nasional.
Saat berada di pulau baru itu, ia mengira bahwa pulau
tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Ia berorientasi
menjadikan pulau tersebut perluasan wilayah Spanyol.
Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi
setelah ketahuan niat buruknya datang ke pulau itu, Colombus banyak mendapat
resistensi dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan
Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan
terancam oleh kedatangan Colombus.
Dengan berbagai versi sejarah di atas, kita masih bimbang
sebenarnya siapa yang pertama kali menginjakkan kakinya di Amerika, tetapi
tidak sedikit bukti yang mengatakan bahwa sesungguhnya Islam-lah yang telah
lebih dahulu menginjakkan kakinya di Amerika, yang berniat baik untuk menjalin
perdagangan atau bahkan menikahi orang-orang pribumi. Lain hal nya dengan
tujuan Columbus yang ingin menguasai benua Amerika, serta memperbudak para
pribumi asli, demi memperluas wilayah spanyol dan merebut semua kekayaan para
suku Cherokee berupa emas tersebut. Fakta-fakta orang Islam yaitu selalu banyak
meninggalkan kebudayaan-kebudayaan mereka kepada wilayah-wilayah yang telah
mereka kunjungi itu benar adanya. Berikut ini adalah beberapa peninggalan orang
Islam di Amerika.
Namun walaupun terbukti Islam-lah yang pertama kali
menginjakkan kaki di Amerika melalui berbagai penelitian dan penemuan
bukti-bukti sejarah mungkin tidak ada artinya. Itu mungkin karena “kebodohan”
orang timur yang tidak mau menggali sejarah serta mengubah kesalahan pada kebenaran,
sistem tentunya. Karena sistemlah sesungguhnya yang menjadi penentu tersebarnya
sebuah informasi. Sejarah yang dapat berpengaruhpun ternyata tak pernah lepas
dari pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Memang, siapa yang berkuasa,
dia mampu membuat prasasti (catatan sejarah) tentang eksistensi mereka. Tetapi
kaum Muslimin jarang yang mampu menuliskan sejarah secara lurus. Akhirnya yang
terjadi adalah “amnesia sejarah”, yaitu penyakit budaya yang membuat orang
kehilangan kesadaran sejarah. Bahkan kebanyakan orang lebih kenal kepada
tokoh-tokoh penulis yang notabenenya tidak konsekuen atau fair dalam
menuliskan sejarah.
Pada kenyataan hakikinya, mungkin Columbus sendiri
mengetahui bahwa bukan dirinyalah orang yang pertama menginjakkan kaki di
Amerika dan mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia,
Amerika Utara, Tengah dan Selatan termasuk Canada. Columbus sendiri mengetahui
bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Columbus juga
mengakui, dalam pelayaran pada tanggal 21 Oktober 1492, ia melihat masjid
berdiri diatas bukit dengan indahnya.
Pernyataan lain yang pada hakikatnya suatu kebohongan
Columbus selain mengenai gelar “Penemu
Benua Baru” adalah mengaku bahwa dia adalah orang yang pertama kali mengatakan
bahwa “bumi itu bulat, bukan datar”. Padahal sejak lama Hipotesa Aristoteles
dan Theory Pythagoras mengeluarkan sebuah teori bahwa bumi itu bulat dan
bumi itu berputar. Demikian juga di masa kejayaan Islam (750-1100 M)
ilmuwan-ilmuwan Islam seperti Ibnu Khardzabah (242 H/885M) dan Ibnu Rustah
(290H/903 M), termasuk Khalifah Abbasiyah, al-maknun meyakini bumi itu bulat
seperti bola.
Lalu mengapa Christoper
Columbus harus berbohong?
Nama
Columbus bagi masyarakat luas telah dikenal sebagai orang yang pertama
menemukan benua Amerika. Padahal anggapan itu sama sekali tidak benar.
Sesungguhnya kebencian dan sikap anti yang dimiliki oleh Barat dan Eropa nampak
ketika mereka menjajah negeri timur yang mayoritas Muslim. Barat telah memiliki
anggapan bahwa tidak boleh dibiarkan Islam memegang sejarah dunia.
Untuk itu, para ahli dikerahkan
untuk bisa memblokir seluruh informasi dan data tentang kejayaan Islam.
Semangat kebencian itu timbul sejak mereka kalah total dalam perang salib yang
terjadi selama dua abad. Perang salib yang banyak memberikan sumbangan manfaat
itu tidak disyukuri oleh Barat, bahkan justru mereka melemparkan gelar negatif
bagi kaum Muslimin. Mereka ibarat, “air susu dibalas dengan air tuba“.
Kebangaan yang dilandasi kebencian itu mereka wariskan kepada generasi penerus
mereka untuk terus memusuhi Islam. Mereka berseboyan “ West is west and east is
east “ (Barat adalah barat dan timur adalah timur). Dengan itulah mereka
menulis sejarah mereka.
Mereka menganggap bahwa semua yang
ada di dunia ini adalah milik mereka, baik ilmu, filsafat, kebudayaan, dan
segala hasil kemajuan serta penemuan-penemuan. Bangsa lain tidak pernah
berperan di dunia. Sebuah sikap arogan yang masih terwarisi hingga sekarang. Mereka
tidak malu-malu mengumandangkan diri mereka sebagai pelopor sejarah. Semua
sejarah di dunia terutama yang ada kaitannya dengan dunia Islam mereka buang
jauh-jauh, jangan sampai ada orang yang mengetahuinya. Mereka memanipulasi
sejarah dunia, mereka menggangap bahwa sejarah hanya ada di barat dan dimulai
dari barat. Abad pertengahan mereka anggap sebagai abad bodoh dan tolol serta
biadab. Padahal itu semua yang mengalaminya hanya bangsa mereka, karena
kesalahan-kesalahan mereka. Sementara di bagian dunia yang lain telah ada
budaya dan peradaban yang tinggi dan cemerlang, itulah peradaban Islam yang
jaya. Tetapi hal itu tidak pernah diakui oleh Barat padahal mereka mengerti
bahwa sebenarnya Islam pernah jaya di abad itu. Mereka selalu mengklaim bahwa
merekalah yang paling beradab tapi nyatanya biadab dan kejam, modern dan
senantiasa berorientasi pada kebenaran ilmiah tapi nyatanya mereka yang bodoh
dan tolol. Jadi anggapan bahwa Columbus seorang pahlawan saya kira tidak pantas,
karena dibawah ini adalah fakta-fakta kebenaran mengenai Christoper Columbus,
yaitu:
1. Tahukah kamu apa alasan
sebenarnya Columbus pergi berlayar?
Columbus memperkosa putri salah
satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa
memutuskan ia harus di hukum mati. Terjadi pada tahun 1491 dan seorang
Pastor bernama Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan memohon dengan
Ratu Isabella untuk mendanai Columbus yang jika ia berhasil akan mampu untuk
mengkonversi penduduk asli Kristen, sehingga akhirnya Ratu Isabella
mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari
India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa pulang kembali.
2. Jurnal Columbus
Saat akhirnya Columbus mendarat
pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India.
Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun,
sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
“Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas
dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah. Mereka rela
memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul senjata,
padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka
terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak….
Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat
mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”
Columbus juga menulis, “Saya
percaya, bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena
sepertinya mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus
mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah
menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung,
mencambuknya, hanya demi satu informasi penting : “Dimanakah ada Emas?“
Helen Ellerbe, dalam “The
Dark Side of Christian History” (hal. 86-88), menggambarkan
keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
3.
Colombus Penyebar Sifilis di
Europa
Pandemi sifilis melanda Eropa tak lama setelah Columbus
‘kembali, dan itu mengubah jalannya sejarah. Penyakit yang menyeramkan itu banyak
menyebabkan kematian pada saat itu. Sebenarnya
sifilis sudah ada di Amerika sejak era pra-Columbus. Mungkin secara kebetulan,
wabah sifilis terjadi di Naples tahun 1494 selama invasi Prancis, hanya dua
tahun setelah kembalinya Columbus.
(Baca : Christopher Columbus’ Real Discovery: Syphilis)
(Baca : Christopher Columbus’ Real Discovery: Syphilis)
4. Columbus bertanggung jawab langsung
atas pembunuhan ribuan penduduk asli Amerika.
Dia mengeksploitasi mereka,
memanfaatkan sumber daya dan memperbudak mereka. Hugo Chavez menghancurkan patungnya di Caracas karena dia melihat
Columbus sebagai imperialis yang banyak melakukan pembantaian.
5. Columbus meninggal dalam
kondisi miskin dan terlupakan
Columbus memang bukan orang kaya saat ia meninggal dunia di Spanyol
pada tahun 1506, di usia 54 tahun. Namun ia tidak terlalu miskin. Ia hidup
nyaman di apartemen di Valladolid, Crown of Castile, meskipun menderita arthritis
parah. Columbus sempat dipenjara
atas tuduhan tindakan tiran dan brutal pada penduduk asli Amerika, namun baru
mendekam enam minggu di penjara, ia dibebaskan oleh Raja Spanyol, Ferdinand. Ia
lantas menolak imbalan besar yang dijanjikan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Setelah kita mengetahui fakta mengejutkan tadi, masihkah kita
percaya bahwa Columbus si pahlawan? Saya merasa dari sekarang fikiran jernih
saya sudah terbuka melalui buku Howard Zinn (A People’s
History of the United States) yang
sangat kontradiktif dengan argumen-argumen palsu bangsa Eropa. Dari situ kita
mengetahui bahwa sejarah akan terungkap kebenarannya digali terus menerus
melalui membaca buku-buku (Speaking Truth to Power with Book) karya
penulis karismatik dan melalui fakta-fakta ter-update yang seharusnya kita
perkaya lewat jalur menganalisis dan
mengkritisi.
Sebagai
akhir, pesan dari seorang bijak : “Saat kita mempunyai impian, ide, keinginan, atau apapun yang
menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan peduli ejekan orang lain! Jangan
takut diremehkan oleh orang lain!” Jadi, jika Anda memiliki ide kreatif saat ini, maka lakukanlah…
Referensi