Mengkritisi SEJARAH Yang Tak SEARAH
Ketika
seseorang mampu menemukan suatu penemuan yang luar biasa dan bermanfaat untuk
umat manusia, maka akan dengan sendirinya nama dari seorang penemu tersebut
selalu dikenang selamanya dalam sebuah kalender sejarah dunia. Akan tetapi akar
masalahnya adalah bagaimana jika sejarah tersebut tidak sesuai dengan
semestinya, ini sama halnya dengan kebohongan publik yang secara turun temurun
dan menjadi perbincangan dari bibir ke bibir menceritakan sejarah yang salah
tersebut yang pada akhirnya mengkultuskan bahwa sejarah tersebut benar adanya.
Sejarah-sejarah besar di dunia ini rata-rata masih mempunyai keganjilan dalam
kehafsahannya, seakan ada tembok besar yang menghalangi kebenaran dari suatu
sejarah tersebut. Seperti contoh dalam sebuah sejarah besar yang diciptakan oleh
Christoper Colombus yang mengaku penemu tunggal Benua Amerika. Namun siapakah
sebenarnya Christoper Colombus ini? Apakah benar Christoper Colombus penemu
Benua Amerika? Lantas apakah ada hubungannya penemuan Benua Amerika dengan umat
Islam? Dan mengapa banyak sejarah besar seakan tertutup kebenarannya? Hal ini
sangat menarik untuk kita kritisi mengingat banyak penemuan-penemuan dari umat
Islam yang sengaja ditutupi oleh dunia barat, ini menjadi pekerjaan rumah untuk
kita selaku mahasiswa berlabel Islam.
Dalam
critical review ini saya akan sedikit
menjelaskan terlebih dahulu tentang apa arti dari kata sejarah. Kata sejarah
secara harfiah berasal dari kata Arab (شجرة: sajaratun) yang artinya pohon.
Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh
dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata
Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau
orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa
lalu manusia. Kata lain yang mendekati atau mirip dengan acuan bahasa tersebut adalah Geschichte
yang mempunyai arti yaitu sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa asal-muasal istilah sejarah ini diambil dari bahasa Yunani yaitu historia yang kemudian dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Melihat pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa asal-muasal istilah sejarah ini diambil dari bahasa Yunani yaitu historia yang kemudian dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Melihat pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Untuk
membuktikan bahwa seseorang di masa lampau itu memang benar telah menemukan
penemuan yang besar, maka untuk lebih meyakinkannya adalah harus ada penelitian
dan kajian mendalam untuk mencari sebanyak mungkin informasi, baik itu dari sudut
manapun agar nantinya mampu memberikan informasi yang benar dan akurat kepada
kaum awam sejarah yang nantinya sejarah itu memang benar, yang pada akhirnya
masyarakat pun tidak ngawur lagi dalam mengonsumsi sebuah informasi sejarah
yang didapat.
Pada
akhir-akhir dewasa ini, dunia barat sedang digemparkan dengan issue yang tak
mengenakkan mereka, kenapa? Wajar saja jika mereka bersikap seperti itu,
mengingat ada pernyataan mencengangkan yang santer dikabarkan bahwa penemu
Benua Amerika yang sebenarnya itu bukanlah Christopher Colombus, sudah banyak
pihak yang menentang Christopher Colombus sebagai penemu benua Amerika karena
tidak cukup bukti untuk menguatkan klaim atau pengakuan darinya.\
Menurut
sebuah catatan sejarah yang diyakini oleh para ahli sejarawan yang ada pada
saat ini, Christopher Colombus telah dilahirkan yaitu antara 26 Ogos dan 31 Oktober
1451 di kota Genoa, negara bagian Italia. Adapun nama Ayahnya ialah Domenico
Colombo, seorang saudagar bulu biri, nama ibunya ialah Susanna Fontanarossa yang
juga merupakan keturunan dari seorang
saudagar bulu biri. Christopher mempunyai tiga adik lelaki, yang pertama ialah Bartolomeo,
kemudian Giovanni Pellegrino, dan Giacomo, dan seorang adik perempuan, yang
bernama Bianchinetta. Jadi Christopher Colombus
ini merupakan 5 bersaudara dari keturunan saudagar asal Italia.
Christopher
Colombus mempunyai sifat pekerja keras dan mempunyai bakat turun-temurun yang
di wariskan oleh sang Ayah yaitu berdagang. Christopher Colombus pernah berfikir tentang
bagaimana akses yang singkat dan efektif di bumi ini agar dagangannya itu mampu
masuk di seluruh bagian dunia manapun. Maka hal itu mengundang rasa penasaran
yang amat mendalam bagi Colombus, bahkan dia berfikiran bahwa bumi itu datar.
Dengan terus berlayar ke barat maka Ia akan sampai ke daerah yang ingin Ia
gapai, namun ternyata tebakan Colombus itu salah besar karena sebenarnya bumi
itu bulat. Ia beserta seluruh awak kapal pun akhirnya menabrak sebuah daratan.
Sebenarnya
alasan Colombus berlayar itu bukan hanya untuk kegiatan berdagang. Kronologisnya
ialah waktu itu Columbus memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang
masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus di hukum
mati. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1491 dan seorang Pastor bernama
Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan memohon dengan Ratu Isabella
untuk mendanai Columbus yang , jika ia berhasil akan mampu untuk mengkonversi
penduduk asli Kristen, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam
misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India) dan dengan
harapan, Columbus tidak akan bisa pulang kembali.
Pada saat
akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih
mengira inilah tanah India. Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus
dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
“Mereka membawakam kami
burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah.
Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul
senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak
mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi
budak…. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan
membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”
Columbus juga menulis, “Saya percaya, bahwa mereka
akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak
beragama.”
Dalam catatan
hariannya, Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih
percaya telah menemukan India, namun bukan Amerika), ia menyiksa penduduk
pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting : “Dimana
ada Emas?“
Helen
Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88),
menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
Kemudian koloni yang di bawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496), di
klaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Sungguh
pembantaian yang sangat sadis.
Selama
ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika
pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di
semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut
versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau
penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim,
ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah
Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Padahal
jika melihat rentetan sejarah.
Literatur yang
menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika jauh sebelum
Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu
al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad
al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan
tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn
Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua
Amerika pada 889M.
Selanjutnya Al-masudi menjelaskan,
semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia,
Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan
Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul).
Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan,
yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian sekarang bernama Amerika.
Sejak itulah,
pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang
gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah
Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam
Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of
the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul
Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh
menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba
di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada
pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah
Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat
dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan
berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah
harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada
sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah
imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut
Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang
hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia,
penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan
Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando
(Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran
ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta
Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif
al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya
Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi
Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi
samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal)
ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu
?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang
penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran
melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh
Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari
pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef
(1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini
mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan
perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada
era sesudahnya.
Sultan-sultan
dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan
penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul
Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi
Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup
maju di Afrika Barat.
Ekspedisi
laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I
(1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0.
Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan
mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai
Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama
berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa
Arab dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan
benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta
ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di
Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika
Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama
seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang
berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520)
sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis”
(berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan),
diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut
melawan Bendeqia.
Selain
berbagai macam bukti yang di dapat oleh para saudagar muslim yang merujuk bahwa
Christopher Colombus ini bukan orang yang pertama, maka hal ini senada dengan
apa yang disampaikan oleh para sejarawan di dunia barat. Ada beberapa pendapat
mengenai siapakah sebenarnya penemu benua Amerika, apakah umat Islam atau
Christoper Colombus. Berikut pemaparannya:
Ø Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell,
arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University
menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah
bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran
jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata
yang berasal dari bahasa Arab. Di negara bahagian Inyo dan California, Dr.
Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah
satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi
ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa
sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia
kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan
lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan,
digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di
Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran
matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis
dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara. Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini
ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs,
Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde
(Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana).
Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M.
Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul
Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Ø Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar
sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri
sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di
Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti
Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam
datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan
orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam
pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid
berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu
telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ø Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit
di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari
Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian
tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah.
Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan
arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta
ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ø Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South
America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan,
para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam
bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa
imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. Sedangkan Ivan
Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan
kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika.
Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga
menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran
Colombus di Amerika.
Ø Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti
bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat
Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab
diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil
gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Ø Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang
menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang
dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer
dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti
dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini
kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Masih banyak
lagi bukti yang membuktikan bahwa Christoper ini memang bukanlah orang yang
pertama kali menginjakkan kakinya di benua Amerika. Dengan bukti yang begitu
banyak, entah mengapa orang-orang Amerika sampai saat ini masih mengakui
Colombus sebagai penemu tunggal benua Amerika. Padahal secara tidak kasat mata
sangat jelas bahwa sebagian besar seluruh negara bagian Amerika menggunakan
nama dari bahasa Arab, contoh nama negara bagian seperti Alabama yang berasal
dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah
dan Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di
Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan
sesuatu dikemudian hari”.
Klaim sejarah
Barat yang menyatakan Christopher Columbus sebagai penemu benua Amerika patut
dipertanyakan kembali. Banyak fakta belakangan ini ditemukan bahwa umat Islam
telah memberi kontribusi jauh sebelum pelaut Spanyol tiba di tanah impian.
Pengakuan ini diungkapkan oleh beberapa sejarawan. Fareed H. Numan dalam American
Muslim History A Chronological Observation menyebut, "Tak perlu
diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam
evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus
menemukannya."
Fakta lain
yang meyakinkan dapat dilacak di Arsip Nasional atau Perpustakaan Kongres.
Kesepakatan 1987, atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli
menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan, dan pemerintahan.
Arsip negara bagian Carolina menerapkan perundang-undangan seperti yang
diterapkan bangsa Moor. Satu lagi fakta dalam sebuah dokumen China, yakni
Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama
Mu-Lan-Pi. Kata ini mengartikan: Amerika.
KESIMPULAN
Dengan adanya
penemuan-penemuan mengejutkan dan banyak bukti yang baru terungkap setelah lama
menghilang bak ditelan zaman, maka pengakuan Christoper Colombus yang mengaku
sebagai penemu Benua Amerika ini banyak ditentang oleh kalangan sejarawan baik
muslim maupun yang non-muslim di seluruh dunia. Pasalnya ada banyak kebohongan
yang diklaim oleh Christopher Columbus tentang penemuan benua Amerika olehnya.
Hal ini sangat mencengangkan ketika para penulis dan peneliti sejarah mengupas
sejarah Christopher Columbus yang sangat berbeda dari apa yang telah ia
paparkan selama ini. Anehnya masyarakat Amerika seakan tertutup matanya melihat kebohongan yang
disampaikan oleh Christopher Columbus
ini, yang lebih ironisnya ialah di Amerika setiap tahun ada satu hari khusus
yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu
Benua Amerika. Ini sangat tidak masuk di akal.
Efeknya di
Indonesia memang tidak secara langsung terkena dampaknya, namun pemahaman yang
diterima dalam ranah pendidikan formal yang menceritakan betapa hebatnya
Columbus, tentu akan mengaburkan kebenaran. Semoga guru-guru dan murid-murid di
sekolah, tidak menelan mentah-mentah isi teks pelajaran sejarah tentang si
Columbus ini. Karena suatu kebohongan ini akan terus mencuat dari bibir ke
bibir sehingga akan menutupi seluruh kebenaran yang ada.
Untuk itu
kita sebagai mahasiswa yang berlabel Islam harus lebih berhati-hati dalam
mengonsumsi seluruh sejarah dunia Barat, karena kadar kebenaran dari suatu
sejarahnya belum tentu benar, malah seluruh ilmu yang dunia barat dapatkan
sebenarnya adalah masterpiece dari ulama-ulama hebat di dunia yang dicuri dan
di klaimoleh bangsa Barat seperti karya-karya Imam Al-Ghazali atau di dunia
barat di juluki Al-Gazel, atau penemuan hebat yang di ciptakan oleh Ibnu Sina
tentang kedokteran, dan masih banyak lagi pengetahuan yang dicuri dan diklaim
oleh bangsa Barat.
REFERENCES
Ø
Dr.
Yossef Mroueh: Precolumbian Muslims in America, 1996.
Ø
Howard
Zinn: A people’s history of the United State
Ø
John
Boyd Thacher: Christopher Colombus, New York, 1950.
Ø
Al-Syarif
al-Idrisi: Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq
al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk), 1099-1166.
Ø Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi:
Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels /
Hamparan Emas dan tambang Permata), 871-957M.
Ø Donald
Cyr: Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Ø
Loe
Weiner: Africa and the Discovery of America, 1920.
Ø
Buku
dengan judul Columbus Day – A Celebration of Genocide.