critical review2: Mengkritisi SEJARAH Yang Tak SEARAH


Mengkritisi SEJARAH Yang Tak SEARAH

Ketika seseorang mampu menemukan suatu penemuan yang luar biasa dan bermanfaat untuk umat manusia, maka akan dengan sendirinya nama dari seorang penemu tersebut selalu dikenang selamanya dalam sebuah kalender sejarah dunia. Akan tetapi akar masalahnya adalah bagaimana jika sejarah tersebut tidak sesuai dengan semestinya, ini sama halnya dengan kebohongan publik yang secara turun temurun dan menjadi perbincangan dari bibir ke bibir menceritakan sejarah yang salah tersebut yang pada akhirnya mengkultuskan bahwa sejarah tersebut benar adanya. Sejarah-sejarah besar di dunia ini rata-rata masih mempunyai keganjilan dalam kehafsahannya, seakan ada tembok besar yang menghalangi kebenaran dari suatu sejarah tersebut. Seperti contoh dalam sebuah sejarah besar yang diciptakan oleh Christoper Colombus yang mengaku penemu tunggal Benua Amerika. Namun siapakah sebenarnya Christoper Colombus ini? Apakah benar Christoper Colombus penemu Benua Amerika? Lantas apakah ada hubungannya penemuan Benua Amerika dengan umat Islam? Dan mengapa banyak sejarah besar seakan tertutup kebenarannya? Hal ini sangat menarik untuk kita kritisi mengingat banyak penemuan-penemuan dari umat Islam yang sengaja ditutupi oleh dunia barat, ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita selaku mahasiswa berlabel Islam.
Dalam critical review ini saya akan  sedikit menjelaskan terlebih dahulu tentang apa arti dari kata sejarah. Kata sejarah secara harfiah berasal dari kata Arab (شجرة: sajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati atau mirip  dengan acuan bahasa tersebut adalah Geschichte yang mempunyai arti yaitu sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa asal-muasal istilah sejarah ini diambil dari bahasa Yunani yaitu historia yang kemudian dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Melihat pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Untuk membuktikan bahwa seseorang di masa lampau itu memang benar telah menemukan penemuan yang besar, maka untuk lebih meyakinkannya adalah harus ada penelitian dan kajian mendalam untuk mencari sebanyak mungkin informasi, baik itu dari sudut manapun agar nantinya mampu memberikan informasi yang benar dan akurat kepada kaum awam sejarah yang nantinya sejarah itu memang benar, yang pada akhirnya masyarakat pun tidak ngawur lagi dalam mengonsumsi sebuah informasi sejarah yang didapat.
Pada akhir-akhir dewasa ini, dunia barat sedang digemparkan dengan issue yang tak mengenakkan mereka, kenapa? Wajar saja jika mereka bersikap seperti itu, mengingat ada pernyataan mencengangkan yang santer dikabarkan bahwa penemu Benua Amerika yang sebenarnya itu bukanlah Christopher Colombus, sudah banyak pihak yang menentang Christopher Colombus sebagai penemu benua Amerika karena tidak cukup bukti untuk menguatkan klaim atau pengakuan darinya.\
Menurut sebuah catatan sejarah yang diyakini oleh para ahli sejarawan yang ada pada saat ini, Christopher Colombus telah dilahirkan yaitu antara 26 Ogos dan 31 Oktober 1451 di kota Genoa, negara bagian Italia. Adapun nama Ayahnya ialah Domenico Colombo, seorang saudagar bulu biri, nama ibunya ialah Susanna Fontanarossa yang juga merupakan keturunan  dari seorang saudagar bulu biri. Christopher mempunyai tiga adik lelaki, yang pertama ialah Bartolomeo, kemudian Giovanni Pellegrino, dan Giacomo, dan seorang adik perempuan, yang bernama Bianchinetta. Jadi Christopher Colombus ini merupakan 5 bersaudara dari keturunan saudagar asal Italia.
Christopher Colombus mempunyai sifat pekerja keras dan mempunyai bakat turun-temurun yang di wariskan oleh sang Ayah yaitu berdagang.  Christopher Colombus pernah berfikir tentang bagaimana akses yang singkat dan efektif di bumi ini agar dagangannya itu mampu masuk di seluruh bagian dunia manapun. Maka hal itu mengundang rasa penasaran yang amat mendalam bagi Colombus, bahkan dia berfikiran bahwa bumi itu datar. Dengan terus berlayar ke barat maka Ia akan sampai ke daerah yang ingin Ia gapai, namun ternyata tebakan Colombus itu salah besar karena sebenarnya bumi itu bulat. Ia beserta seluruh awak kapal pun akhirnya menabrak sebuah daratan.
Sebenarnya alasan Colombus berlayar itu bukan hanya untuk kegiatan berdagang. Kronologisnya ialah waktu itu Columbus memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus di hukum mati. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1491 dan seorang Pastor bernama Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan memohon dengan Ratu Isabella untuk mendanai Columbus yang , jika ia berhasil akan mampu untuk mengkonversi penduduk asli Kristen, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa pulang kembali.
Pada saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika,  ia masih mengira inilah tanah India. Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
“Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah.  Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak…. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”
Columbus juga menulis, “Saya percaya, bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, namun bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting : “Dimana ada Emas?
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal. 86-88), menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka. Kemudian koloni yang di bawa Columbus pada pelayaran berikutnya (1496), di klaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika. Sungguh pembantaian yang sangat sadis. 
Selama ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Padahal jika melihat rentetan sejarah. Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika jauh sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Selanjutnya Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian sekarang bernama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Selain berbagai macam bukti yang di dapat oleh para saudagar muslim yang merujuk bahwa Christopher Colombus ini bukan orang yang pertama, maka hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh para sejarawan di dunia barat. Ada beberapa pendapat mengenai siapakah sebenarnya penemu benua Amerika, apakah umat Islam atau Christoper Colombus. Berikut pemaparannya:
Ø  Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara. Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Ø  Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ø  Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ø  Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran Colombus di Amerika.
Ø  Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Ø  Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Masih banyak lagi bukti yang membuktikan bahwa Christoper ini memang bukanlah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di benua Amerika. Dengan bukti yang begitu banyak, entah mengapa orang-orang Amerika sampai saat ini masih mengakui Colombus sebagai penemu tunggal benua Amerika. Padahal secara tidak kasat mata sangat jelas bahwa sebagian besar seluruh negara bagian Amerika menggunakan nama dari bahasa Arab, contoh nama negara bagian seperti Alabama yang berasal dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan sesuatu dikemudian hari”. 
Klaim sejarah Barat yang menyatakan Christopher Columbus sebagai penemu benua Amerika patut dipertanyakan kembali. Banyak fakta belakangan ini ditemukan bahwa umat Islam telah memberi kontribusi jauh sebelum pelaut Spanyol tiba di tanah impian. Pengakuan ini diungkapkan oleh beberapa sejarawan. Fareed H. Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation menyebut, "Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya."
Fakta lain yang meyakinkan dapat dilacak di Arsip Nasional atau Perpustakaan Kongres. Kesepakatan 1987, atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan, dan pemerintahan. Arsip negara bagian Carolina menerapkan perundang-undangan seperti yang diterapkan bangsa Moor. Satu lagi fakta dalam sebuah dokumen China, yakni Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi. Kata ini mengartikan: Amerika.


KESIMPULAN
Dengan adanya penemuan-penemuan mengejutkan dan banyak bukti yang baru terungkap setelah lama menghilang bak ditelan zaman, maka pengakuan Christoper Colombus yang mengaku sebagai penemu Benua Amerika ini banyak ditentang oleh kalangan sejarawan baik muslim maupun yang non-muslim di seluruh dunia. Pasalnya ada banyak kebohongan yang diklaim oleh Christopher Columbus tentang penemuan benua Amerika olehnya. Hal ini sangat mencengangkan ketika para penulis dan peneliti sejarah mengupas sejarah Christopher Columbus yang sangat berbeda dari apa yang telah ia paparkan selama ini. Anehnya masyarakat Amerika seakan  tertutup matanya melihat kebohongan yang disampaikan  oleh Christopher Columbus ini, yang lebih ironisnya ialah di Amerika setiap tahun ada satu hari khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu Benua Amerika. Ini sangat tidak masuk di akal.
Efeknya di Indonesia memang tidak secara langsung terkena dampaknya, namun pemahaman yang diterima dalam ranah pendidikan formal yang menceritakan betapa hebatnya Columbus, tentu akan mengaburkan kebenaran. Semoga guru-guru dan murid-murid di sekolah, tidak menelan mentah-mentah isi teks pelajaran sejarah tentang si Columbus ini. Karena suatu kebohongan ini akan terus mencuat dari bibir ke bibir sehingga akan menutupi seluruh kebenaran yang ada.
Untuk itu kita sebagai mahasiswa yang berlabel Islam harus lebih berhati-hati dalam mengonsumsi seluruh sejarah dunia Barat, karena kadar kebenaran dari suatu sejarahnya belum tentu benar, malah seluruh ilmu yang dunia barat dapatkan sebenarnya adalah masterpiece dari ulama-ulama hebat di dunia yang dicuri dan di klaimoleh bangsa Barat seperti karya-karya Imam Al-Ghazali atau di dunia barat di juluki Al-Gazel, atau penemuan hebat yang di ciptakan oleh Ibnu Sina tentang kedokteran, dan masih banyak lagi pengetahuan yang dicuri dan diklaim oleh bangsa Barat.






REFERENCES
Ø  Dr. Yossef Mroueh: Precolumbian Muslims in America, 1996.
Ø  Howard Zinn: A people’s history of the United State
Ø  John Boyd Thacher: Christopher Colombus, New York, 1950.
Ø Al-Syarif al-Idrisi:  Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk), 1099-1166.
Ø  Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi: Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), 871-957M.
Ø  Donald Cyr: Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Ø  Loe Weiner: Africa and the Discovery of America, 1920.




Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment