Dibalik Kekuatan Ada Kelemahan

2nd Critical Review
Dibalik Kekuatan Ada Kelemahan
(by : Erni Nuro)
Kita mempelajari struktur otak kita yang seperti peta, suatu jalan atau kota dan seperti perpustakaan untuk memudahkan kita mengingat apa yang pernah kita baca atau pelajari dan mengajarkan kita untuk berpikir secara sistematis. Segala hal berubah, dan tak ada yang tak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa kita sekarang, perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dahsyat dan dramatik. Kita semua tak bisa tidak, berjalan bersama atau seiring dengan perubahan itu.
Seperti mendirikan bangunan, setiap kebiasaan yang kita ciptakan seperti lapisan batu bata yang kita letakkan di atas tembok. Kebiasaan yang terbentuk di kemudian hari akan mengambil pola dari kebiasaan sebelumnya. Apabila kita menyadari sejak awal bahwa suatu kebiasaan akan menimbulkan masalah, sungguh suatu tindakan bijaksana untuk segera mengubahnya sebelum itu membentuk suatu pola yang sulit dihilangkan. Itulah gambaran perubahan. Perubahan itu datang kapan saja dan dimana saja. Tanpa kita sadari perubahan-perubahan itu akan berdampak kepada diri kita, baik itu perubahan baik maupun buruk.
Beberapa orang percaya dengan kaejaiban buku yang mereka baca. Buku dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Jika kita sering memikirkan sesuatu dari buku yang telah dibaca maka sesuatu itu dapat menjadi kenyataan yang kita yakini kebenarannya akan tetapi terkadang kebenaran yang kita yakini itu merupakan kebenaran semu alias hanya dugaan-dugaan kita alias bukanlah sebuah kenyataan yang sebenarnya. Artinya, hati-hatilah dengan fikiran dan cara berfikir kita melalui buku yang telah kita baca. Jangan sampai hal itu menyesatkan hidup kita dan bahkan mempengaruhi nasib kita.
Alangkah nikmatnya jika kita berprasangka baik terhadap hidup kita karena hal-hal yang baiklah yang akan kita dapatkan. Akan tetapi, jika kita berprasangka buruk maka hal-hal yang buruk itu akan menjadi sebuah kenyataan. Dengan kata lain, jangan-jangan hal-hal buruk mulai dari kelemahan-kelemahan kita, ketidakcakapan kita, ketidakpintaran kita, kekurangan kita secara finansial, atau bahkan penyakit-penyakit yang ada pada tubuh kita, jangan-jangan hanyalah hasil permainan fikiran kita.

Artikel Howard Zinn menyatakan bahwa buku adalah sumber kekuatan. Kekuatan yang tiada batas yang dapat mempengaruhi kesadaran hidup seseorang. Sebuah buku adalah jendela dunia yang dapat mengubah bumi tempat kita berpijak ini, tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Buku yang diciptakan oleh Howard Zinn dipercaya dapat merubah kesadaran beberapa orang yang membacanya.
Bayank wawasan yang tersirat dalam buku. Baik itu melalui buku-buku sejarah maupun buku-buku cerita. Howard Zinn percaya dengan buku-buku yang ia baca. Sehingga dia memiliki hasrat untuk menciptakan buku sejarah Colombus. Dia hanya menciptakan sejarah Colombus hanya satu bab. Dan itu membuat para pembaca terkejut dan pebasaran dengan cerita-cerita selanjutnya. Orang-orang Amerika percaya dengan sesosok pahlawan yang dimaksudkan oleh Howard Zinn tersebut.
Akan tetapi ada sebagian orang yang tidak percaya dengan buku yang diciptakan oleh Howard Zinn tersebut mengenai Colombus. Sehingga mereka mencari kebenaran yang pasti dengan menjelajah dunia untuk mencari tahu sebenarnya tentang Colombus. Buku memang memilki efek yang kaut bagi orang-orang yang awam.
Ilmu-ilmu yang diperoleh olehnya dikarenakan wawasan dari buku-buku yang ia baca. Ia pun mulai menciptakan buku tentang Christopher Columbus yang pertama menemukan benua Amerika. Ia pun menceritakan mengenai sifat-sifat yaitu bahwa Columbus itu pahlawan, penemu besar, serta pembaca kitab yang baik. Akan tetapi ia hanya menciptakan buku tersebut hanya satu bab, dimana bab tersebut belum terselesaikan. Sebagian orang yang membacanya buku yang dikarang oleh Howard Zinn tersebut merasakan adanya perubahan dalam dirinya. fakta-fakta yang terdapat dalam cerita sejarah Amerika tersebut ternyata dapat merubah pikiran seseorang.
Buku-buku novel, sejarah yang telah ia baca membuat ia mengetahui bagaimana sejarah peran apa yang harus dilakukannya. Ia tahu apa yang harusia lakukan untuk dunia. Menurutnya buku juga dapat berpengaruh dalam literatur absurditas. Ternyata menulis menurutnya adalah kegiatan yang dapat mengetahui bahwa ada orang yang merasakan hal yang ia rasakan dengan orang lain tentang dunia. Menurutnya itu adalah hal yang sangat penting, agar Saya menulis begitu Anda akan tahu ada orang yang merasakan hal yang Anda lakukan agar orang-orang merasa tidak sendirian.
Sesaat sebelum membacanya, terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan kertas tak berjiwa yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati sang penulisnya dan jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Namun siapa sangka, dibalik sebuah buku dapat tersimpan suatu kekuatan hebat. Sebegitu hebatnya kekuatan dari buku, sehingga ia merupakan instrumen yang berdaya kuat, mencengkeram erat, menggetarkan dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun keburukan.
Buku memang gudangnya ilmu. Buku adala sumber ilmu. Akan tetapi melebihi batas dari yang dibataskan maka akan timbul perubahan-perubahan yang tidak disangka. Seperti menjadi arogan, sok pintar/sok benar sendiri dan gila hormat. Efek kedua dari banyak membaca buku ini tidak jarang alias sering juga ditemui. Dia menjadi arogan, berkoar-koar bahwa dirinya telah membaca banyak buku penting. Dia mudah dikenali, karena suka mendominasi pembicaraan di semua forum. Nada bicaranya keras dan pongah, suka mengutip pendapat filsuf ini dan membeberkan teori anu, walau kadang tidak kontekstual dengan tema diskusi, demi bermaksud membuat orang terkesan dan menyebut dia pintar. Dia kadang berhasil. Dia suka meneriakkan semacam tuduhan atau anjuran kepada orang lain, padahal dirinya sendiri sangat layak untuk mendapatkan tuduhan atau anjuran tersebut. Dalam kondisi seperti itu dia sangat menggelikan, namun dia tidak sadar bahwa dia menggelikan dan tingkahnya menjadi bahan tertawaan orang.
Sebagai pembaca, kita harus mempunyai imunitas. Kita juga sekaligus menjadi filter. Jangan sampai kita gampang larut dalam sebuah pemikiran yang disajikan oleh buku yang kita baca. Salah-salah ketikabanyak pemikiran saling bertentangan, kita akan kebingungan sendiri. Stres jadinya. Membaca buku memang penting dan merupakan kebiasaan yang baik. Namun dengan menyadari efek/dampak/ekses lain yang mungkin timbul dari nafsu yang tinggi membaca, akan tetapi lebih utama mengukur diri dan menimbang kemampuan kita sendiri sebelum membaca buku.
Pendapat Howard Zinn mengenai bahwa buku adalah sumber kkekuatan yang dapat merubah kehidupan manusia melalui buku-buku yang telah dibaca. Pendapat ini di tentang oleh penerbit buku The Huffingtonspot yang berpendapat bahwa kekuatan yang paling utama dari kita itu adalah bersumber dari “kekuatan cinta, kekuatan kata-kata, kekuatan memberi contoh, kekuatan untuk bergerak, kekuatan gaya, kekuatan membuat pilihan, dan kekuatan bersenang-senang”.
Meski kita sering lupa dan terkadang tidak menyadarinya, sebenarnya kita memiliki kekuatan super dalam diri. Jika kita mau dan kita bisa menggunakan kekuatan ini dan mengubah dunia di sekitar kita.
Kekuatan cinta, ini adalah kekuatan terbesar, dan kekuatan ii berlaku untuk jenis cinta. Cinta kepada keluarga, teman, pasangan, anak, bahkan hewan peliharaan. Namun yang terutama adalah rasa cinta kepada diri sendiri. Kita akan merasa lebih hidup dan terhubung jika kita membiarkan hati untuk merasakan dan mengekspresikan rasa cinta ini. Kekuatan kata-kata, ini merupakan kekuatan yang penting untuk kebaikan, terutama karena kata-kata bisa berdampak besar jika kita tidak berhati-hati. Kata-kata kasar, kritikan, umpatan dan gosip negativ bisa menghancurkan kepercayaan diri dan hubungan kita dengan orang lain.
Mengenai kesadarann serta merubah keadaan bukan hanya melalui buku. Akan tetapi keluarga bagaikan ibu dan bapak beserta anak-anaknya, seisi rumah, satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat pertama seorang individu dalam menerima pembelajaran pertama untuk nantinya sebagai bekal sebelum terjun di lingkungan masyarakat atau komunitas.Jadi dinamika keluarga ini lebih menekankan kepada interaksi antara individu dan lingkungan sehingga dapat diterima serta menyesuaikan diri  dengan baik dengan lingkunagan keluarga maupun kelompok sosial.
Dalam dinamika keluarga itu pun memunculkan permasalahan-permasalahan sehinggga memunculkan refleki atau pengintrospeksian diri. Seperti halnya masalah yang basanya timbul dalam kehidupan berkeluarga, yaitu dalam lingkup anak remaja. Biasanya kenakalan remaja ini diakibatkan oleh didikan keluarga yang kurang mendukung.
Ini diperlukan adanya refleksi dalam diri keluarga itu sendiri Selanjutnya seorang individu akan disiapkan oleh keluarganya sehingga nantinya mampu bersosialisasi dengan komunitasnya. Menurut pendapat Koentjaraningrat, masyarakat (komunitas) adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia  yang dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Dalam suatu komunitas antar individu akan melakukan interaksi satu sama lain. Keselarasan dalam berinteraksi itu semakin meningkat apabila keduanya memiliki kesatuan ideologis yang sama. Sehingga dapat dipastikan bahwa mereka akan saling menjalin hubungan sosial dengan baik. Selain itu, adanya prasarana untuk berinteraksi menjadikan  warga dari suatu kolektif manusia  itu akan saling berinteraksi, sebaliknya , adanya hanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum  berarti bahwa warga dari suatu  kesatuan manusia itu benar-benar  akan berinteraksi. Jadi interelasi antar diri, keluarga dan komunitas dapat dikiaskann dengan lapisan batang pada tumbuhan, yang mana terdiri dari tiga buah buahlapisan, diantaranya diri, keluarga dan komunitas. Dalam konteks itu, individu berkedudukan sebagai lapisan lapisan dalam.
Karena individu adalah bagian terkecil dari suatu komunitas. Komunitas yang dimaksud adalah komunitas keluarga maupun komunitas dalam masyarakat. Individu ini nantinya akan membentuk suatu interaksi atau hubungan dalam komunitasnya sehingga kelangsungan hidupnya dapat berjalan dengan baik. Sama halnya dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial atau zoon politicon.
Jadi, kesadaran mengenai keterkaitan antara dinamika diri, keluarga, dan komunitas sangatlah penting. Mengingat kita adalah makhluk yang tidak terlepas dari suatu komunitas. Kesadaran ini nantinya akan memunculkan sikap saling membutuhkan satu sama lain, sehinggga dapat memunculkan rasa solidaritas yang tinggi.
Buku akan mempengaruhi siapa saja yang membacanya. Ketika buku itu diciptakan dengan bukti-bukti yang sesuai, ditulis denagn acak - acakan, tanpa referensi yang jelas, serta terdapat banyak kalimat yang mudhorot maka buku tersebut apalah guananya. Bukumemang sumber dari segala ilmu, akan tetapi apalah jadi tanpa pembimbing dari guru atau orang-orang yang paham. Karena ketika kita membaca buku tanpa pengetahuan sebelumnya atau bahkan tanpa pembimbing maka sesatlah nanti akibatnya. Pepatah mengatakan sebaik-baik guru adalah pengalaman.
Cobalah kita sadari ketika sering membaca artikel atau buku-buku yang tak jelas makna, kebenaran, serta referensi dari buku tersebut. Banyak situs yang isinya melenceng sekali, bernada marah, sumpah serapah dan tuduhan (entah benar/salah). Salah satunya situs-situs di internet yang belum tentu kebenarannya. Terkadang tidak mengertinya kita itu di situ. Tidak mau usaha keras mencari kebenaran dari buku tersebut. Jarang diantara kita yang merifikasi bener datanya belum, tanya sumber langsung, buat riset lapangan belum?” atau ngeliat dengan mata sendiri sebelum berkesimpulan, jangan-jangan hanya cuma baca artikel orang atau dari buku yg juga sama gak obyektifnya. Ini bisa jadi fitnah yg menebarkan kebencian bukan rasa cinta kasih. Ya kalau bener kita di dzolimi apa bener sih tak menjadi masalah buat kita.
Kita lihat artikel Howard Zinn, dia mengemukakan bahwa Colombus adalah orang yang pertama kali menemukan benua Amerika adalah Colombus. Akan tetapi hal ini di tentang oleh umat Islam dengan bukti-bukti yang menurutnya itu benar. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akirnya terungkapkan. Beberapa sejarahwan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslimlah yang telah menginjakkan kaikinya di benua Amerika dalam menyebarkan agamanya. Bahkan lebih dari setengah milenium sebelum Columbus.
Keunikan dengan budaya umat Islam dalam penyebaran agamanya yaitu denagn pengetahuannya yang begitu dasyat, denagn seni-nya ataupun yang alinnya, semua itu telah memberikan konstribusi terhadap masyarakat Amerika. ''Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,''­ tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah dunia baru. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika.
Sejarahwan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came Before Columbus membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika. Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. "Columbus juga tahu bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba. Garis besar kisah Colombus bukan masalah baru. Dia dilahirkan di Genoa, Itali, tahun 1451. Tatkala berangkat dewasa, dia menjadi nakhoda kapal dan seorang navigator yang cekatan. Akhirnya Colombus yakin bukan mustahil menemukan jalan lebih praktis ke daerah Asia di timur dengan cara berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik dan dia dengan tekun merintis tekadnya. Tentu saja niat besar ini tidak bakal terlaksana tanpa biaya cukup. Karena itulah Colombus membujuk Ratu Isabella I menyediakan anggaran untuk ekspedisi percobaannya. Kapalnya melepas sauh pelabuhan Spanyol tanggal 3 Agustus 1492.
Melabuh pertama di Kepulauan Canary di lepas pantai Afrika. Membongkar sauh di Kepulauan Canary tanggal 6 September dan berlayar laju arah ke barat. Sebuah pelayaran yang bukan main panjang, sehingga tidak aneh jika para awak kapal merasa ngeri dan kepingin balik saja. Colombus? Tidak! Perjalanan mesti diteruskan, sekali layar terkembang pantang digulung. Dan tanggal 2 Oktober 1492 bagaikan seutas sutera hijau daratan tampak di haluan.
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu. Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaan katanya banyak yang berasal dari bahasa Arab.
Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California. Di Kabupaten Inyo, negara bagian California, Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Serta banyak sekali bukti-bukti yang menentukan bahwa ternyata Umat Islam lah yang menemukan benua Amerika.
Hal ini di perkuat lagi dengan pengakuan Colombus yaitu bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat masjid dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba. Ini menunjukkan bahwa Colombus pun mengakui bahwa sudah ada sejumlah masyarakat di Amerika yang memeluk agama Islam, sebelum kedatangannya. Colombus mengira bahwa pulau tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorientasi menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Tetapi setelah menerobos masuk, Columbus ternyata kaget menemukan bangunan yang persis pernah ia lihat sebelumnya ketika mendarat di Afrika. Bangunan megah itu adalah Masjid yang dipakai oleh Orang-orang Islam untuk beribadah.
Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat tanggapan buruk dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh kedatangan Colombus.
Dapat diambil kesimpulan bahwa kekuatan buku itu tidaklah semuanya dapat dijadikan sumber kekuatan kita dalam menentukan kebenaran. Terkadang kebenaran itu datang dari pengalaman. Kekuatan-kekuatan dari buku hanyalah pendukung saja. Tak selamanya buku-buku itu benar. Tanpa kita selediki kebenaran serta bukti-bukti yang kuat justru akan menyestkan kita. Di mana rahasia kekuatan sebuah buku? Harus diakui memiliki kekuatan-kekuatan. Kekuatan dimaksud bisa menimbulkan pengaruh baik maupun buruk. Lebih daripada itu, keduanya menorehkan rekor dari segi besarnya jumlah eksemplar yang diterbitkan dan juga tingkat keterbacaan tinggi.
Sejatinya dalam konteks tulisan bertajukkekuatan buku dapat mempengaruhi pola pikir manusia atau kesadaran manusiaini, buku bukanlah untuk mengukur nilai-nilai moral, akan tetapi untuk menunjukkan bahwa buku adalah suatu instrumen belaka. Yang dapat menjadi senjata-senjata dinamis dan hebat, tergantung sejauhmana kita meresapi dan mendalami kandungan isinya.



Referensi :
http://ranselkecil.com/dari-kami/mengubah-diri-dengan-perjalanan





Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment