2nd
Critical
Review
Dibalik
Kekuatan Ada Kelemahan
(by : Erni Nuro)
Kita
mempelajari struktur otak kita yang seperti peta, suatu jalan atau kota dan
seperti perpustakaan untuk memudahkan kita mengingat apa yang pernah kita baca
atau pelajari dan mengajarkan kita untuk berpikir secara sistematis. Segala hal
berubah, dan tak ada yang tak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Pada masa
kita sekarang, perubahan berjalan sangat cepat, bahkan dahsyat dan dramatik.
Kita semua tak bisa tidak, berjalan bersama atau seiring dengan perubahan itu.
Beberapa
orang percaya dengan kaejaiban buku yang mereka baca. Buku dapat mempengaruhi
kehidupan mereka. Jika kita sering memikirkan sesuatu dari buku yang telah
dibaca maka sesuatu itu dapat menjadi kenyataan yang kita yakini kebenarannya
akan tetapi terkadang kebenaran yang kita yakini itu merupakan kebenaran semu
alias hanya dugaan-dugaan kita alias bukanlah sebuah kenyataan yang sebenarnya.
Artinya, hati-hatilah dengan fikiran dan cara berfikir kita melalui buku yang
telah kita baca. Jangan sampai hal itu menyesatkan hidup kita dan bahkan
mempengaruhi nasib kita.
Alangkah
nikmatnya jika kita berprasangka baik terhadap hidup kita karena hal-hal yang
baiklah yang akan kita dapatkan. Akan tetapi, jika kita berprasangka buruk maka
hal-hal yang buruk itu akan menjadi sebuah kenyataan. Dengan kata lain,
jangan-jangan hal-hal buruk mulai dari kelemahan-kelemahan kita, ketidakcakapan
kita, ketidakpintaran kita, kekurangan kita secara finansial, atau bahkan
penyakit-penyakit yang ada pada tubuh kita, jangan-jangan hanyalah hasil
permainan fikiran kita.
Artikel Howard
Zinn menyatakan bahwa buku adalah sumber kekuatan. Kekuatan yang tiada batas
yang dapat mempengaruhi kesadaran hidup seseorang. Sebuah buku adalah jendela dunia yang dapat mengubah
bumi tempat kita berpijak ini, tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Buku
yang diciptakan oleh Howard Zinn dipercaya dapat merubah kesadaran beberapa
orang yang membacanya.
Bayank
wawasan yang tersirat dalam buku. Baik itu melalui buku-buku sejarah maupun
buku-buku cerita. Howard Zinn percaya dengan buku-buku yang ia baca. Sehingga
dia memiliki hasrat untuk menciptakan buku sejarah Colombus. Dia hanya
menciptakan sejarah Colombus hanya satu bab. Dan itu membuat para pembaca
terkejut dan pebasaran dengan cerita-cerita selanjutnya. Orang-orang Amerika
percaya dengan sesosok pahlawan yang dimaksudkan oleh Howard Zinn tersebut.
Akan
tetapi ada sebagian orang yang tidak percaya dengan buku yang diciptakan oleh
Howard Zinn tersebut mengenai Colombus. Sehingga mereka mencari kebenaran yang
pasti dengan menjelajah dunia untuk mencari tahu sebenarnya tentang Colombus.
Buku memang memilki efek yang kaut bagi orang-orang yang awam.
Ilmu-ilmu
yang diperoleh olehnya dikarenakan wawasan dari buku-buku yang ia baca. Ia pun
mulai menciptakan buku tentang Christopher Columbus yang pertama menemukan
benua Amerika. Ia pun menceritakan mengenai sifat-sifat yaitu bahwa Columbus
itu pahlawan, penemu besar, serta pembaca kitab yang baik. Akan tetapi ia hanya
menciptakan buku tersebut hanya satu bab, dimana bab tersebut belum
terselesaikan. Sebagian orang yang membacanya buku yang dikarang oleh Howard
Zinn tersebut merasakan adanya perubahan dalam dirinya. fakta-fakta yang
terdapat dalam cerita sejarah Amerika tersebut ternyata dapat merubah pikiran
seseorang.
Buku-buku
novel, sejarah yang telah ia baca membuat ia mengetahui bagaimana sejarah peran
apa yang harus dilakukannya. Ia tahu apa yang harusia lakukan untuk dunia.
Menurutnya buku juga dapat berpengaruh dalam literatur absurditas. Ternyata
menulis menurutnya adalah kegiatan yang dapat mengetahui bahwa ada orang yang
merasakan hal yang ia rasakan dengan orang lain tentang dunia. Menurutnya itu
adalah hal yang sangat penting, agar Saya menulis begitu
Anda akan tahu ada orang yang merasakan hal yang Anda lakukan agar orang-orang
merasa tidak sendirian.
Sesaat
sebelum membacanya, terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan
kertas tak berjiwa yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati
sang penulisnya dan jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Namun siapa sangka,
dibalik sebuah buku dapat tersimpan suatu kekuatan hebat. Sebegitu hebatnya
kekuatan dari buku, sehingga ia merupakan instrumen yang berdaya kuat,
mencengkeram erat, menggetarkan dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa
yang sedang atau akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun
keburukan.
Buku
memang gudangnya ilmu. Buku adala sumber ilmu. Akan tetapi melebihi batas dari
yang dibataskan maka akan timbul perubahan-perubahan yang tidak disangka.
Seperti menjadi arogan, sok pintar/sok
benar sendiri dan gila hormat. Efek kedua dari banyak
membaca buku ini tidak jarang alias sering juga ditemui. Dia menjadi arogan,
berkoar-koar bahwa dirinya telah membaca banyak buku penting. Dia mudah
dikenali, karena suka mendominasi pembicaraan di semua forum. Nada bicaranya
keras dan pongah, suka mengutip pendapat filsuf ini dan membeberkan teori anu,
walau kadang tidak kontekstual dengan tema diskusi, demi bermaksud membuat
orang terkesan dan menyebut dia pintar. Dia kadang berhasil. Dia suka
meneriakkan semacam tuduhan atau anjuran kepada orang lain, padahal dirinya
sendiri sangat layak untuk mendapatkan tuduhan atau anjuran tersebut. Dalam
kondisi seperti itu dia sangat menggelikan, namun dia tidak sadar bahwa dia
menggelikan dan tingkahnya menjadi bahan tertawaan orang.
Sebagai
pembaca, kita harus mempunyai imunitas. Kita juga sekaligus menjadi filter.
Jangan sampai kita gampang larut dalam sebuah pemikiran yang disajikan oleh
buku yang kita baca. Salah-salah ketikabanyak pemikiran saling bertentangan,
kita akan kebingungan sendiri. Stres jadinya. Membaca buku memang penting dan
merupakan kebiasaan yang baik. Namun dengan menyadari efek/dampak/ekses lain
yang mungkin timbul dari nafsu yang tinggi membaca, akan tetapi lebih utama
mengukur diri dan menimbang kemampuan kita sendiri sebelum membaca buku.
Pendapat
Howard Zinn mengenai bahwa buku adalah sumber kkekuatan yang dapat merubah
kehidupan manusia melalui buku-buku yang telah dibaca. Pendapat ini di tentang
oleh penerbit buku The Huffingtonspot yang berpendapat bahwa kekuatan yang
paling utama dari kita itu adalah bersumber dari “kekuatan cinta, kekuatan kata-kata, kekuatan memberi contoh, kekuatan
untuk bergerak, kekuatan gaya, kekuatan membuat pilihan, dan kekuatan
bersenang-senang”.
Meski kita
sering lupa dan terkadang tidak menyadarinya, sebenarnya kita memiliki kekuatan
super dalam diri. Jika kita mau dan kita bisa menggunakan kekuatan ini dan
mengubah dunia di sekitar kita.
Kekuatan cinta,
ini adalah kekuatan terbesar, dan kekuatan ii berlaku untuk jenis cinta. Cinta
kepada keluarga, teman, pasangan, anak, bahkan hewan peliharaan. Namun yang
terutama adalah rasa cinta kepada diri sendiri. Kita akan merasa lebih hidup
dan terhubung jika kita membiarkan hati untuk merasakan dan mengekspresikan
rasa cinta ini. Kekuatan kata-kata, ini merupakan kekuatan yang penting untuk
kebaikan, terutama karena kata-kata bisa berdampak besar jika kita tidak
berhati-hati. Kata-kata kasar, kritikan, umpatan dan gosip negativ bisa
menghancurkan kepercayaan diri dan hubungan kita dengan orang lain.
Mengenai
kesadarann serta merubah keadaan bukan hanya melalui buku. Akan tetapi keluarga
bagaikan ibu dan bapak beserta anak-anaknya, seisi rumah, satuan kekerabatan
yang sangat mendasar dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat pertama
seorang individu dalam menerima pembelajaran pertama untuk nantinya sebagai
bekal sebelum terjun di lingkungan masyarakat atau komunitas.Jadi dinamika
keluarga ini lebih menekankan kepada interaksi antara individu dan lingkungan
sehingga dapat diterima serta menyesuaikan diri dengan baik dengan
lingkunagan keluarga maupun kelompok sosial.
Dalam
dinamika keluarga itu pun memunculkan permasalahan-permasalahan sehinggga
memunculkan refleki atau pengintrospeksian diri. Seperti halnya masalah yang
basanya timbul dalam kehidupan berkeluarga, yaitu dalam lingkup anak remaja.
Biasanya kenakalan remaja ini diakibatkan oleh didikan keluarga yang kurang
mendukung.
Ini
diperlukan adanya refleksi dalam diri keluarga itu sendiri Selanjutnya seorang
individu akan disiapkan oleh keluarganya sehingga nantinya mampu bersosialisasi
dengan komunitasnya. Menurut pendapat Koentjaraningrat, masyarakat (komunitas)
adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah,
saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia yang dapat mempunyai
prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Dalam suatu komunitas antar individu akan melakukan interaksi satu
sama lain. Keselarasan dalam berinteraksi itu semakin meningkat apabila
keduanya memiliki kesatuan ideologis yang sama. Sehingga dapat dipastikan bahwa
mereka akan saling menjalin hubungan sosial dengan baik. Selain itu, adanya
prasarana untuk berinteraksi menjadikan warga dari suatu kolektif manusia
itu akan saling berinteraksi, sebaliknya , adanya hanya suatu potensi untuk
berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan
manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Jadi interelasi antar diri,
keluarga dan komunitas dapat dikiaskann dengan lapisan batang pada tumbuhan,
yang mana terdiri dari tiga buah buahlapisan, diantaranya diri, keluarga dan
komunitas. Dalam konteks itu, individu berkedudukan sebagai lapisan lapisan
dalam.
Karena individu adalah bagian terkecil dari suatu komunitas. Komunitas
yang dimaksud adalah komunitas keluarga maupun komunitas dalam masyarakat.
Individu ini nantinya akan membentuk suatu interaksi atau hubungan dalam
komunitasnya sehingga kelangsungan hidupnya dapat berjalan dengan baik. Sama
halnya dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial atau zoon politicon.
Jadi, kesadaran mengenai keterkaitan antara dinamika diri, keluarga,
dan komunitas sangatlah penting. Mengingat kita adalah makhluk yang tidak
terlepas dari suatu komunitas. Kesadaran ini nantinya akan memunculkan sikap
saling membutuhkan satu sama lain, sehinggga dapat memunculkan rasa solidaritas
yang tinggi.
Buku akan mempengaruhi siapa saja yang membacanya. Ketika buku itu
diciptakan dengan bukti-bukti yang sesuai, ditulis denagn acak - acakan, tanpa
referensi yang jelas, serta terdapat banyak kalimat yang mudhorot maka buku
tersebut apalah guananya. Bukumemang sumber dari segala ilmu, akan tetapi
apalah jadi tanpa pembimbing dari guru atau orang-orang yang paham. Karena ketika
kita membaca buku tanpa pengetahuan sebelumnya atau bahkan tanpa pembimbing
maka sesatlah nanti akibatnya. Pepatah mengatakan sebaik-baik guru adalah
pengalaman.
Cobalah kita sadari ketika sering membaca artikel atau buku-buku yang
tak jelas makna, kebenaran, serta referensi dari buku tersebut. Banyak situs
yang isinya melenceng sekali, bernada marah, sumpah serapah dan tuduhan (entah
benar/salah). Salah satunya situs-situs di internet yang belum tentu
kebenarannya. Terkadang tidak mengertinya kita itu di situ. Tidak mau usaha
keras mencari kebenaran dari buku tersebut. Jarang diantara kita yang merifikasi
bener datanya belum, tanya sumber langsung, buat riset lapangan belum?” atau
ngeliat dengan mata sendiri sebelum berkesimpulan, jangan-jangan hanya cuma
baca artikel orang atau dari buku yg juga sama gak obyektifnya. Ini bisa jadi
fitnah yg menebarkan kebencian bukan rasa cinta kasih. Ya kalau bener kita di dzolimi
apa bener sih tak menjadi masalah buat kita.
Kita lihat artikel Howard Zinn, dia mengemukakan bahwa Colombus adalah
orang yang pertama kali menemukan benua Amerika adalah Colombus. Akan tetapi
hal ini di tentang oleh umat Islam dengan bukti-bukti yang menurutnya itu
benar. Klaim sejarah Barat yang
menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akirnya terungkapkan. Beberapa
sejarahwan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslimlah yang telah
menginjakkan kaikinya di benua Amerika dalam menyebarkan agamanya. Bahkan lebih
dari setengah milenium sebelum Columbus.
Keunikan dengan budaya umat Islam
dalam penyebaran agamanya yaitu denagn pengetahuannya yang begitu dasyat,
denagn seni-nya ataupun yang alinnya, semua itu telah memberikan konstribusi
terhadap masyarakat Amerika. ''Tak perlu
diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam
evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus
menemukannya,'' tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A
Chronological Observation. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin
hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
Christopher Columbus menyebut
Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama kali menginjakkan kakinya di
benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika
bukanlah sebuah dunia baru. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu
menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun
peradaban di Amerika.
Sejarahwan Ivan Van Sertima
dalam karyanya They Came Before Columbus membuktikan adanya kontak antara
Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African
Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang
Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di
Amerika. Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua
Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang
sudah beragama Islam. "Columbus juga
tahu bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia,
Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam
yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan
menikahi penduduk asli.
Menurut Van Sertima, Columbus
pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba.
Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan
bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah
bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh
sebelum Barat tiba. Garis besar kisah Colombus bukan masalah baru. Dia
dilahirkan di Genoa, Itali, tahun 1451. Tatkala berangkat dewasa, dia menjadi
nakhoda kapal dan seorang navigator yang cekatan. Akhirnya Colombus yakin bukan
mustahil menemukan jalan lebih praktis ke daerah Asia di timur dengan cara
berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik dan dia dengan tekun merintis
tekadnya. Tentu saja niat besar ini tidak bakal terlaksana tanpa biaya cukup.
Karena itulah Colombus membujuk Ratu Isabella I menyediakan anggaran untuk
ekspedisi percobaannya. Kapalnya melepas sauh pelabuhan Spanyol tanggal 3
Agustus 1492.
Melabuh pertama di Kepulauan Canary di lepas pantai Afrika. Membongkar
sauh di Kepulauan Canary tanggal 6 September dan berlayar laju arah ke barat.
Sebuah pelayaran yang bukan main panjang, sehingga tidak aneh jika para awak
kapal merasa ngeri dan kepingin balik saja. Colombus? Tidak! Perjalanan mesti
diteruskan, sekali layar terkembang pantang digulung. Dan tanggal 2 Oktober
1492 bagaikan seutas sutera hijau daratan tampak di haluan.
Fakta lainnya tentang
kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr
Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam
karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya
tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah
peradaban di benua itu. Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan.
Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa
Algonquina, perbendaharaan katanya banyak yang berasal dari bahasa Arab.
Arkeolog itu juga menemukan
tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California. Di Kabupaten Inyo,
negara bagian California, Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks,
diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan
sekolah. Temuan itu bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Serta
banyak sekali bukti-bukti yang menentukan bahwa ternyata Umat Islam lah yang
menemukan benua Amerika.
Hal ini di perkuat lagi dengan
pengakuan Colombus yaitu bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat masjid
dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba. Ini menunjukkan bahwa
Colombus pun mengakui bahwa sudah ada sejumlah masyarakat di Amerika yang
memeluk agama Islam, sebelum kedatangannya. Colombus mengira bahwa pulau
tersebut masih perawan, belum berpenghuni sama sekali. Mereka berorientasi
menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol. Tetapi setelah
menerobos masuk, Columbus ternyata kaget menemukan bangunan yang persis pernah
ia lihat sebelumnya ketika mendarat di Afrika. Bangunan megah itu adalah Masjid
yang dipakai oleh Orang-orang Islam untuk beribadah.
Semula Columbus disambut dengan ramah oleh suku Indian, tetapi setelah
ketahuan niat buruknya datang di pulau itu, Colombus banyak mendapat tanggapan
buruk dari penduduk setempat. Beberapa armada kapal milik rombongan Colombus
ditenggelamkan oleh suku Indian sebab mereka merasa terganggu dan terancam oleh
kedatangan Colombus.
Dapat diambil
kesimpulan bahwa kekuatan buku itu tidaklah semuanya dapat dijadikan sumber
kekuatan kita dalam menentukan kebenaran. Terkadang kebenaran itu datang dari
pengalaman. Kekuatan-kekuatan dari buku hanyalah pendukung saja. Tak selamanya
buku-buku itu benar. Tanpa kita selediki kebenaran serta bukti-bukti yang kuat
justru akan menyestkan kita. Di mana rahasia
kekuatan sebuah buku? Harus diakui memiliki
kekuatan-kekuatan. Kekuatan dimaksud bisa menimbulkan pengaruh baik maupun
buruk. Lebih daripada itu, keduanya menorehkan rekor dari segi besarnya jumlah
eksemplar yang diterbitkan dan juga tingkat keterbacaan tinggi.
Sejatinya
dalam konteks tulisan bertajuk “kekuatan buku dapat
mempengaruhi pola pikir manusia atau kesadaran manusia”
ini, buku bukanlah untuk mengukur nilai-nilai moral,
akan tetapi untuk menunjukkan bahwa buku adalah suatu instrumen belaka. Yang
dapat menjadi senjata-senjata dinamis dan hebat, tergantung sejauhmana kita
meresapi dan mendalami kandungan isinya.
Referensi :
http://ranselkecil.com/dari-kami/mengubah-diri-dengan-perjalanan