6th
Class Review
Metafora
Keterampilan Menulis
(By Erni Nuro)
Frekuensi
latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis
(Kurniawan, 2007). Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya,
kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang dapat
melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus
dipertahankan. Keterampilan menulis merupakanketerampilan yang sulit dikusai
oleh sebagian orang, karena memerlukan suatu proses dan membutuhkan kemampuan
yang kompleks.
Pertemuan
kali ini bertemakan tidak jauh dengan pembahasan literas. Literasi literasi dan
literasi lagi. Lieterasi memang tak bisa lepas dari dunia pendidikan. Dimana ada
tulisanpasti ada bacaan, dan itu dijadikan sebuah budaya, yaitu budaya literasi.
Kita memang tak bisa lepas dari dunia literasi tersebut. Menurut Mr. Lala
Bumela kaum yang literat dan tidak berliterat itunampak kelihatan pada perilaku
dan pola pikirnya. Kaum yang literat itu adalah kaum yang selalu mencari
sesuatu dan mampu merubahnya menjadi lebih baik. Melalui perubahan-perubahan
yang lebih baik tersebut maka akan tercipta kaum yang literat.
Sedangkan
kaum yang tak berliterat itu adalah mereka yang hanya berdiam diri, tanpa
mencari sesuatu yang baru dan merubahnya. Kaum yang tak berliterat terlihat
pada pola pikirnya. Karena kaum yang literat itu menghasilkan sebuah
pengetahuan (ilmu) maka ilmu pengetahuan tersebut dimanfaatkan oleh kaum yang
berliterat, dan akan mengembangkan pengetahuan tersebut melalui budaya
literasi.
Kini
ideologi menjadi tema salah satu tema dipertemuan kali ini. ideologi itu adalah
kumpulan ide atau gagasan. Diantara tujuan dari ideologi itu adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Tidak hanya pembentukan
ide, tetapi juga pemikiran yang abstrak.
Mahasiswa
adalah para pencari pemahaman. Yang bermula dari banyaknyaliteratur dan
pemahamanberdasarkan kemampuan pikiran dan akal. Mahasiswa adalah pencari
kecocokan dengan mengaitkan antara literatur yang tertulis atau tidak tertulis
dengan realitas yang ada. Relevansi atau keterkaitan suatu teori atau pemahaman
realitas yang dibangun, tentunya dengan tersu mengulik-ngulik atau menggali,
sehingga menghasilkan suatu formulasi, terobosan atau karya bersifat ilmiah
yang baru.
Akan
lebih elok bila mahasiswa yang identik dengan para kaum intelektual tersebut
lebih menggunakan asat paling berharga mereka, yaitu cara berfikir dan
memperdayakannya untuk mencari formulasi atau jalan keluar atas sutu relitas
dan identitas yang tersumbat. Tidak hanya terus bersorak-sorak ditengah jalan,
apalgai mencerminkan perilaku kaum-kaum yang tidak terdidik yang beraninya
bergerombolan tanpa estetika dan elegansi.
Ada
kalanya pisu-pisu tersebut diasah dan dipertajam kembali, sehingga pisu
tersebut dapat berfungsi disetiap keunikan akan masalah-masalah yang muncul
ditengah-tengah kehidupan banyak manusia. Literasi dan republikasi ilmu menjadi
pengaruh bagi dunia pendidikan. Termasuk Indonesia yang merupakan negara yang
berekembang. Negara kita termasuk negara yang miskin akan ilmu. Semua penduduk
Indonesiapun mengakui akan hal itu. Tak banyak, bahkan tak ada Universitas di
Indonesia di perhitungkan dunia. tolak ukur berkualitasnya PT bukan hanya
keberadaan fasilitas fisik yang canggih, melainkan berkembangnya budaya baca
tulis (literasi). Sudah saatnya budaya baca tulis dosen dikondisikan di
kampus-kampus. Menumbuhkan suasana akademis yang kondusif dikampus-kampus belum
optimal. Menurut Chaidar Alwashilah (2005:78) rendahnya budaya menulis dosen
disebabkan oleh menejemen PT, kurang memberikan pengahrgaan atas karya tulis
yang diproduksi oleh dosen.
Kini
beranjak pada keterampilan menciptakan atau menumbuhkan budaya baca tulis,
terutama menciptakan karya ilmiah kita dalam tulisan. Melaui proses-proses yang
akan mengantarkan kita dapat menciptakan sebuah karya berharga diantaranya
melalui Emulate (meniru), Discover (menemukan), dan Create (membuat).
1.
Emulate
Emulate
adalah salahsatu tugas perkembangan yang perlu dilalui oleh seorang yang akan
menciptakan sebuah karyanya, sebelum masuk pada keterampilan-keterampilan yang
lain. Pemahaman konsep menulis menjadi hal yang penting bagi kita. Karena dalam
prakrik kesehariannya banyak yang terampil dalam membaca tetapi mengalami
kesulitan dalam menulis. Karena menulis merupakan kemampuan menggunakan
pola-pola bahasa dan gambaran bahasa secara tertulis . Untuk mengungkapkan
suatu gagasan atau pesan Rusyana (1998:191). Menulis adalah proses
menggambarkan sesuatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
dipahami pembaca, (Tarigan, 1986:21).
Dalam
nyatanya walaupun banyak sudah mengetahuai kegiatan enulis tersebut, akan
tetapi bnyak orang yang masih kekurangan banyak ide dalam pembuatan karyanya
atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi
telah berkembang demikain pesat, dengan pesatnya perkembangan informasi
khususnya perkembangan kegiatan tulis-menulis, tentu menurut kita agar
mengembangkan tradisi menulis. Dengan tradisi menulis dapat dikatakan sebagi
suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulus.
Timbulnya
pemahaman baca-tulis (emergency literacy) anak atau siswa mula mula menyadrai
adanya kegiatan baca tulis kemudian anak mulai menyenangi kegiatan baca tulis
tersebut. Selain itu anak akan memandangi dan lama kelamaan ia akan
menirukannya. Meniru (Emulate) menjadi tahap pemula dan pembuka bagi para
pencipta karaya.
Tulisan
yang dihasilkan pada tahap ini biasanya masih terlalu acak-acakan dan belum
bermakna sepenuhnya, akan tetapi pada seseorang tersebut sudah timbul rasa
menyenangi kegiatan tersebut. Emulate ini biasanya seseorang atau anak
dikenalkan dengan berbagai bahan bacaan atupun tulisan yang dapat memberikan
gambaran awal pada proses penulisan.
2.
Discover
Setelah
proses emulate ini sudah dilakukan walaupun proses itu belum efektif jika
dilakukan terus menerus apalagi menjadikan suatu kebiasaan dalam menciptakana
karyanya. Discover ini adalah proses kedua dalam pembuatan karyanya, kegiatan
ini dilakukan oleh pencipta karya ilmiahnya. Pada tahap ini biasanya seseorang
akan mulai mengembangkan ide-idenya dan akan mengahsbiskan waktu untk berfikir
dalam mengemabngkan ide-idenya. Ia akan mulai mengotak-atik tulisannya untuk
mengembangkan kalimat yang sempurna. Mereka akan mulai menelusuri dan mencari
pengembangan gagasan. Setelah mereka melewti tahap awal yaitu meniru maka
mereka akan menemukan gambaran-gambaran ide-ide yang akan mereka buat, mereka
mulai menemukan ide cemerlangnya setelah meniru.
3.
Create
(membuat)
Mungkin kita sering sekali merasa kagum pada
keterampilan menulus seseorang yang semakin baik setiap harinya, sedangkan kita
masih jalan ditempat. Terkadang kita merasa iri denagn penulis-penulis yang
handal yang telah mampu menulis dengan lancar, sedangkan kita menyusun paragraf
menjadi bab saja sulitnya minta ampun. Tak semuanya mudah. Memang menciptakan
tulisan-tulisan yang bermutu itu memerlukan kerjakeras serta pelatihan,
ketekunan membaca seta belajar megolah kata.semuanya itu jawabannya ada pada
dua kata sederhana yang memiliki pengaruh besar yaitu practice (latihan) dan
massive (banyak) artinya latihan yang banyak. Pada tahap ini mereka sudah mampu
mengembangkan ide-idenya dan menciptakan bahasa sendiri tanpa meniru lagi. Biasanya
mereka mampu menghabiskan waktunya untuk berfikir labih jauh. Tingkat pengembangan
kata serta kalimat yang sudah begtu luar biasa.
Kesimpulan
Ideologi
erat kaitannya dengan creativitas writing, yang akan menentukan value pada
creativitasnya tersebut. Karena ideologi juga sebenarnya merupakan penciptaan
ide-ide atau gagasan, maka ideologi bagi para writer itu sangat erat
hubungannya.
Kemudian lagi-lagi literasi,
mengapa? Karena menciptakan sebuah tulisan yang bermutu itu didasari oleh
budaya literasi (baca-tulis). Dengan berliterasi siswa akan mampu menciptakan
tulisan atau wacana yang berkualitas melalui tahap-tahap seperti emulate,
discover, dan create. Melalui tahapan-tahapan tersebut akan membantu mereka
dalam menghasilkan wacana atau tulisan yang berkualitas.