Critical Review 2
THE POWER OF BOOKS : The Book Effect of History
(By : Evi Alfiah)
Dewasa ini peranan buku di ranah dunia
semakin perpengaruh. Banyaknya
penulis-penulis hebat yang menjajahkan tulisannya pada dunia. Seperti buku cerita atau novel, buku-buku
pengetahuan serta buku-buku sejarah yang kian masa kian membludak. Di ranah pendidikan mungkin sangat terkenal
dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan buku-buku sejarah yang dapat diterima
baik dikalangan pelajar. Namun, apakah
buku-buku sejarah itu benar-benar menceritakan fakta atau hanya menceritakan
kebohongan untuk golongan-golongan tertentu belaka. Ketika kita berbicara
tentang sejarah, sangat tipis kemungkinan terhadap kebenarannya, karena kita
sering kali dibingungkan oleh sumber-sumber yang telah ada.
Sebuah buku adalah jendela dunia yang
dapat mengubah dunia. Sesaat sebelum
membacanya, terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan kertas
tak berjiwa yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati sang
penulisnya dan jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Namun siapa sangka, dibalik sebuah buku
dapat tersimpan suatu kekuatan hebat.
Sebegitu hebatnya kekuatan dari buku, sehingga ia merupakan instrumen
yang berdaya kuat, mencengkeram erat, menggetarkan dan berkuasa mengubah arah
peristiwa-peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun
keburukan. Bagi kemaslahatan maupun bencana.
Howard Zinn dalam bukunya menceritakan
tentang kekuatan buku yang bisa merubah pola pikir seseorang. Bermulai dengan memperkenalkan isu yang
paling penting dari semua yang berkaitan dengan menulis, serta menjelaskan
tentang apa kegunaan dan pengaruhnya. Howard zinn menyatakan lewat pengalaman yang ia
ceritakan dalam bukunya bahwa buku mampu mengubah pandangan hidup seseorang. Dia ingin mengetahui apa yang buku dapat
lakukan dan mengapa buku dikatakan bisa merubah pandangan seseorang. Salah satu alasannya adalah bahwa sangat langka untuk menemukan langsung garis antara penulisan buku dan
perubahan kebijakan. Tapi dia berpikir
dapat menemukan garis langsung, dan dapat menemukan era di mana tulisan-tulisan muncul dan kesadaran masyarakat dibesarkan
dan kebijakan yang berubah, kadang-kadang setelah puluhan tahun berlalu.
Lintasan panjang antara menulis dan mengubah kesadaran, antara menulis dan
aktivisme dan kemudian mempengaruhi kebijakan publik, bisa berliku-liku dan
rumit. Tapi ini tidak berarti kita harus berhenti dari menulis.
Dia meyakini bahwa buku berfungsi sangat penting
dalam kehidupan ini. Kecintaannya
terhadap buku dimulai sejak dia masih kecil ketika orang tuanya sadar bahwa
Zinn adalah sesorang yang suka terhadap buku. Orang tuanya
tidak memiliki satu bukupun
di rumah, tetapi ketika dia
berumur 14 tahun, dia
menemukan sebuah
buku di jalan. Dan kemudian orang tuanya tahu bahwa dia
tertarik pada
buku meskipun mereka tidak memiliki apapun. Dan mereka mengirim kupon ke surat kabar New York Post- yang
menawarkan satu set Dickens yang pernah mereka dengar. Zinnpun memulai membaca
Dicknens. Buku itu telah memberi efek
besar pada pada pemikirannya.
Dia berfikir orang lain telah memiliki pengalaman yang
sama. Ada buku yang serius mempengaruhi. lalu bagaimana membuat hubungan antara bagaimana mereka
mempengaruhi kita,
dan apa yang kemudian kita
lakukan, dan kemudian apa hubungan antara apa yang orang lakukan dan kemudian apa
yang terjadi di dunia. Menurut Zinn itu rumit. Ada seseorang yang telah berkata kepada Zinn, "Buku ini berubah hidup saya. "pertama kali dia mendengarnya, itu mengejutkannya. Dia pernah
diundang untuk berbicara di University of Hawaii dan setelah itu dia sedang duduk di kantin. Ada siswa yang duduk di seberang meja darinya, dan dia melihat buku yang sedang dibacanya, The Color Purple
oleh Alice Walker. dia tidak ingin mengatakan, bahwa Alice Walker adalah seorang mahasiswanya. Jadi dia hanya berkata kepadanya, "Apa pendapat Anda tentang
buku itu? Lalu siswa itu menjawab " Buku ini mengubah hidup
saya. " jawaban itu mengejutkan Zinn. Tapi Zinn
telah mendengar pernyataan itu berkali-kali bahwa "Buku
ini mengubah hidup saya." Jadi, Zinn berfikir bahwa buku memang
dapat melakukan itu. Dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubah
seseorang kesadaran, itu akan memiliki efek pada dunia, dalam satu atau cara
lain, cepat atau lambat, dengan cara yang tidak dapat dipikirkan sebelumnya.
Berikut
ini adalah ide lain yang mungkin terjadi kepada orang-orang, mungkin setelah
membaca buku, terutama jika mereka membaca sejarah ortodoks. Ini bisa menyerang
Anda bahwa kita tidak semua memiliki kepentingan yang sama. Kita diberitahu
bahwa beberapa kebijakan dalam "Kepentingan nasional," bahwa sesuatu
harus dilakukan untuk "keamanan nasional," atau "pertahanan
nasional." kepura-puraan adalah bahwa kepentingan "bangsa"
meliputi kita semua.
Zinn lalu bercerita tentang Christopher Columbus. Ketika bukunya A People’s History of
the United States keluar,
dia mulai mendapatkan surat dari di seluruh
negeri. Dia menemukan bahwa sebagian besar surat
ditangani dengan bab pertama sebuah buku, yang tentu saja membuatnya sangat curiga! Dia menolak untuk menerima atau percaya bahwa orang hanya
membaca bab pertamanya saja. Sebaliknya, saya datang ke kesimpulan bahwa semua surat tentang bab pertama itu adalah menjengkelkan untuk mereka yang
dibesarkan di Amerika Serikat yang belajar tentang Pahlawan Columbus, Columbus penemu besar, Columbus
pembaca Alkitab yang saleh. Untuk membaca tentang Columbus sebagai pembunuh, penyiksa,
penculik, mutilator, orang
pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang
dan mencincang orang tersebut.
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New
World’ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober
1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan,
Amerika bukanlah sebuah ‘Dunia Baru’. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah
Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah
membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus
sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan
fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan
Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. Secara historis umat Islam telah
memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua
Amerika.
Tidak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh
dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus
menemukannya,” tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A
Chronological Observation. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin
hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba. Jika Anda mengunjungi Washington DC,
datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip
perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku
Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee
saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain
adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan,
perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan
hukum Islam.
Lebih
lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat
sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas
lutut. Cara
berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang
diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum
akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama
Ramadan Ibnu Wati.
Secara umum,
suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam
semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas
utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya.
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam
karyanya They Came Before Columbus membuktikan adanya kontak antara Muslim
Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in
Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari
Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika. Van Sertima juga menuturkan, saat
menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya
kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. “Columbus juga tahun bahwa
Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika
Tengah, Selatan, dan Utara,” papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya
berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk
asli.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat
sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu,
penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid
berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa
Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba. Lebih lanjut Columbus mengakui pada
21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah
masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain).
Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico,
Texas dan Nevada.
Banyak
wawasan yang tersirat dalam buku. Baik itu melalui buku-buku sejarah maupun buku-buku
cerita. Zinn percaya dengan buku-buku yang ia baca.
Sehingga dia memiliki hasrat untuk menciptakan buku sejarah Colombus. Orang-orang
Amerika percaya dengan sesosok pahlawan yang dimaksudkan oleh Howard Zinn
tersebut. Akan
tetapi ada sebagian orang yang tidak percaya dengan buku yang diciptakan oleh Zinn
tersebut mengenai Colombus. Sehingga mereka mencari kebenaran yang pasti dengan
menjelajah dunia untuk mencari tahu kebenarannya
tentang Colombus. Buku memang memiliki efek yang kaut
bagi orang-orang yang biasa.
Masih ada cara lain buku dan tulisan dapat berpengaruh, yaitu melalui literatur
absurditas, dalam tradisi Jonathan Swift dan Franz Kafka dan Mark Twain. Dia berpikir bahwa buku-bukunya Kurt Vonnegut, seperti Cat Cradle dan Slaughterhouse-Five. Dia berpikir juga, Joseph Heller Catch-22.
Heller menciptakan adegan dengan Yossarian, yang Perang Dunia II Bombardier, di
sebuah rumah pelacuran di kota Italia, berbicara dengan seorang pria Italia tua
yang berkata, "Kau tahu, Italia akan menang karena dia begitu lemah.
Amerika Serikat dalam jangka panjang akan kehilangan karena dia begitu kuat.
"Ini adalah ide yang absurd. Tapi itu membuatmu berpikir.
Ada sesuatu yang penting yang dapat tulisan lakukan,
selain dari semua hal lain. Hal ini dimasukkan ke dalam kata-kata oleh Kurt
Vonnegut, yang sering bertanya, "Mengapa Anda menulis?" Vonnegut akan
menjawab, "Saya menulis begitu Anda akan tahu ada orang yang merasakan hal
yang Anda lakukan tentang dunia, bahwa Anda tidak sendirian. "Itu adalah
hal yang sangat penting untuk mencapai, untuk memiliki orang-orang merasa bahwa
mereka tidak sendirian. Dan hal tersebut untuk anda juga.
Beberapa
orang menikmati belajar sejarah melalui membaca. Bagi mereka yang suka membaca,
sejarah bisa menjadi pelajaran yang menyenangkan. Di sekolah pelajaran sejarah
kadang menjadi neraka bagi anak-anak yang tidak suka membaca. Mereka biasanya
berpikiran sejarah adalah pelajaran menghafal. Sebenarnya mereka hanya tidak
bisa, atau `mungkin tidak terbiasa dengan membaca. Pelajaran sejarah sebenarnya sama sekali
bukan pelajaran menghafal. Sejarah lebih menuntut untuk banyak membaca. Siapa
pun yang ingin belajar sejarah haruslah mau membaca. Membaca disini bukan untuk
hafal melainkan paham. Hafal atau tidak itu bukan hal penting. Untuk paham pun
butuh proses pengendapan pasca membaca. Tidak semua pembaca bisa langsung
paham. Sejarah adalah pelajaran yang membutuhkan proses yang tidak singkat
Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam
bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi
para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap
ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari
generasi ke generasi. Buku dengan
sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh
dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada
orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya
sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
Sudah banyak orang atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang
mempengaruhi dunia, salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang
pada tahun 2008 menerbitkan buku berjudul Books
That Changed The World . Di bukunya ini Taylor memilih 49 buku dari
berbagai genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat, teologi,
antropologi, ekonomi, hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili
bagaimana buku-buku itu mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral,
kemanusiaan, alam semesta, teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana seharusnya
sebuah pemerintahan berjalan .
Dalam bukunya ini Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara
kronologis berdasarkan tahun terbit mulai dari Iliad yang diyakini sebagai karya puisi epik tertua di dunia Barat
yang ditulis oleh Homer pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel Harry
Potter : Harry Potter and the Philospoher
‘s Stone pada tahun 1997 yang memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris
dimana hingga buku ini ditulis telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67
bahasa dan menjadi awal dari sensasi terbesar penerbitan di era modern.
Dalam buku ini, Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam
konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan
pengaruh dan warisan dari buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu
terbit hingga kini. Sebagai contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya
Alkitab dalam bentuk cetakan akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa
ketika masyarakat awam mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam
sistem pemerintahan negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat
dalam Common Sense ( 1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru
akan kemerdekaan sebuah negara, atau bagaimana kutipan2 pidato Mao Zedong yang
dibukukan dalam Buku Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi
kebudayaan dan penindasan rakyat di negerinya.
Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin
(1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di
Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan
sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast
Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang
Natal yang terus bertahan hingga kini. Selain
kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas
kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan
tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku
dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat
bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,
eksistensi sebuah buku sangatlah penting dan berpengaruh terhadap pola pikir
seseorang dan ketika pola pikir seseorang dapat dipengaruhi, otomatis dapat
mengubah cara hidup sehingga sampai pada perubahan yang menonjol pada hidup
seseorang bahkan sampai kepada perubahan dunia.
orang yang berkuasa adalah orang yang dapat dengan mudah mengubah dunia. sangat disyangkan jika yang dirubah dengan
kemampuan dan pengetahuan manusia itu berkaitan dengan sejarah.
Sebuah
sejarah dan beberapa kejadian yang terjadi di waktu lampau bahkan dapat kita
temukan di dalam buku. Berbagai ide, pemikiran dan pencerahan bahkan dituliskan
di beberapa helai kertas dan disusun menjadi sebuah buku. Namun
sangat disayangkan beberapa buku-buku yang berisikan hal penting banyak yang
sudah hilang, rusak baik secara disengaja maupun tidak disengaja.
Penyampaian sejarah seharusnya
berdasarkan fakta, tapi buku – buku sejarah banyak yang menceritakan kebohongan
dan parahnya diterapkan dalam ranah pendidikan.
Sejarah dipalsukan berdasarkan pengetahuan yang terbatas seorang penulis
atau oleh golongan-golongan yang memanfaatkan keuntungan untuk kepentingan
sepihak. Tidak hanya buku sejarah,
buku-buku lainpun dapat mengubah pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup adalah pola pikir manusia
terhadap sesuatu, sehingga manusia berfikir akan sesuatu. Eksistensi buku yang kian masa kian banyak
membuat banyak pula pandangan manusia yang tercipta, membuat mereka berfikir
tentang kebenaran dari apa yang mereka baca.
Untuk itu penting
menanamkan pemahaman terhadap generasi yang lebih muda dalam menerima dan
mengolah sejarah dengan baik, agar lebih kritis dalam menentukan dan mengetahui
tentang sejarah, tidak hanya mudah percaya pada satu buku saja melainkan
berusaha mencari sumber-sumber yang lain yang kiranya dapat dipercaya dan
akurat kebenarannya. Namun, ketika
membicarakan tentang sejarah sangat mudah bagi kita untuk terkecoh dan
dibingungkan oleh berbagai sumber-sumber yang ada karena sejarah sangatlah
tipis kemungkinan kebenarannya.
Buku-Buku Pengubah
Sejarah, Robert B. Downs, alih
bahasa Asrul Sani, Penerbit Tarawang Press Yogyakarta, April 2001.
Howard
Zinn (2005)