Tujuan Sang Penulis Makna (Class Review 4)



Tujuan Sang Penulis Makna
Author: Dwi Arianti

Semua hal yang ada di dunia ini, pasti ada yang menciptakan. Baik atau buruk hasil yang diciptakan tentu memiliki tujuan tersendiri. Semua hal yang diciptakan tentunya tidak akan ada yang sia-sia. seperti halnya Allah SWT menciptakan manusia. Tentunya memiliki tujuan tersendiri untuk apa manusia diciptakan. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Seperti halnya manusia, menulispun ternyata memiliki tujuan tertentu. Apa tujuan menulis? Salah satu tujuannya melainkan adalah untuk menyampaikan informasi mengenai sesuatu kepada pembaca. Disinilah penulis harus mampu mengarahkan tujuan dari tulisan atau karangan yang diciptakannya. Ketika seseorang tidak mampu mengarahkan tujuan dari tulisannya, maka yang terjadi adalah kesalahan penangkap makna (Reader) dalam memaknainya.

Senin pagi yang cerah, tepat pada 24 Februari 2014 merupakan pertemuan ke empat dengan mata kuliah yang selalu membuat sebagian warga PBI angkatan 2012 gundah gulana ketika menghadapi tantangan di setiap pertemuannya. Dalam pertemuan kali ini, materi yang dibahas yaitu mengenai artikel dari Prof Chaedar yang berjudul “Classroom Discourse to foster Religion Harmony”.
Berbicara mengenai classroom discourse, ada dua kata yang terkandung didalamnya  yaitu classroom dan discourse. Classroom adalah tempat terciptanya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, hal penting yang harus dibangun adalah komunikasi atau interaksi. Interaction adalah point penting yang ada di dalam classroom discourse. Lalu apa yang dimaksud dengan interaction? Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua objek atau lebih mempengaruhi dan memberikan efek satu sama lain.
Interaksi yang terjalin di kelas merupakan interaksi sosial antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial yang dijalani seseorang. Hal ini karena, interaksi adalah dasar dari suatu bentuk proses sosial. Apabila tidak ada interaksi (komunikasi) satu sama lain, maka tidak akan ada pula yang namanya kehidupan bersama. Oleh karena itu, interaksi merupakan suatu hal penting yang harus ada di dalam Classroom.
Interaksi merupakan hal yang sangat rumit (multiple complicated). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan interaksi menjadi hal yang sangat rumit diantaranya yaitu:
1.    Background
Setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat meliputi bahasa, ekonomi, budaya sosial, budaya dan sebagainya. Sama halnya dengan kehidupan di kelas. Masing-masing individu memiliki background atau latar belakang yang berbeda. Disinilah, siswa harus mampu menyatukan diri untuk berkomunikasi walaupun dengan latar belakang yang berbeda. Pepatah mengatakan bahwa “hidup akan terasa lebih indah karena adnya perbedaan”. Dari perbedaan inilah kita dapat merasakan kehidupan menjadi lebih berarti.
2.    Communication strategies
Strategi komunikasi adalah faktor yang juga mempengaruhi. Cara atau strategi seseorang dalam berkomunikasi dalam mempengaruhi terjalinnya interaksi dengan baik atau tidak. Faktor ini ternyata harus disesuaikan pada konteksnya. Konteks tersebut dapat diartikan hal yang formal ataupun informal. Contohnya, ketika seorang murid berbicara dengan gurunya di dalam kelas maka cara ia berkomunikasi harus secara sopan (formal). Berbeda halnya ketika seorang murid berbicara dengan murid lainnya, cara komunikasinya pun tergolong informal. Oleh karena itu, diperlukan cara atau strategi komunikasi untuk menciptakan interaksi yang baik.
3.    Goals- Driven
Ada tiga aspek yang terkandung dalam faktor ini, diantaranya yaitu kognitif, afektif dan psikomor. Ketiga aspek ini, terbangun baik karena adanya didikan di lingkungan rumah yang baik pula. Setiap individu memiliki kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang berbeda. Dari perbedaan tujuan ini lah, yang mengakibatkan interaksi menjadi sedikit sulit. Akan tetapi, jika individu tersebut dapat menyesuaikan dan menyamakan goal nya, maka interaksi yang akan terjalinpun tidak akan sulit.
4.    Values
Value atau nilai yang tertanam dalam pribadi seseorang yang akan menjadikan seseorang memiliki sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab dan sebagainya. Values ini yang nantinya akan membangun yang namanya meaning lalu akan membentuk making practice. Disinilah, akan tercipta yang namanya latihan negosiasi.
Berdasarkan Classroom Discourse Analysis (Betsy Rymes, 2009: 31-32), ada tiga dimensi dari discourse yaitu social context, interaction context dan individual agency. Dimensi pertama adalah social context. Social context merupakan faktor-faktor sosial diluar interaksi langsung yang mempengaruhi bagaimana fungsi kata-kata dalam interaksi tersebut. Contohnya, bagaimana konteks sosial mempengaruhi seorang guru atau siswanya menggunakan kata yang indah atau sopan serta pengaruh ketika melakukan hal tersebut.
Dimensi kedua adalah interactional context. Faktor ini menjelaskan pola berurutan dalam melakukan pembicaraan ketika berinteraksi. Hal ini dapat mempengaruhi apa yang dapat dikatakan atau tidak dikatakan  serta penafsiran dari perkataan tersebut. Dan dimensi terakhir yaitu individual agency. Pengaruh dari seorang individu yang dapat menggunakan serta meng-interpetasikan kata-kata yang akan digunakan dalam melakukan interaksi. Ketiga dimensi ini memiliki hubungan yang saling berkaitan walaupun terkadang salah satu dimensinya ada yang lebih menonjol. Disinilah, perlu adanya pemberian pemahaman yang lebih besar dan mengontrol kata-kata yang selayaknya digunakan di kelas (classroom). Sehingga kita tidak akan meng-interpretasikan dengan stu dimensi saja, melainkan menghubungkan ketiga dimensi tersebut.
Classroom discourse merupakan hal yang besar. Mengapa demikian? Karena di dalamnya  mengandung banyak aspek yang ada. Siklus suci ini, tentunya tidak dapat dimasuki secara sembarangan. Hanya orang-orang pilihanlah yang mampu memasukinya. Orang-orang pilihan itu adalah para siswa serta guru yang ada di Classroom.
Classroom discourse tenyata dapat mendorong atau memupuk keharmonisan beragama (Religion Harmony) antara para penghuni kelas. Bumbu dari keharmonisan beragama ini adalah toleransi. Toleransi adalah sikap saling mengahargai satu sama lain. Perbedaan agama yang ada bukanlah menjadikan seseorang hidup bermusuhan. Akan tetapi, perlu adanya sikap saling menghargai antar umat beragama. Dengan adanya sikap toleransi inilah, maka tercipta keharmonisan agama. Toleransi seseorang akan terbangun ketika character building di lingkungan rumahnya tercipta dengan baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwasannya Classroom discourse dapat diartikan sebagai suatu bahasa yang digunakan oleh guru dan murid ketika berada di kelas. Disinilah, terjalin yang namanya interaksi dimana interaksi merupakan penyebab mengapa classroom discourse menjadi sangat rumit. Hal ini dapat dilihat dari background, communication strategies, goals dan values. Pada dasarnya, classroom discoure dapat memupuk keharmonisan beragama. Kunci pentingnya berada pada sikap toleransi. Apabila setiap orang memiliki toleransi beragama yang tinggi maka sudah pasti akan tercipta keharmonisan beragama. Oleh karena itu, sebagai seorang individu yang baik harus memiliki sikap toleransi yang tinggi. Toleransi inilah yang menjadi bumbu terciptanya keharmonisan beragama.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment