Tujuan Sang Penulis Makna
Author: Dwi Arianti
Author: Dwi Arianti
Semua hal yang ada di dunia ini, pasti ada yang
menciptakan. Baik atau buruk hasil yang diciptakan tentu memiliki tujuan
tersendiri. Semua hal yang diciptakan tentunya tidak akan ada yang sia-sia.
seperti halnya Allah SWT menciptakan manusia. Tentunya memiliki tujuan
tersendiri untuk apa manusia diciptakan. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Seperti halnya manusia, menulispun ternyata memiliki
tujuan tertentu. Apa tujuan menulis? Salah satu tujuannya melainkan adalah
untuk menyampaikan informasi mengenai sesuatu kepada pembaca. Disinilah penulis
harus mampu mengarahkan tujuan dari tulisan atau karangan yang diciptakannya. Ketika
seseorang tidak mampu mengarahkan tujuan dari tulisannya, maka yang terjadi
adalah kesalahan penangkap makna (Reader) dalam memaknainya.
Senin pagi yang cerah, tepat pada 24 Februari 2014
merupakan pertemuan ke empat dengan mata kuliah yang selalu membuat sebagian
warga PBI angkatan 2012 gundah gulana ketika menghadapi tantangan di setiap
pertemuannya. Dalam pertemuan kali ini, materi yang dibahas yaitu mengenai
artikel dari Prof Chaedar yang berjudul “Classroom Discourse to foster Religion
Harmony”.
Berbicara mengenai classroom discourse, ada dua kata yang
terkandung didalamnya yaitu classroom dan discourse. Classroom adalah tempat terciptanya proses belajar
mengajar. Dalam proses belajar mengajar, hal penting yang harus dibangun adalah
komunikasi atau interaksi. Interaction adalah point penting yang ada di dalam
classroom discourse. Lalu apa yang dimaksud dengan interaction? Interaksi
adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua objek atau lebih
mempengaruhi dan memberikan efek satu sama lain.
Interaksi yang terjalin di kelas merupakan interaksi
sosial antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Menurut Prof. Dr.
Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial yang
dijalani seseorang. Hal ini karena, interaksi adalah dasar dari suatu
bentuk proses sosial. Apabila tidak ada interaksi (komunikasi) satu sama lain,
maka tidak akan ada pula yang namanya kehidupan bersama. Oleh karena itu, interaksi
merupakan suatu hal penting yang harus ada di dalam Classroom.
Interaksi merupakan hal yang sangat rumit (multiple
complicated). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan interaksi menjadi hal
yang sangat rumit diantaranya yaitu:
1.
Background
Setiap
orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat
meliputi bahasa, ekonomi, budaya sosial, budaya dan sebagainya. Sama halnya
dengan kehidupan di kelas. Masing-masing individu memiliki background atau
latar belakang yang berbeda. Disinilah, siswa harus mampu menyatukan diri untuk
berkomunikasi walaupun dengan latar belakang yang berbeda. Pepatah mengatakan
bahwa “hidup akan terasa lebih indah
karena adnya perbedaan”. Dari perbedaan inilah kita dapat merasakan
kehidupan menjadi lebih berarti.
2.
Communication
strategies
Strategi
komunikasi adalah faktor yang juga mempengaruhi. Cara atau strategi seseorang
dalam berkomunikasi dalam mempengaruhi terjalinnya interaksi dengan baik atau
tidak. Faktor ini ternyata harus disesuaikan pada konteksnya. Konteks tersebut
dapat diartikan hal yang formal ataupun informal. Contohnya, ketika seorang
murid berbicara dengan gurunya di dalam kelas maka cara ia berkomunikasi harus
secara sopan (formal). Berbeda halnya ketika seorang murid berbicara dengan
murid lainnya, cara komunikasinya pun tergolong informal. Oleh karena itu,
diperlukan cara atau strategi komunikasi untuk menciptakan interaksi yang baik.
3.
Goals- Driven
Ada
tiga aspek yang terkandung dalam faktor ini, diantaranya yaitu kognitif,
afektif dan psikomor. Ketiga aspek ini, terbangun baik karena adanya didikan di
lingkungan rumah yang baik pula. Setiap individu memiliki kemampuan kognitif,
afektif, psikomotor yang berbeda. Dari perbedaan tujuan ini lah, yang
mengakibatkan interaksi menjadi sedikit sulit. Akan tetapi, jika individu
tersebut dapat menyesuaikan dan menyamakan goal nya, maka interaksi yang akan
terjalinpun tidak akan sulit.
4.
Values
Value atau
nilai yang tertanam dalam pribadi seseorang yang akan menjadikan seseorang
memiliki sikap disiplin, jujur, bertanggung jawab dan sebagainya. Values ini
yang nantinya akan membangun yang namanya meaning lalu akan membentuk making
practice. Disinilah, akan tercipta yang namanya latihan negosiasi.
Berdasarkan Classroom Discourse Analysis (Betsy Rymes,
2009: 31-32), ada tiga dimensi dari discourse yaitu social context, interaction
context dan individual agency. Dimensi pertama adalah social context. Social
context merupakan faktor-faktor sosial diluar interaksi langsung yang
mempengaruhi bagaimana fungsi kata-kata dalam interaksi tersebut. Contohnya,
bagaimana konteks sosial mempengaruhi seorang guru atau siswanya menggunakan
kata yang indah atau sopan serta pengaruh ketika melakukan hal tersebut.
Dimensi kedua adalah interactional context. Faktor ini
menjelaskan pola berurutan dalam melakukan pembicaraan ketika berinteraksi. Hal
ini dapat mempengaruhi apa yang dapat dikatakan atau tidak dikatakan serta penafsiran dari perkataan tersebut. Dan
dimensi terakhir yaitu individual agency. Pengaruh dari seorang individu yang
dapat menggunakan serta meng-interpetasikan kata-kata yang akan digunakan dalam
melakukan interaksi. Ketiga dimensi ini memiliki hubungan yang saling berkaitan
walaupun terkadang salah satu dimensinya ada yang lebih menonjol. Disinilah,
perlu adanya pemberian pemahaman yang lebih besar dan mengontrol kata-kata yang
selayaknya digunakan di kelas (classroom). Sehingga kita tidak akan
meng-interpretasikan dengan stu dimensi saja, melainkan menghubungkan ketiga
dimensi tersebut.
Classroom discourse merupakan hal yang besar. Mengapa
demikian? Karena di dalamnya mengandung
banyak aspek yang ada. Siklus suci ini, tentunya tidak dapat dimasuki secara
sembarangan. Hanya orang-orang pilihanlah yang mampu memasukinya. Orang-orang
pilihan itu adalah para siswa serta guru yang ada di Classroom.
Classroom discourse tenyata dapat mendorong atau memupuk
keharmonisan beragama (Religion Harmony) antara para penghuni kelas. Bumbu dari
keharmonisan beragama ini adalah toleransi. Toleransi adalah sikap saling
mengahargai satu sama lain. Perbedaan agama yang ada bukanlah menjadikan
seseorang hidup bermusuhan. Akan tetapi, perlu adanya sikap saling menghargai
antar umat beragama. Dengan adanya sikap toleransi inilah, maka tercipta
keharmonisan agama. Toleransi seseorang akan terbangun ketika character building
di lingkungan rumahnya tercipta dengan baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwasannya Classroom discourse dapat diartikan sebagai suatu bahasa yang
digunakan oleh guru dan murid ketika berada di kelas. Disinilah, terjalin yang namanya
interaksi dimana interaksi merupakan penyebab mengapa classroom discourse
menjadi sangat rumit. Hal ini dapat dilihat dari background, communication
strategies, goals dan values. Pada dasarnya, classroom discoure dapat memupuk
keharmonisan beragama. Kunci pentingnya berada pada sikap toleransi. Apabila
setiap orang memiliki toleransi beragama yang tinggi maka sudah pasti akan
tercipta keharmonisan beragama. Oleh karena itu, sebagai seorang individu yang
baik harus memiliki sikap toleransi yang tinggi. Toleransi inilah yang menjadi
bumbu terciptanya keharmonisan beragama.