7th Class Review: OBVIOUS FULL STOP



OBVIOUS FULL STOP
(by. Endah Jubaedah)
Sebuah penjelasan kadang tak selamanya mampu memberikan kejelasan karena ternyata sebuah definisi “jelas” bukan hanya sekedar bacaan atau argumen yang beragam namun jelas adlah ketepatan.  Seperti seorang sniper yang melepaskan pelurunya tepat di jantung serangan, tak melesat; tak ada pergerakan yang berubah (tetap) dan tepat.  Menulis pun demikian, ketika kita menulis, tuntutan kejelasan ini akan menuntun kita menjadi seorang penulis yang dibekali kejelasan untuk menulis. Jelas.  Titik.  Selain nilai positif untuk sang penulis, “jelas” juga mempermudah pembaca untuk memahami isi bacaan tentunya. 

Berangkat dari sebuah tulisan yang jelas, sebuah komposisi makna pun harus terkandung didalamnya.  Mengapa? Jelas, bahwa menulis bersifat simogenesis; bermkna.  Sebuah makna memang selalu penting dan menjadi sebuah kepentingan.  Bagaimana tidak? Hilangnya kebermaknaan membuat lunturnya cita rasa sebuah tulisan bahkan meruntuhkan komponen yang dibangun.  Tulisan tanpa makna: “ROBOH!”.  Membangun kembali bangunan yang runtuh tak semudah menyebutkan huruf alphabet, kita harus berjuang mengumpulkan puing-puing yang terpisah dan mendirikannya kembali dengan kekuatan baru.
Kekuatan seorang penulis adalah malu untuk menyerah, seperti sebuah komentar dari Milan Kundera (L’Art duroman, 1986) : “Bahwa untuk menulis (para penulis) haruslah dapat melewati atau menghancurkan dinding penghalang, dan dinding yang menghalangi selalu ada.”  Mau tak mau harus mau mengobarkan seluruh kekuatan yang dimiliki agar dapat merobohkan dinding yang menghambat kelancaran proses menulis.  Bukan hal yang mudah memang, namun diam dan pasrah tak ada usaha tentu tak akan memudahkan sebuah kesulitan yang mencoba mengakrabkan diri dengan kita.
Sebuah penulisan sejarah atau menulis sejarah mempunyai kesamaan dengan linguistic, yakni sama-sama memahami sebuah nilai yang terkandung didalamnya.  Hal ini menjadi catatan penting sebab betapa pun arti sebuah nilai tak mungkin dihilangkan dalam hal apapun, efek dan maknanya begitu krusial sehingga wajib dihadirkan dan dipahami.
Memahami suatu nilai dapat didapatkan dengan berbagai cara, seperti membaca, mendengarkan kemudian mengplikasikan dengan cara berucap dengan baik dan benar merupakan langkah terbaik.  Ya, membaca membantu seseorang mampu mengambil nilai dari tulisan yang ia baca.  Namun tak semua tulisan mampu memberi pembermaknaan nilai, tergantung pembaca dan tentu isi tulisannya.  Selain menjadi pembaca yang baik, komposisi sebuah tulisan tentu harus mampu mentransfer sebuah makna terhadap pembaca. 
Pembahasan materi kali ini juga tentang “creating offorlances: to inspiring people” (Lehtonen).  Penulis dalam klasifikasi baik adalah ia yang mampu memberi “in-come” yang baik dan jelas, juga mampu memberi inspirasi dengan sebuah harapan mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih dinamis dan penuh makna.  Memaknai hidup dari sebuah bacaan tentulah menjadi hal yang begitu meng-ilhami.
Berlanjut pada progress belajar, terutama dalam mata kuliah “writing”; critical review masih menjadi titik fokus sebagai bagian dari materi “bagaimana menulis”.  Ini sebagai batu loncatan agar kita dapat melompat leih tinggi dan lebih jauh menjangkau dunia.  Menggenggam dunia dengan indah lewat tulisan yang berkerlip di atas awan menggantikan bintang dan langit malam.
Seperti sejarah yang tersembunyi, Zinn pun mempumyai hal-hal yang ia sembunyikan.  Saatnya kita mengungkap ketertutupan Zinn menjadi nyata dalam critical review kali ini.  Mengungkap ulang apa yang masih tersembunyi dan disembunyikan, dengan memerhatikan pola paragraf yang baik dan sesuai.  Sejarah yang tak pernah putus diperlukan koneksi atau benang penghubung, dan kita adalah salah satu benang yang hilang dan harus kembali.
Menghasilkan tulisan yang baru tidaklah terlepas dari makna, tata cara, dan isi tulisan yang menghasilkan produksi baru.  Penelitian dan analisa yang mendalam merupakan bahan kebutuhan sebagai perkokohan sebuah tulisan.  Kejelasan tak boleh terlupakan apalagi hilang dari sebuah tulisan. Jangankan menulis yang tata caranya begitu teratur, berbicara pun mempunyai aturan kejelasan tak boleh terlupakan apalagi hilang dari sebuah tulisan.  Jangankan menulis yang tata caranya begitu teratur, berbicara pun mempunyai aturan kejelasan.  Harus jelas.  Titik.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment