Class Review 10


5 Process View of Writing
Created By: Aulia Priangan

Malam ini rembulan setengah penuh bersinar di kegelapan malam. Gemintang tak nampak di hamparan langit hitam legam. Semilir angin sesekali meniup awan malu-malu sehingga mendekatkannya pada rembulan. Sepersekian detik menutupi pancaran cahanyanya, atau bahkan untuk beberapa menit.

Malam ini sungguh syahdu. Kembali jari-jari ini beradu dengan keyboard netbook demi menghasilkan sebuah argumentatif essay yang memukau. Malam ini, kesepuluh jari ini berkerja ekstra dalam menangkap setiap percikan ide yang melintas di pikran. Jari-jari ini kemudian memenjarankannya dalam penjara abadi. Penjara yang pondasinya terdiri dari dua puluh enam huruf alfabet. Iya, penjara itu bernama kata-kata, kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf.
Senin siang, 12 Mei 2014 menjadi perjumpaan yang kesekian kalinya dengan Mr. Lala dalam Writing 4. Siang itu, tugas kami adalah menunjukkan outline paragraf argumetatif essay yang telah dibuat sebelumnya. Proses kali ini bisa dibilang sama ­–bahan memang sama persis- dengan minggu kemarin. Duduk melingkar dan seorang demi seorang dipanggil namanya oleh Mr. Lala. Sepersekian detik berikutnya telah terlontar komentar-komentar dari beliau. Sebagai seorang calon penulis yang sedang belajar menjadi penulis yang hebat, seharusnya memang mempunyai pembaca. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata ketika ada yang bersedia membaca tulisan kita dan menyukainya. Speechless.
Sebelum memulai ritual konsultasi mengenai paper argumentatif essay yang telah kita buat, Mr. Lala menerangkan materi terlebih dahulu. Materi yang disampaikan beliau pada Senin 12 Mei 2014 kemarin mengenai “Process View of Writing”. Seperti biasanya, Mr. Lala selalu menghadirkan kejutan-kejutan dalam perkuliahannya. Kali ini kami semua ditohok dengan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan buku Ken Hyland yang berjudul “Teaching and Researching Writing”. Tugas paper argumentatif essay membuat kami terlalu berkutat dengan segala hal yang berhubungan dengan Papua dan Papua barat. Oleh karenanya, kami lupa untuk memebaca buku-buku yang berhubungan dan berkaitan dengan Writing. Mr. Lala yang sedang mood hari itu pun berbaik hati menjelaskan 5 process of view writing (Hyland. 2009:80).
5 Process View of Writing
Writing is Problem–Solving: Menulis adalah proses pemecahan masalah. Dalam point pertama ini, terbagi menjadi dua, yakni invention strategies dan extensive planning. Dalam point pertama, penulis menggunakan strategi penemuan dan perencanan bahwa setiap penulisan task presents. Selain itu, dalam poin pertama ini, adanya kesadaran atau awarness yang berimplikasi pada kehidupan yang lebih baik. Hal ini karena apabila setiap masalah dapat dipecahkan atu diselesaikan akan menghasilkan kehidupan yang baik.
Writing is Generative: Generatif mengandung arti bersifat menerangkan tentang tata bahasa dengan kaidah-kaidah yang merupakan pemberian strukture tentang kalimat yang terdapat disebut bahasa. Dalam point ini terbagi lagi menjadi dua, yakni explore dan discover ideas as they write. Maksudnya adalah menulis merupakan proses menerangkan ide-ide yang telah kita tulis. Selain meneraangkan ternyata dalam proses ini juga menulis mengharuskan penulis mengeksplor atau menerangkan lebih dalam mengenai teks yang ditulisnya.
Writing is Recursive: dalam proses ini penulis terus menerus meninjau dan memodifikasi teks mereka saat mereka menulis dan sering menghasilkan beberapa draft untuk mencapai produk jadi. Terjadi review yang konstat dalam proses ini. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan teks yang bagus dan berkualitas.
Writing is Collaborative: hal ini bermaksud bahwa dalam menulis, penulis harus mampu memanfaatkan umpan balik dari fokus berbagai sumber penulis diharapkan dapat mengkolaborasikan tulisannya berdasarkan sumber-sumber yang berbeda.
Writing is Developmental: Menulis adalah perkembangan. Penulis tidak boleh dievalusi hanya berdasarkan produk akhirnya saja akan tetapi pada peningkatan mereka juga.

Itulah lima proses memandang menulis. Selanjutnya Mr. Lala menjelaskan bahwa penulis yang berkaualitas dilahirkan dari pembaca yang berkualitas. Hal ini karena dalam menulis, diperlukanbanyak informasi dan bukti-bukti oleh karenanya diperlukan seorang qualifier reader. Proses menulis tidak bisa dipisahkan dengan proses membaca. Kedua kegiatan itu berkaitan sangat erat dan mempengaruhi.
Selanjutnya akan berkelakar megenai sejarah sebagai aset. Aset jika diartikan secara sempit ialah kekayaan. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan sejarah, maka artinya adalah sesuatu yang tidak ternilai dan tidak bisa dihilangkan atau dilupakan sebab jika hal tersebut terjadi akan menghilangkan eksistensi sesuatu yang dilekati sejarah itu. Oleh karenanya nilai sejarah itu berbeda-beda bagi setiap orang.
Pemaparan yang cukup panjang mengenai tugas di Senin siang serta sedikit penjelasan tentang lima cara atau pandangan menulis dilihat. Disamping itu, sejarah mempunyai nilai yang penting dan sangat berharga.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment