(author:
Friska Maulani Dewi)
Tiga minggu yang lalu adalah
hari-hari dimana masa kelam di semester 4 ini dimulai. Hal ini karena untuk sementara waktu kelas
kami harus kehilangan pelatih kami karena suatu hal yang jika dijelaskan disini
akan menghabiskan berlembar-lembar halaman. Untuk itu aku tidak akan membahas
tentang masalah tersebut, karena masih banyak hal yang lebih mendesak untuk
dibahas disini.
Selama tiga minggu yang kelam itu,
kami tentunya tidak tinggal diam saja. kami tidak ingin tertinggal jauh dengan
yang lain. Hal itulah yang membuat kami
untuk membentuk grup diskusi seperti yang juga terjadi di kelas lain. Pada
minggu pertama, kelompok kami (Friska, Aulia, Aneu, Syifa dan Alfiniya),
memncoba untuk mulai mengeksplorasi artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data
as a Pillow” yang ditulis oleh S. Eben Kirksey.
Melihat dari judulnya saja, kami semua sudah merasa tertarik. Apalagi
ditambah kami semua berpendapat bahwa artikel inilah yang akan menjadi cikal-bakal
tugas akhir mata kuliah writing kami di semester 4 yang “awesome” ini.
Kami
merasa terpacu untuk mengeksplorasi artikel ini. Dan berikut hasil diskusi
pertama kami:
Aulia :
data itu jangan disimpan sendiri saja seperti halnya bantal tapi harus berguna untuk
orang lain.
Friska : setelah mendapatkan data harus melakukan sesuatu,
jangan untuk kepentingan sendiri dan
dilupakan begitu saja.
Alfiniya : data jangan hanya sebagai “data” saja tetapi data itu
adalah awal masalah yang harus dipecahkan.
Aneu :
jangan biarkan data yang ada mati, harus ada penghidupan yang baru.
Syifa :
jangan gunakan data hanya sebagai sandaran (bantal) untuk sender saja tetapi data harus dikembangkan agar dapat
bermanfaat bagi orang lain.
Kesimpulannya : data bukanlah akhir dari sebuah
penelitian tetapi awal dari masalah yang harus kita pecahkan, kita tidak boleh
merasa puas setelah mendapat data tetapi harus memutar otak lagi untuk membuat
data tersebut dapat berguna bagi orang lain bukan hanya untuk kita seorang.
|
Pada minggu kedua, kami kembali
mengadakan pertemuan untuk mengeksekusi artikel Eben kembali. Namun, kami pun
mendengar kabar dari tim-tim tetangga kami bahwa untuk memahami artikel yang
ternyata cukup rumit tersebut kita harus mencari juga informasi dan bahan
bacaan lain yang tentunya terkait dengan artikel tersebut, mendengar kabar
tersebut, kami pun memutuskan untuk berselancar di dunia maya untuk mencari
sebanyak mungkin informasi tentang Papua Barat.
Pada
minggu terakhir masa pengasingan kami, kelompok kami pun kembali mendenar bahwa
yang harus dieksekusi dari artikel tersebut adalah meneliti setiap kalimatnya.
Dan tiap anggota kelompok harus mengerti apa maksud dari kalimat-kalimat dalam
artikel Eben tersebut. Hasil diskusi kami dibuat draft yang nantinya akan
dikumpulkan kepada Mr. Lala.
Jumat
25 April 2014, akhirnya kami bertatap muka kembali dengan pelatih kami. Namun,
ada sesuatu yang berbeda dengan pertemuan itu, karena pertemuan kali ini
dilangsungkan tepat jam 6 pagi! Terus terang hal ini membuatku mengalami
sedikit DeJavu beberapa tahun silam, tepatnya ketika aku kelas XII SMA aku
harus berangkat ke sekolah jam 6 pagi untuk pengayaan. Namun entah mengapa aku
merasakan firasat yang baik dengan strategi yang Mr.Lala terapkan ini. Well,
apapun itu, it’s a brand New Day!
Kami
tidak lagi terkejut ketika materi dan tugas-tuga yang diberikan okleh pelatih
kami ternyata berkali-kali lipat lebih berat dari sebelumnya. Ternyata yang
kami lakukan semasa pengasingan kami yang 3 minggu itu, masih kurang memuaskan
pelatih kami. Kami dituntut untuk melakukan eksplorasi lebih dalam lagi
terhadap artikel Eben tersebut untuk menyibak tirai suram dibalik
konflik-konflik yang terjadi di Papua.
Setelah
kembali mengeksplorasi dan mengeksekusi artikel tersebut lebih dalam lagi, kami
pun sedikit demi sedikit menemukan benang merahdari konflik-konflik yang
terjadi di Papua Barat. Konflik di Papua diawali pada tahun 1961, sejak saat
itu telah muncul keinginan Belanda untuk membentuk Negara boneka “Papua” yang
terlepas dari Indonesia. Hal ini membuat presiden RI saat itu (Soekarno) geram.
Apalagi Belanda telah mengingkari perjanjian yang menyatakan bahwa seharusnya
Belanda menyerahkan seluruh daerah jajahannya kepada Indonesia karena Indonesia
telah merdeka dari Belanda. Karena kegeraman itulah, pada tanggal 19 Desember
1961, Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun utara
Yogyakarta. Saat itu Soekarno pun
membentuk komando Mandala yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Adapun
tugas inti Komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan dan
menyelenggarakan operasi militer yang bertujuan untuk menggabungkan Irian Barat
(nama Papua saat itu) dan Indonesia.
Berdasarkan
catatan sejarah, pada tanggal 1 Oktober 1962. Pemerintah Belanda di Papua barat
saat itu menyerahkan wilayah ini kepada PBB melalui UNTEA hingga 1 Mei 1963.
Selanjutnya, PBB pun merancang suatu kesepakatan yang dikenal dengan “New York
Agreement” untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Irian Barat untuk
melakukan jajak pendapat melalui PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) pada tahun
1969 ysng diwakili 1026 orang sebagai utusan dari beberapa daerah Papua pada
masa itu.
PEPERA
ini dimulai di erauke pada tanggal 14 Juli 1969 dan diakhiri di Jayapura pada
tanggal 4 Agustus 1969. Namun ada juga sumber yang menyatakan ada kecurangan
yang terjadi. PEPERA melibatkan wakil-wakil orang asli Papua yang sebanyak 1026
orang tadi dibawah tekanan dan ancaman dari aparat militer Indonesia di Papua.
Sedangkan jumlah penduduk Papua saat itu sudah mencapai 814.000 orang. Lalu
kemanakah sisa 812.974 orang lainnya?
Padahal
dalam catatanyang dilahirkan melalui perjanjian New York, 15 Agustus 1963,
urusan administrasi Papua akan diserahkan dari UNTEA kepada Indonesia dengan
syarat pemerintah harus mengadakan pemungutan suara yang prosesnya harus
melibatkan seluruh penduduk asli Papua. Hal inilah yang akhirnya membuat rakyat
Papua geram dan akhirnya mereka terbentuklah OPM (Organisasi Papua Merdeka)
pada tahun 1965.
Melalui
artikel Eben kelompok kami akhirnya membuat peta konflik yang terjadi di Papua
Barat, peta (bagan seperti dibawah ini.
Dari
bagan diatas, dapat kita lihat bahwa BP ternyata adalah otak dibalik semua
konl\flik yang terjadi di Papua. Dapat dilahat bahwa BP telah mengadu domba
antara polisi dan militer yang akhirnya mengakibatkan banyak kekacauan-kekacauan
yang terjadi di Papua. Seperti kita lihat pada bagan diatas, militer sendiri
ternyata juga dibagi menjadi dua, yakni militer pro-Indonesia dan militer
pro-OPM. Terdapat pula oknum-oknum yang disebut sebagai double agen dalam
artikel Eben tersebut. Para double agen dan OPM inilah yang telah melakukan
pembantaian terhadap satu peleton polisi. Dan ternyata pembantaian itu pun
telah didanai oleh otak dibalik ini semua yaitu BP.
Pembantaian
yang dilakukan oleh OPM (militer double agen) ini akhirnya menjadi alasan pihak
polisi untuk melakuka operasi isolat, yakni operasi penyisisran OPM. Bisa
dibilang ini adalah bentuk pembalasan dari pihak polisi kepada pihak OPM. Dan
ternyata dalam melakukan operasi isolat ini pun polisi meminta perlindungan HAM
dan jaminan keamanan dari BP, sehingga dapat dikatakan polisi pun bekerja sama
dengan BP. Dengan kata lain, British Petroleum lah dalang dibalik semua
kekacauan ini. Dalam konsep BP, bagaimana caranya agar terjadi banyak kekacauan
di bumi cendrawasih ini tanpa BP harus ‘mengotori tangannya’ dan hanya
mengeluarkan sedikit dana saja. BP melakukan konflik settingan dengan cara
mengadu domba pihak polisi, militer dan OPM. BP melakukan strategi licik
tersebut untuk membuat ‘horor’ di bumi cendrawasih. Mereka ingin menakut-nakuti
perusahaan lain yang ‘berminat’ dengan kekayaan alam yang berlimpah di tanah
Papua. Hal ini dilakukan BP agar mereka dapat leluasa mengeruk kekayaan bumi
cendrawasih tanpa ada pihak lain yang mengganggu.
~XOXO~
Dalam pertemuan yang dilangsungkan
pada saat yang sama dengan berkokoknya ayam jantan dan semnurat warna emas di
ufuk timur ini, kami memasuki area Argumentative Essay. Dalam power point
Mr.Lala menjelaskan “The Argumentative Essay as a genre of
writing that requires the student to investigate a topic; collect, generate,
and evaluate evidence; and establish a position on the topic in a concise
manner.” Dalam argumentative
essay ini yang harus digaris bawahi adalah: “You have to persuade your audience
to consider your point of view, even if they may disagree with you. This
requires some care and skill; you need to show respect for opposing point of
view, you must choose vocabulary carefully, and, above all, you must write
clearly and logically.”
Lalu apa saja yang harus kita lakukan
untuk menulis sebuah Argument Essay dengan benar?
§ Define
the topic!
Mendefinisikan topic baik secara historis,
ideologis dan lainnya dengan point of view yang penulis gunakan.
§ Limit
the topic!
Maksudnya penulis harus membatasi topic
tertentu. Hal ini guna membatasi agar topic yang dibahas tidak melenceng dari
tema utama.
§ Analyze
the topic!
Dalam menulis argumentative essay ini penulis
harus terlebih dahulu menganalisis topic yang akan dia bahs secara keseluruhan.
Contohnya seperti bagaimana konsekuensi dari essay tersebut bagi perkembangan
politik, ekonomi dan lain-lainnya dimasa mendatang.
§ Giving
some opinion!
Argumentative essay adalah essay yang berisi
tentang argumen-argumen dan opini-opini dari sang penulis perihal suatu hal
tertentu. Namun, tentunya bukan hanya sembarang opini belaka. Namun harus ada
supporting info yang dapat memperkuat opini atau argument yang ditulis.
§ Write
a thesis statement!
“The
thesis statement of an argumentative essay must contain an opinion. Opinions
are usually expressed with the modal verb ‘should’
or evaluative such as ‘good’ and ‘bad’.”
§ Complete
the thesis statement with supporting argument!
Supporting argument bertujuan agar thesis
statement penulis lebih kuat lagi.
§ Thesis
statement may also contain an opposing view.
Dengan memberikan ‘opposing view’ akan
membuat pembaca lebih mudah membandingkan mana argument yang lebih mereka
setujui. Dalam beberapa kasus, terkadang dicantumkannya ‘opposing view’ ini
justru akan lebih memperkuat thesis statemen sang penulis juga.
~XOXO~
Draft of Argumentative Essay
West Papua
is Still and Always Be a Part of NKRI
Introduction
§ Tell about
the location of West Papua.
§ Tell the
reason why Papua want to be independent.
§ Tell the
reason why West Papua should still be united with NKRI.
Body
The reason
why West Papua should still be united with NKRI.
§ West Papua
has many Natural Resources.
§ West Papua
has many cultures.
§ Education
West Papua still far behind.
Conclusion
§ To be
independent is not the best choice for West Papua to solve their problem.
§ West Papua
should still be united with NKRI.
~XOXO~
References
Eben. S. Kirksey, Don’t Use Your data as a
Pillow.