Class Review 10


Class Review Bisa Berujung, Bagaimana dengan Permasalahan Papua Barat?

Senin, 12 Mei 2014…


Semakin hari perjuangan untuk bertahan di medan perang writing 4 ini semakin terasa.  Mr. Lala sang master mengatakan bahwa besok tepatnya Selasa12 Mei pukul 06.00 WIB kita akan bertemu lagi.  Artinya peralatan dan perlengkapan tempur harus sudah siap besok, seperti class review dan argumentative essay yang sudah direvisi tentunya.  Berat sungguh berat.
Pada menit awal di pertemuan kali ini saja sudah membuat saya merinding.  Saya sempat ragu, bisakah saya mempersiapkan itu semua?  Pasalnya saya harus menulis itu semua dalam satu malam taoi kondisi saya berbeda dengan teman – teman yang lain.  Saya menghabiskan waktu 90 menit unruk bisa sampai ke rumah.  Itu artinya saya baru akan mulai menulis pada pukul 16.00 WIB mengingat pukul 14.10 saya baru bisa pulang dari kampus.  Saya pikir ini lah menit awal yang paling menyiksa.
Belum selesai dengan itu, Mr. Lala menanyakan pertanyaan yang cukup membuat kami membisu tanpa kata.  Pertanyaan tersebut adalah “sudah baca Hyland halaman 80?”  nampaknya tak satupun dari kami yang membacanya.
Akhirnya sang master menjelaskan tentang Hyland halaman 80 tersebut.  Ternyata itu tentang A Process of Writing: writing as:
1.      Problem solving: for the betterment of life
a.       Invention strategies
b.      Extensive strategies
2.      Generative
a.       Discover   
b.      Explore
3.      Recursive: constant review
4.      Developmental: improvemence evaluated.
Saya jadi penasaran dan akhirnya saya membaca Hyland (2009: 80), berikut isinya:
A Process of Writing:
1.    Writing is problem-solving: writers use invention strategies and extensive planning to resolve the rhetorical problems that each writing task presents.
2.    Writing is generative: writers explore and discover ideas as they write.
3.    Writing is recursive: writers constantly review and modify their texts as they write and often produce several drafts to achieve a finished product.
4.    Writing is collaborative: writers benefit from focused feedback froma variety of sources.
5.    Writing is developmental: writers should not be evaluated only on their final products but on their improvement.

Untuk kesekian kalinya saya menyatakan bahwa writing adlah suatu hal yang sangat – sangatlah sulit.  Harus ada proses yang panjang agar bisa menghasilkan tulisan yang hebat.
Selanjutnya masuk pada sesi pertanggung jawaban tulisan.  Saya benar – benar pasrah untuk yang kali ini, pasalnya essay ini berhubungn dengan sejarah Papua Barat yang benar – benar rumit ditambah saya bukanlah seseorang yang cinta sejarah parahnya saya bodoh dalam sejarah.  Jadi saya menulis essay dengan kondisi yang compang – camping.
Benar saja ternyata tulisan saya masih sangatlah jauh dari kata sempurna.  Mr. Lala mempertanyakan daya nalar logika saya.  Saya benar – benar bingung entah kenapa Mr. Lala selalu menggapai titik kelemahan saya.  Atau mungkin saya yang bodoh dalam segala hal.  Selain itu thesis statement saya juga masih belum rapi.
Belum lagi dengan alasan atau lebih tepatnya bukti – bukti yang saya sajikan dalam essay saya yang belum apik tersusun.  Pertama tentang history, history yang saya sajikan itu dari zaman Majapahit Mr. Lala menyatakan bahwa itu terlalu jauh.  Diakhir interogasi Mr. Lala menanyakan pertanyaan yan gmelukai harga diri saya “CAN YOU SURVIVE TOMORROW?” oh God saya benar -  benar merasa direndahkan dan takut juga.  Di sisi lain saya ragu tapi di sisi lainnya pertantaan beliau membuat semangat saya mengebu – gebu.  Saya jadi termotivasi agar bisa menulis dengan baik.
Namun  tetap saja saya merasa kecewa dan kesal pada diri saya sendiri yang penuh kemalasan ini.  Besok, Selasa 12 Mei 2014 adalah hari yang akan menguras energy dan pikiran.  Pasalnya saya harus berangkat dari rumah tepat pukul 04.30 WIB agar bisa sampai tanpa telat.  Selain itu besok aktifitas saya dan yang lainnya akan lebih aktif dari biasanya.
Class review ini merupakan class review terakhir di semester 4 ini, untuk itu saya akan membubuhkan konflik  apa – apa saja yang belum saya tulis tentang Papua Barat.
1960 – 2000
1960 - 2000
  • 1966-67: pemboman udara Pegunungan Arfak
  • 1967: Operasi Tumpas (penghapusan operasi). 1.500 diduga tewas di Ayamaru, Teminabuan dan Inanuatan.
  • Mei 1970: Pembantaian perempuan dan anak-anak oleh tentara Indonesia. Saksi melaporkan melihat seorang wanita memusnahkan, membedah bayinya di tempat dan pak bibi bayi-diperkosa.
  • Jun 1971: Bapak Henk de Mari melaporkan bahwa 55 orang dari dua desa di Biak Utara dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri sebelum ditembak
  • Mei 1978: Lima OPM (Organisasi Papua Merdeka) pemimpin menyerah untuk menyelamatkan desa mereka tertangkap masuk Mereka dipukuli sampai mati dengan batang besi panas merah dan tubuh mereka dilemparkan ke dalam lubang jamban. 125 penduduk desa maka mesin ditembak sebagai simpatisan OPM dicurigai.
  • pertengahan 1985: 2.500 tewas di wilayah Kabupaten Paniai Danau Wissel, termasuk 115 dari desa-desa Iwandoga dan Kugapa dibantai oleh pasukan 24/6/1985, 10 orang, desa, taman makanan, dan ternak desa Epomani, Obano Sub-distrik; 15 orang, desa, dan ternak dari kabupaten desa Ikopo Monemane, dan 517 orang, 12 desa, taman makanan, dan hidup-stok Monemane. Dsb.
2000 - 2010
  • Pada tanggal 31 Agustus 2002: pemberontak menyerang pada sekelompok profesor dari Amerika Serikat. 3 tewas dan 12 lainnya luka-luka. Polisi menuduh OPM bertanggung jawab.
  • Pada tanggal 1 Desember 2003: Sekelompok 500 orang mengibarkan bendera separatis, beberapa tindakan lain telah terjadi 42 orang ditangkap.
  • Pada tanggal 9 April 2009: Sebuah serangan bom di Jayapura menewaskan 5 orang dan beberapa orang terluka. Sementara itu, sekitar 500 militan menyerang sebuah pos polisi dengan busur dan anak panah dan bom bensin.. Polisi bereaksi dan membunuh seseorang.
·         Pada 24 Januari 2010: Pemberontak menyergap sebuah konvoi penambang PT Freeport McMoran. Sembilan orang terluka, OPM menyangkal Tanggung Jawab.
Dari pemaparan diatas ternyata memang permasalan Papua Barat adalah satu hal yang kompleks dan sukar untuk dipecahkan .  untuk iru sebagai mahasiswa Indonesia kita harus menulis karena menulis merupakan problem-solving.  Banyak – banyak menulis akan menyelesaikan masalah.  Dengan tulisan kita buat mata dunia tahu bahwa Papua Barat memanglah milik Indonesia dan dengan tulisan kita buat pemuda Indonesia bangkit, pemerintah Indonesis melek sehingga Indonesia bisa maju tentu saja bersama Papua Barat.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment