7th Class Review




“Dark Character as Habit”
            Dark Character as Habit??’’ yaitu dimana sebuah karakter baru yang pantas kita sandang, dan karakter itu tercipta dari kebiasaan kita yang mungkin bisa dikatakan sudah mendarah daging. Karakter itu bukan karakter yang kita harapkan karena karakter itu gelap tanpa ada sinar sedikit pun artinya karakter itu tidak memiliki sisi baik sedikit pun karena karakter itu sudah berada pada tingkat atau puncak teratas yaitu” IGNORANCE”, dimana karakter itu sudah kita sandang seperti yang dilontarkan oleh Mr. Lala Bumela, M.Pd, bahwa kita pantas mendapatkan sebutan itu karena kita sendiri telah memelihara kebiasaan yang buruk yaitu terlalu menyepelekan sesuatu hal dan tidak cermat terhadap hal yang kita lakukan. Seperti halnya yang terjadi pada nasib kita yaitu hasil tugas yang kita kerjakan pada mata kuliah writing and composition 4 dinyatakan “SALAH”,  karena tugas yang kita kerjakan salah tidak sesuai dengan yang seharusnya yaitu tugas yang seharusnya kita buat adalah “Critical Review”, yang didalamnya terdapat generic structure berupa introduction, summary, main body, conclusion, dan reference.

            Namun tugas yang kita buat hanyalah”Free Writing” yaitu tanpa adanya generic structure. Meskipun tugas yang kita buat konteksnya sama yaitu mengarah pada sosok seorang penulis termuka bernama Howard Zinn, tepatnya mengenai sejarah benua Amerika yang terkenal dengan seorang ekspeditor Columbus. Namun pada kenyataannya, tugas yang kami kerjakan itu salah dan sudah menjadi bubur yang tidak dapat diperbaiki lagi untuk menjadi nasi. Meskipun dalam benak hati yang paling dalam, kita merasa sangat kecewa dan terdiam membisu dengan kenyataan itu. Tapi apalah daya semua tenaga, waktu, pikiran terkuras dan terbuang sia- sia dengan kenyataan pahit itu.
            Semua itu mungkin berawal dari potensi diri kita yang lemah tidak adanya kecermatan dan percaya diri yang kuat dalam menerima pesan tepatnya mengenai tugas. Potensi kita tergoyahkan oleh simpang siurnya pesan atau informasi dari berbagai sumber tentang ketentuan tugas yang benar dan harus dilakukan seperti apa. Sehingga dari simpang siur informasi yang kita dapatkan, kita menerima begitu saja tanpa adanya filterisasi terlebih dahulu. Paeda akhirnya tugas kita di tolak, tidak ada satu pun yang benar. Sehingga hal itu membuat mood Mr. Lala menjadi tidak enak, lelah dan  memutuskan untuk keluar dari kelas.
            Kenyataan pahit itu bertolak belakang dengan background yang seharusnya kita miliki sebagai seorang mahasiswa yaitu memiliki intelektual yang tinggi dan karakter yang baik. Bukan seorang IGNORANCE. Hal penting yang harus dibuktikan oleh seorang mahasiswa harus bisa menulis. Sebagai seorang penulis kita harus bisa mengungkapkan dan mengeksplor makna dibalik bacaan yang kita baca. Untuk memudahkan kita dalam pemahaman makna  bacaan, ada tiga bentuk  dari pemahaman yang meliputi tiga tahapan penting yaitu: meniru, menemukan, dan menciptakan. Dimana menulis adalah menciptakan affordances serta pengeksplorasian makna. Selain itu,  menulis bisa dikatakan semogenesis, yaitu adanya text, system dan context.  Seperti pada thesis statement  dalam critical Review yang kita buat, harus mampu menghidupkan beberapa point dan mampu  menciptakan kekuatan yang ekstra terhadap hal yang kita kritisi sehingga membentuk poimt baru yang tertulis.
            Adapun menurut Milan Kundera (in L’Art duroman:1986): “to write, means for the poet to crush the wall behind which something that ‘was always there’ hides.  In this respect, the task of the poet is not different from the work of history, which also discovers rather than invents”.   Artinya bahwa kita sebagai seorang penulis harus bisa menghancurkan tembok karena di ibaratkan dibalik kerasnya tembok ada sesuatu hal yang tersembunyi dan harus kita gali dan dobrak yaitu dimana sebagai penulis harus mempresentasikan hal-hal yang disembunyikan dalam suatu hal seperti pada bacaan, atapun buku- buku terutama tentang kebenaran sejarah. Seperti halnya kita yang harus kritis dan cermat dalam menguak kebenaran sejarah benua Amerika yang dituliskan oleh Howard Zinn bahwasannya ekspeditor benua Amerika adalah Columbus. Hal tersembunyi  tersebut, jika kita soroti dari segi sudut pandang Howard Zinn yang memprioritaskan Columbus sebagai ekspeditor benua Amerika  dan bukan tokoh islam seperti dalam sejarah islam, dapat diperkirakan karena latar belakangnya adalah dari segi ideology HoWARD zinn yang notabennya bukan orang islam. Sehingga Zinn hanya memprioritaskan ekspeditor dari kalangan sebangsa dan ideologinya saja tanpa melihat ideology lain.
            Namun dari apa yang dituliskan oleh Howard Zinn dalam karyanya yang berjudul” People’s History of the United State (1980), tidak dibenarkan karena jika dilihat dari kenyataan yang ada yaitu dari segi sejarah peradaban islam dinyatakan bahwa teori Howard Zinn itu  tergeser dan dinyatakan tidak valid. Hal itu adalah bentuk kritis yang kita lakukan terhadap karya Howard Zinn yang disebut Critical Review”, yaitu dimana kita tidak hanya percaya dan menanggap teori itu benar akan tetapi mengkritis dari berbagai sumber lain. Adanya teori Zinn yang pada awalnya diakui dan diyakini oleh orang- orang adalah teori yang valid karena belum ada sumber lain yang menentang hal itu. Namun berubahnya waktu dan masa, sehingga teori itu tergeser oleh teori- teori islam seperti teori teori Arab dan Muslim Spanyol, teori Afrika Barat, dan teori Dinasti Utsmaniyah. Hal itu sebagai bukti bahwa sejarah adalah proses penciptaan manusia yang tanpa putus. Seperti adanya sebuah istilah menyatakan bahwa, sejarah seperti penyair, dimana dalam pengungkapan teori ataupun lainnya di kondisional waktu dan selalu baru terganti dengan teori yang baru dan lebih kuat karena itu semua tercipta dari pemikiran manusia yang tidak akan terputus semakin berkembang dan terasah tidak hanya seperti pisau yang tumpul.
            Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan kita sebagai seorang penulis harus menciptakan. Dimana menulis adalah menciptakan affordances serta pengeksplorasian makna. Selain itu,  menulis bisa dikatakan semogenesis, yaitu adanya text, system dan context.  Seperti halnya kita mampu menciptaka teks baru dari sebuah artikel atau karangan Howard Zinn menjadi Critical Review yang didalamnya terdapat kritik kita terhadap hal yang janggal terhadap apa yang dituliskan dsalam bacaan yang kit abaca. Tentunya dalm pengkritikan itu disertai bukti yang kuat supaya kritikan kita tepat sasaran dan valid. Serta kita harus bisa mendobrak sesuatau yang tersembunyi dibalik makna terutama makna dalam kebenaran sejarah yang berfungsi sebagai spion kehidupan manusia. Ketidak benaran teori Howard Zinn membuat kita tersesat dalam informasi.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment