Class Review 8



Jalan yang Harus Dilalui : Argumentative Essay Papua
(by Desi Diana)

Jalan yang harus kita lalui sekarang semakin penuh dengan tantangan.  Ranah argumentative essay harus benar-benar kita pahami dan dapat menerapkannya untuk tugas argumentative essay mengenai Papua.  Tugas yang diberikan oleh Mr.Lala sungguh menjadi trending topik didalam pikiran dan hati saya.
Kita ketahui bahwa sejarah Papua tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia.  Papua adalah sebuah pulau yang terletak disebelah Utara Australia dan merupakan bagian dari wilayah timur Indonesia.  Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara.  Papua merupakan pulau terbesar ke-dua di dunia setelah Greeland.

Sebelum kita membahas lebih dalam lagi tentang sejarah Papua.  Saya akan menceritakan aktivitas kami PBI-A selama 2 minggu istirahat tanpa tugas.  Akan tetapi, kami tetap berdiskusi dan belajar dalam mata kuliah writing.  Kami membuat group membaca yang terdiri dari 5 orang anggota.  Pembahasan yang harus kit abaca adalah sebuah artikel dengan judul “ Do Not Use Your Data As a Pillow “.  Anggota kelompok kami terdiri dari, Ade, Dwi,Endah,Fitri dan saya sendiri Desi.
Setiap anggota harus membaca artikel tersebut, kemudian setiap anggota berargument dari setiap kalimatnya.  Pada diskusi yang pertama ini kami hanya membahas 4 paragraf.  Sebelumnya kami membahs tentang kenpa didalam judul artikel tersebut ada kata “pillow”.  Kamipun membahas dan setiap anggota berargument tentang judul tersebut.  Berikut argument dari kami:
ü  Ade : Data itu harus di informasikan
ü  Dwi : Data itu jangan digunakan pada saat dibutuhkan saja
ü  Endah : Data itu jangan disimpan sendiri jangan biarkan data mengusang
ü  Fitri : Data yang sudah dibuat harus bisa disampaikan kepada khalayak
ü  Desi : Data jangan dijadikan sebagai sandaran saja harus bisa dikembangkan
Dapat disimpulkan bahwa sebuah data jangan hanya digunakan pada saat diperlukan saja dan dibiarkan saja, data tersebut harus bisa di informasikan dengan baik.
Setelah membahas judul dari artikel tersebut, kami membaca dan menganalisis artikel perkalimat.  Setiap anggota kelompok berargumen perkalimat.  Kami baru menganalisis 4 paragraf dan itu masih banyak lagi paragraph yang harus kami analisis.  Maih ada 45 paragraf lagi yang menanti kami.
Inilah proses belajar kami dalam membahas artikel menegenai Papua.  Sehingga dapat dipaparkan bahwa data adalah sesuatau yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan.  Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, bahasa, atau symbol lainnyayang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian atau suatu konsep.
(Lehtonen, 2000), “ In the current culture that is imbued with mechanically, electronically, and digitally duplicated sounds and pictures, the term ‘text’ covers all the products that make the formation of meanings possible”.  Dijelaskan bahwa dalam budaya saat ini yang dijiwai dengan mekanis, elektronik, dan digital, duplikasi suara dan gambar, diistilahkan sebagai ‘teks’ mencangkup semua yang membentuk makna atau arti.  Kamipun belanjut kepembahasan berikutnya yaitu, tentang PAPUA.  Ada beberapa informasi yang harus dijelaskan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada “Trivia Quiz”, tepatnya tentang Papua.
Papua Barat (sebelumnya irian jaya barat) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat pulau Papua.  Ibu kotanya adalah Manokwari.  Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam UUndang-undang No.45 Tahun 2007tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat.  Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.  Wilayah provinsi ini mencakupkawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan disekelilingnya.  Provinsi Papua Barat ini meski dijadikan provinsi sendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya.
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur Irian Jaya.  Antara Papua dan Irian Jaya sebenarnya terdiri dari satu wilayah yang sama.  Pada masa pemerintah colonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nenerlands Niew-Guinea atau Dutch New Guinea).  Setelah bergabung dan berada dibawah penguasaan Indonesia, dikenal sebagai Irian Barat sejak 1969-1973.  Kemudian oleh Soeharto diganti Irian Jaya yang tetap resmi hingga tahun 2002.  Sedangkan UU No.21 Tahun 2001 (otonomi khusus Papua) diganti menjadi Papua.  Pada tahun 2003 dibagi ke 2 wilayah :
1.      Bagian timur : Papua
2.      Bagian barat : Irian Jaya Barat
Pada 2004 dari Irian Jaya Barat menjadi Papua Barat (West Papua).  Nama ini yang sering digunakan OPM (Gerakan separatis) untuk memisahkan diri dari NKRI.
Mungkin perbedaannya hanya terdapat pada makna dari kata PAPUA & IRIAN JAYA itu sendiri, yaitu; kepanjangan “IRIAN” yang oleh kelompok separatis diplesetkan menjadi “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”, yang tak lain hanya gosip. “IRIAN” adalah nama yang diusulkan oleh seorang pejuang Papua, Frans Kaisiepo, yang berarti “Sinar yang menghalau kabut”, diambil dari bahasa salah satu suku di Irian.
Di Irian, terdapat 244 suku dengan 93 bahasa lokal. Kata “PAPUA” yang menggantikan “IRIAN” malah justru mempunyai konotasi yang buruk, karena berarti “Daerah hitam tempat perbudakan”. Ironisnya, versi kaum separatis, nama itu lebih disukai karena dianggap memberikan semangat kepada perjuangan kemerdekaan mereka.
Pada tahun 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan atas Hindia Belanda ke Indonesia.  Namun,  pada tahun 1961, elit baru yg terdidik dari papua barat, dipandu oleh Belanda suatu legislatif nasional, disebut New Guinea dibentuk, serta sebuah bendera (bintang kejora, Bintang putih tunggal berlatar warna merah yang di sisinya tergurat tujuh garis biru dan enam garis putih horizontal, mewakili jumlah distrik dalam provinsi Papua Barat) dan lagu nasional dikenalkan (hai tanah ku papua). Ini dikibarkan secara resmi pada 1 desember 1961.  Inilah yang menjadi acuan para nasionalis papua barat untuk legitimasi lahirnya kemerdekaan Papua Barat OPM.
OPM pada awalnya adalah reaksi orang-orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 1963. Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar, Manokwari 26 Juli 1965.  Dipimpin oleh Johannes Djaumbuani dengan kekuatan 400 orang(Papua menggugat, 2006).  OPM dibiayai oleh Amerika Serikat.
            Oleh karena tindakan tersebut, Soekarno khawatir atas pengklaiman wilayah papua oleh belanda.  Maka pada 19 desember 1961, di Yogyakarta.  Soekarno berpidato yang isinya lebih dikenal dengan trikora.
(a) bubarkan pembentukan negara boneka Irian Barat buatan Belanda;
(b) kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat; dan
(c) persiapkan mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan bangsa.
Ir. Soekarno setelah mencetuskan Trikora, kemudian membentuk komando MANDALA ynag dikomandani oleh Mayjen Soeharto.  Tugas dari komando ini adalah, merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan, operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.  Soeharto menerapkan strategi infiltrasi (penyusupan), eksploitasi dan konsilidasi.
Lebih banyak orang mengenal Papua karena kekayaan alamnya. Salah satunya adalah kekayaan tambang bawah tanah. Kekayaan alam yang melimpah di Papua  membuat banyak pihak. Tujuan dari Belanda(negara-negara lain)  ingin menguasai Papua adalah karena kekayaan alam yang dimilki oleh alam Papua.  Seperti yang dikatakan oleh Noam Chomsky “Amerika Serikat dan Australia sebagai aktor utama dibalik skandal Papua Barat karena kepentingan atas sumberdaya alam di Papua Barat. Indonesia, hanyalah sebuah negara yang disupport oleh Amerika Serikat untuk menjalankan skandal tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Timor Leste yang “dimainkan” oleh Australia.”
            OPM dibentuk 2 tahun kemudian setelah pada tahun 1962-1963 wilayah Papua barat di pegang kekusaan sementara oleh UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority).  Tepatnya pada 26 juli 1965 bendera OPM dikibarkan.  Namun ini berhasil digagalkan, papua jatuh ditangan Indonesia kembali atas kepemimpina Mayjen Soeharto.
            Diakhir pertanyaan Trivia Quiz ada pertanyaan seperti ini, Will you personally support Papua to become a newly separated country? Why ?
            Jika membawa jiwa nasionalis Indonesia, tentu saja saya tidak setuju dengan pembentukan Negara baru Papua.  Walau bagaimanapun sejarah Papua Barat dalam hal hubungannya dengan bangsa-bangsa lain yang mendiami kepulauan nusantara sangat penting, karena apabila kita berbicara mengenai sejarah Indonesia kurang lengkap rasanya jika tidak membahas tentang Papua, karena ternyata sejarah Papua semenjak wilayah tersebut dibicarakan dalam sejarah selalu berkaitan dengan wilayah-wilayah lain di nusantara yang akhairnya secara bersama-sama membentuk Negara Indonesia.  Kalau samapai Papua hilang, hialng jualah ujung NKRI.
            Namun, jika membaca informasi-informasi mengenai kenyataan tentang Papua, apa yang sebenarmya terjadi, apa yang mereka rasakan, apa keinginan mereka dan sebagainya, miris.  Mereka hanya ingin hidup tanpa tekanan dan penindasan.  Beberapa tinta hitam Indonesia yang telah ditorehkan terhadap Papua :
1.      Hak asasi manusia diserang terus menerus
2.      Eksploitasi sumber daya
3.      Pendekatan Militer/Keamanan yang berlaku
4.      Kebebasan berekspresi diabaikan

Jika benar itu semua yang terjadi, jiwa nasionalisme pun luntur.  mungkin apa yang mereka perjuangkan benar.  Pantas saja jika mereka menginginkan kemerdekaan, karena di negara merdeka yang ia tinggali saat ini, mereka tetaplah terjajah.  Terjajah oleh kediktatoran para penguasa Mereka berhak hidup dengan kepemilikan kekayaan yang mereka miliki, dengan hak-hak mereka.  Indonesia, jika ingin Papua menjadi bagian dari kita.  Rangkul.  Jaga.  Lindungi mereka.
Trivia Quiz tersebut sangat berhubungan dengan tugas kami untuk membuat argumentative essay mengenai Papua.  Sebelumnya ketika Mr. Lala masuk ke kelas pada hari jum’at, beliau sedikit menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan argumentative essay.  Ketika mendengar esai argumentatif sempat saya bingung dan ingin menegtahui banyak tentang esai argumentatif.  Esai argumentatif berbeda dengan tulisan ekspositori.  Kedua sangat berbeda.  Mari kita pelajari apa itu argumentative essay.
Essay argumentative adalah jenis penulisan yang mengharuskan kita untuk menyelidiki suatu topic, mengumpulkan, menghasilkan dan mengevaluasi bukti dan membangun posisi pada yopik secara ringkas.  Ada perbedaan antara esai argumentatif dan esai ekspositori.  Keduanya adalah jenis yang serupa.  Tetapi esai argumentatif berbeda dari esai ekspositori dalam jumlah pra-menulis (invention) dan penelitian yang terlibat.  Esai argumentatif umumnya ditetapkan sebagai batu utama atau tugas akhir secara tertulis yang dalam waktu panjang, penelitian yang rinci.  Sedangkan esai ekspositori adalah melibatkan penelitian lebih sedikit dan waktu lebih singkat, biasanya untuk latihan menulis.
Menurut (FitzPatrick, 2005), menulis adalah hanya masalah memberikan informasi kepada pembaca.  Dalam menulis essay argumentatif kita harus bisa membujuk audiens untuk mempertimbangkan sudut pandang kita, walau pun mereka mungkin tidak seyuju dengan kita.  Hal ini memerlukan beberapa perawatan dan keterampilan, kita perlu menunjukkan respect karena menentang sudut pandang, kita harus memilih kosa kata dengan hati-hati, dan terutama kita harus menulis dengan jelas dan logis.
Contohnya saja, misalnya kita akan membuat esai argumentatif mengenai Papua.  Hal yang harus kita lakukan, yaitu:
1.      Tentukan topic
2.      Batasi topic
3.      Analisis topic
Ingat sebelum membuat keputusan akhir tentang sudut pandang kita sendiri, ini merupakan ide yang baik untuk mengevaluasi kekuatan dan alas an apa yang telah mendukungnya.  Alas an yang kuat adalah salah satu yang dapat dipercaya, relevan dan penting.  Untuk menguji setiap alas an pada tulisan kita, kita tanyakan terlebih dahulu pada diri sendiri.
            Menulis pertanyaan tesis.  Pertanyaan tesis dari esai argumentatif harus berisi pendapat.  Pendapat biasanya dinyatakan dengan kata kerja modal “should” atau evaluative seperi “good” dan “bad”.  Sebuah pernyataan tesis yang lengkap juga mengandung “reasons” atau argument yang mendukung. Dibawah ini adalah stuktur esai argumentatif : Format dasar
1.      Introduction
2.      Body
·         First point and supporting info
·         Second point and supporting info
·         Third point and supporting info
3.      Conclusion

Outline of argumentative essay about Papua
Should the Nation Indonesia People Maintain Papua?
1.      Intoduction
§  Cendrawasih earth is part of the Indonesian family.
§  Papua has a good resource and many people know of Papua because of great natural. 
§  Papuan history is always associated with other regions in the country that are finally together form the Indonesian state.
2.      Body
-First Point: The historical background of Papua
-Second Point : Papua has a good resources
-Third Point : Papua has cultural values
3.      Conclusion
In conclusion, Indonesia must be maintained Papua as part of NKRI.  If Papua lost, missing step that ends NKRI. Let’s keep them.
Pada minggu kemarin, saya dan teman-teman kembali berdiskusi untuk menyimpulkan artikel berhubungan dengan Papua, yaitu “Don’t use your data as pillow”.  Setelah 5 kali kami mendiskusikannya.  Inilah aktor-aktor dan pihak mana saja yang terkait.
1.      S.Eben Kirksey : penulis artikel
2.      Denny Yomaki : a human rights worker
3.      Telys Waropen : a member of komnas HAM, the National Human Right
4.      John Rumbiak : a Papuan human right
5.      Jack Grimston : editor asing
6.      Viktor Kaiseipo : aktifis kemerdekaan Papua
7.      Dr.Byon Grote : CFO (Chief Financial Officer)
8.      John O’Reilly : was BP’s senior vice president for Indonesia
9.      Richard Gozney : british ambassador
10.  Polisi Indonesia
11.  Militer Indonesia
12.  Pejuang kemerdekaan (OPM)
13.  Double agen
14.  BP (British Petroleum)
15.  Pemerintah Indonesia
16.  Pemerintah inggris
17.  Pemerintah amerika serikat
Berikut ini kesimpulan dari setiap paragraf dari artikel “Don’t Use Your Data As a Pillow” yaitu:
PARAGRAF 1
Denny Yomaki menyelenggarakan pesta sederhana untuk merayakan akhir penelitian S. Eben Kirksey pada bulan Mei 2003.
PARAGRAF 2
Pada tahun 1998 S. Eben Kirksey pertama kali datang ke Papua umtuk meneliti kekeringan El Nino untuk tesis sarjananya di New College of Florida. Setelah Papua merdeka dari kolonialisme Belanda, muncullah keinginan Papua untuk merdeka dari Indonesia.
PARAGRAF 3
Banyak pembantaian yang dilakukan oleh para militer Indonesia terhadap mahasiswa dan puluhan demonstran di Papua. Militer Indonesia dikirim sebanyak 50. 000 ke Papua.
PARAGRAF 4
Eben membuat ulang perjalanannya menjadi catatan adat khas, cerita yang menggambarkan segala hal tentang konflik Papua dan keinginan merdeka. Eben mempelajari tentang kampanye teror yakni masyarakat Papua yang ingin merdeka dan nenek moyangnya yang mencuri moderenitas. Kemudian sebuah perusahan multi-nasional dan koprasi militer rahasia Indonesia memberi dukungan kepada aktivis kemerdekaan papua secara tidak terduga.  
PARAGRAF 5
Papua inginkan S. Eben untuk menjadi sekutu kolaborator potensial, kemudian aktivis hak asasi manusia mendorongnya untuk meneliti kampanye terror oleh pasukan keamanan Indonesia dengan mempelajari dimensi budaya kekerasan.
PARAGRAF 6
Setelah Denny berdoa untuk kesehatan semua, Eben dan Denny bertukar lelucon dalam logat Papua. Kemudian S. Eben mulai mengobrol dengan Telys Waropen, anggota Komnas HAM seorang penghasut muda yang usianya sama dengan Eben.
PARAGRAF 7
Waropen berasal dari Wasior tempat dimana operasi penyisiran penumpasan berada. Eben dan Denny mengunjungi wasior untuk menyelidiki rumor agen-agen militer Indonesia yang diam-diam mendukung milisi Papua.

PARAGRAF 8
Penelitiannya berlangsung dalam pengawasan intens. S. Eben dan Denny  mencari narasumber yang benar-benar ingin diwawancarai oleh mereka dengan menggunakan protokol yang rumit untuk melindungi identitas narasumbernya.
PARAGRAF 9
Agenda penelitian awalnya mereka ingin mewawancarai kepala suku yang terkenal didekat pegunungan yang memprediksi akan ada gempa bumi di Jawa yang akan menenggak pesawat yang membawa militer Indonesia. Tetapi mereka tidak mengambil resiko tersebut.
PARAGRAF 10
Beberapa minggu kemudian Eben melihat Telys Waropen sebagai sumber yang dapat membantu penelitiannya mengenai kepala suku. Hal ini karena Telys Waropen telah meneliti kepala suku di wasior untuk tesis sarjananya.
PARAGRAF 11
Eben meminta Waropen untuk melakukan wawancara dengannya dengan tidak akan mencantumkan narasumbernya. Waropen merasa heran karena Eben tidak akan mencantumkan identitas narasumbernya karena Waropen beranggapan bahwa sumber yang kredibel atau sah itu adalah sumber yang jelas identitas narasumbernya. Hal ini pun membuat Eben bingung untuk menjawabnya.
PARAGRAF 12
Rekan-rekan serta mentor memberi saran informal kepada Eben untuk menyimpan semua identitas dari narasumbernya. Di negaranya, penelitian yang menggunakan prosedur wawancara dibebaskan dari identitas pribadi narasumbernya. Hal ini untuk menghindari omong kosong birokrasi yang ada dan  menjaga kehidupan yang ditaruhkannya.

PARAGRAF 13
Sumber yang tidak beridentitas dipandang mencurigakan dan sebuah misteri bagi pembaca surat kabar dan majalah. Sebenarnya, seorang jurnalis dan editor mempunyai pedoman untuk menentukan kapan harus menggunakan sumber yang tidak beridentitas. Hal ini untuk menjaga pembuatan berita yang tidak etis dan mencegah terjadinya pencemaran nama baik.
PARAGRAF 14
Eben menjelaskan kehandalan datanya dengan menunjukkan wawasan dari kritik kebudayaan dan teori post struktural mampu memberikan pandangan yang baru mengenai konflik di Papua Barat. Akan tetapi, berita yang belum jelas kebenarannya dapat menimbulkan rasa takut dan juga sebuah teror. Waropen ingin melihat anggota keamanan dituntut di pengadilan Indonesia dan ia melihat Eben sebagai sekutu yang berpotensi.
PARAGRAF 15
Data tidak boleh hanya digunakan ketika seseorang membutuhkannya saja. Data bukanlah sebuah sandaran pendukung yang mereka butuhkan saja. Jangan juga menggunakan data sebagai sebuah kepentingan pribadi tapi gunakanlah data dengan sebenarnya. Jangan hanya menggunakan data sebagai keberhasilan penelitian seseorang.
PARAGRAF 16
Waropen yang memprovokasi Eben menjadi seorang yang ahli di bidang regional (mengetahui seluk-beluk Papua). Namun para ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang mereka pelajari.  Setiap isu yang termuat dalam New York Times menggambarkan bahwa kebanyakan orang kuno sebagai ahli regional, para media ini tidak terganggu oleh kritik yang dihasilkan oleh pembaca.

PARAGRAF 17
Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali mengenai data dalam antropologi budaya. Ia mendorong Eben agar lebih baik dan otoriatif sebagai penerjemah. Kemudian Eben terdorong menerjemahkan bentuk yang kurang terwakili oleh pengetahuan ke dalam bacaan narasi sebagai efeksetelah melkaukan perdebatan bersama Waropen.
PARAGRAF 18
Waropen tidak menerima Publikasi sederhana yang ditemukan Eben dalam jurnal peer-review dan menggunakan datanya untuk memajukan peluang professional ia sendiri. Ketika pertemuannya dengan Waropen terjadi, ia sudah menerbitkan sejumlah artikel koran tentang Papua Barat.  Sehingga Waropen meminta Eben mempublikasikan mengenai hal-hal yang terjadi di Papua dunia.
PARAGRAF 19
British Petroleum menghabiskan lebih dari 100 juta poundsterling untuk mengubah citra dirinya sebagai Beyond Petroleum. BP baru saja mulai mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan lebih dari $ 198.000.000.000 (Vidal 2008). Ternyata ada kabar bahwa agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan perlindungan kontrak perusahaan tersebut.
PARAGRAF 20
Di Wasior, Eben berhasil mengamankan wawancara dengan double-agen Papua “pejuang kemerdekan” dengan hubungan dugaan militer. Melalui wawancara yang telah Eben rekam yang ternyata double agen telah membunuh para perwira polisi indonesia dan mendapat dukungan logistik dan intelejen dari militer Indonesia. Dari wawancara yang telah Eben lakukan, dia berhasil membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di wasior untuk proyek BP. 
PARAGRAF 21
Pada akhir Mei 2003 John Rumbiak meminta Eben menghadiri pertemuan di London (markas BP) dengan Dr.Byron Rote (Chief Financial Officer).  John Rumbiak meminta Eben untuk bergabung dalam pertemuan yang membahas tentang kekerasan milisi di Wasior. Berkat bantuan Waropen, Rumbiak menjadikan Eben sebagai saksi yang dapat diandalkan mengenai segala sesuatu tentang Papua Barat.
PARAGRAF 22
Eben bertemu dengan Rumbiak di warung kopi sebelum ia  menghadiri pertemuan di markas BP di London. Ketika di perjalanan Eben menyadari pertemuan sebelumnya dengan Rumbiak, kemudian mereka bertukar cerita, namun mereka tersesat dalam perjalanan ke BP.
PARAGRAF 23
Setelah Eben dan Rumbiak berhasil menemukan gedung BP, mereka melewati beberapa pemeriksaan dan harus menunjukkan lencana pengunjung. Kemudian mereka memasuki lift dan bertemu dengan CFO Byron Grote dan Jhon O’Reilly. O’Reilly adalah Senior Vice President BP untuk Indonesia, tiba-tiba Eben merasa canggung ketika bertemu dengannya. 
PARAGRAF 24
Eben, Rumbiak, O’Relly dan Grote berdiskusi dalam pertemuan tersebut, kemudian Dr. Grote merasa percakapan mereka tak perlu direkam.  Namun menurut Rumbiak hal itu tidak mungkin karena rakyat Papua ingin tahu apa yang dibicarakan.  Waropen juga mengatakan bahwa 80% pendapatan Papua untuk melindungi perusahaan dan kebijakan BP untuk mencegah perusahaan lain di Indonesia mengikuti BP.


PARAGRAF 25
Dr. Grote mengatakan bahwa kekerasan adalah sesuatu yang buruk bagi sebuah bisnis, masyarakat yang terbuka justru menciptakan lingkungan bisnis yang tumbuh subur.  Mereka berdiskusi tentang rencana untuk mengesampingkan militer Indonesia di papua Barat dengan kebijakan keamanan berbasis masyarakat, karena bekerja di Papua Barat adalah sebuah tantangan yang besar.
PARAGRAF 26
S. Eben Kirksey dipinta Rumbiak untuk hadir sebagai peneliti dari Wasior. Dia menceritakan tentang wawancaranya dengan anggota Milisi Papua yang takut hidup karena telah membunuh polisi Indonesia yang kejadiannya akan dijadikan sebagai alasan untuk meluncurkan operasi Isolat dan pemusnahan. Baik polisi dan militer inginkan kontrak perlindungan. Pembunuhan tersebut bertepatan pada saat John O’Reilly dan Richard Gozney (duta besar Inggris) berkunjung ke proyek Gas
PARAGRAF 27
O’Reilly menantang kemampuan Eben dan bertanya tentang wawancara yang telah dilakukan Eben kepada anggota milisi Indonesia secara explisit. Namun Eben gagal dalam mengungkap pelaku yang terlibat.
PARAGRAF 28
John Rumbiak melerai percakapan yang menyudutkan Eben dan mengalihkannya ke topik lain dimana polisi Indonesia dengan Milisi Papua melakukan persaingan sengit. Mereka saling menyerang dari satu cabang keamanan ke cabang lainnya.
PARAGRAF 29
Dalam menempuh dua minggu ke Wasior, anggota milisi membunuh petugas polisi pada bulan Februari 2001 yang melakukan pengintaian di dekat base camp perusahaan BP.
PARAGRAF 30
Pertemuan berikutnya, Dr. Grote datang. Setelah ia datang, Rumbiak dan eben buru-buru menyimpulkan percakapan tersebut. Kemudian Rumbiak meminta Dr. Grote dan O’reilly untuk membantu memastikan pelaku kekerasan di Wasior untuk dituntut.
PARAGRAF 31
John Rumbiak meminta S. Eben untuk mempublikan ke khalayak umum mengenai  penelitiannya di Wasior. John Rumbiak mengingatkan bahwa msereka harus mendapatkan cerita yang dipublikasikan di paper utama. Setelah mereka melakukan pertemuan di kantor pusat BP, mereka mengetahui rahasia mengenai perusahaan  telah mengingkari janjinya untuk tidak bekerja sama dengan pasukan keamanan Indonesia. Ebenpun memiliki kesempatan untuk mempublikasikannya di Sunday Times.
PARAGRAF 32
Jack Grimston seorang editor majalah asing- mengajak Eben untuk menjadi rekan kerjanya dalam menulis  artikel. Grimston tertarik terhadap tulisan Eben tetapi belum bisa memastikan mengenai penerbitannya. Editor dari surat kabar ingin mencetak anggota milisi yang membantu dalam pembunuhan polisi tetapi Eben tidak bisa menyebutkan nama sumber milisi tersebut karena khawatir hidup mereka akan berbahaya.
PARAGRAF 33
Eben dan Grimston bekerja melalui telepon untuk mengkonfirmasi kerjasama BP dengan pasukan keamanan. Cerita mengenai anggota milisi hanya diulas secara sepintas. Dimana perusahaan terbesar britain, BP telah merampas kelompok-kelompok hak asasi manusia dengan terlibatnya mereka dengan pasukan keamanan brutal dalam upaya untuk melindungi 28 Miliar Pounsterling. Perusahaan ini menggunakan petugas dari BRIMOB. BP mengatakan kebijakan keamanan dirancang untuk meminimalkan keterlibatan militer.
PARAGRAF 34
            Eben telah membantu menjelaskan informasi ke dalam jenis refortasi. Ini membuktikan pendapat Dona bahwa pengetahuan dapat dilihat dari berbagai sudut manapun.
PARAGRAF 35
            Eben mencoba menantang ide-ide Haraway mengenai pengetahuan sangatlah berbeda. Dalam artikel Sunday Times, ada hal-hal yang hilang tentang apa yang terjadi tentang Papua sehingga hal ini membuat dirinya bergulat dengan ide-ide Haraway.
PARAGRAF 36
            Telys Waropen tidak mengucapkan selamat kepada Eben atas terbitnya artikel Sunday Time.  Eben berpikir bahwa cerita yang ditulisnya dapat berguna bagi pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keailan bagi para korban pelanggaran HAM di Wasior. Eben tidak mampu mengabulkan keinginan Waropen untuk menulis sumber yang tidak anonim dalam artikel yang ditulisnya.
PARAGRAF 37
            Eben di sambut hangat oleh orang Papua yang menentang BP, mereka melihat BP sebagai sekutu.  Padahal pada kongres 2000, ratusan delegasi bersatu dan telah didanai oleh BP, empat presidium dewan Papua mendapatkan uang dari BP untuk akomodasi, transportasi dan tempat pertemuan.
PARAGRAF 38
            Eben berpartisipasi dalam percakapan publik antara BP dan anggota presidium dewan Papua.  Eben dijadwalkan wawancara dengan radio BBC mengenai kebijakan keamanan berbasis komunitas BP. Viktor Kaiseipo (seorang aktivis kemerdekaan papua yang hidup di pengasingan Belanda) akan hadir dalam program tersebut yang akan disiarkan secara langsung.
PARAGRAF 39
            Sebelum wawancara di radio BBC dimulai, Eben mempersiapkan bukti mengenai agen militer Indonesia yang memicu kekerasan di dekat lokasi proyek BP.  Eben menyatakan bahwa BP telah mengingkari janji mereka agar tidak bekerja sama dengan keamanan Indonesia. Viktor Kaiseipo hanya mengomentari tentang proyek BP  secara keseluruhan, namun Eben kesulitan untuk menggambarkan pandangan dari Kaiseipo yang menentang proyek gas BP.
PARAGRAF 40
            Eben telah mengetahui Viktor Kaiseipo setahun sebelumnya. Setelah program radio BBC Kaiseipo mengirim email kepada Eben. Kaiseipo menyukai isu yang dikemukakannya yaitu mengenai isue BP dan ini shenanigans militer. Kaiseipo menginginkan agar Eben mau bekerjasama dalam melanjutkan proyek BP dan menghentikan kekerasan militer yang ada.
PARAGRAF 41
            John Rumbiak dan rekannya melakukan penelitian kolaborasi dari Dewan Presidium Papua dan pemimpin kemerdekaan terkemuka lainnya.  Sedangkan Eben semakin memahami keterlibatan yang bersifat tak terduga, yakni menjadi sekutu dengan gerakan fraksi tertentu.
PARAGRAF 42
            Untuk menghadapi kepungan kekuatan besar, para aktivis mengajarkan Eben tentang pentingnya kemenangan tambahan dan parsial.  Ia bergabung dengan para aktivis Papua sebagai perwakilan pemerintah di Washington, London, dan Jakarta. Selanjutnya ia mempelajari penguasaan arsitektur agar presentasi yang ia sampaikan untuk para pejabat menjadi menarik.
PARAGRAF 43
            Peranan Eben sebagai advokat membuat ia mampu berpikir jernih tentang mengapa ia harus menulis dan untuk siapa ia menulis.  Kemudian ia menerjemahkan laporan HAM berbahasa Indonesia selama berjam-jam dengan harapan tulisannya akan dibaca oleh segelintir pejabat kunci pemerintah.

PARAGRAF 44
            Charles Hale yang menggunakan bentuk pengumpulan data dengan teliti, metode analisis kausal, dan program kartografi berbasis komputer baru untuk membantu perjuangan politik yang lemah.  Dialah yang telah menyerukan pemikiran ulang mengenai pendekatan untuk “aktivis” antropologi. 
PARAGRAF 45
            Salah satu cara menghindari disonansi kognitif ialah pendekatan-pendekatan lain terhadap politik pengetahuan.  Sandra Harding menuliskan bahwa “strategi untuk memaksimalkan objektivitas hasil penelitian yang empiris terlalu lemas atau kurang efektif” (1996:241).  Harding berpendapat proyek penelitian yang dipandu menghasilkan klaim lebih kuat untuk pengetahuan dari yang dipandu ilusi oleh nilai-netralitas.
PARAGRAF 46
Projek Eben yang menggabungkan aliran empirisme dengan sebuah komitmen bertujuan agar bisa mendengarkan narasi struktur yang setengah-setengah. Para intelektual di Papua selalu meminta Eben menjadi sekutu. Tantangan yang terang-terangan menjadi peluang  untuk refleksi kritis mereka (para intelektual) bahkan pada saat mereka mengenakan pajak sumber daya alam pada Eben untuk penelitian emosional dan intelektualnya.
PARAGRAF 47
Teori “God Trick” (Harding 2004:128) tersebut membangun paradigma mereka bahwa mereka bisa membuat tipuan, mereka juga bisa bermain dengan tipuan tuhan. Akan tetapi untuk menghindari godaan tersebut kita harus melihat segala sesuatu dari sisi baik dan membicarakan pengetahuan dengan suara otoritas.
PARAGRAF 48
Menciptakan antropologi berarti siap untuk melakukan penelitian dan tuntutan multi-arah untuk sebuah akuntabilitas-dari para pemberi informasi. Eben belajar untuk mengikuti standar epistemologi yang beroperasi pada ranah yang berbeda, dan menjadikan itu sebagai mediasi diantara sistem dari yang diketahui, untuk menghasilkan klaim pengetahuan yang terus melekat.
PARAGRAF 49
Eben menyelesaikan essainya bulan November 2007, Eben merevisi dan menyelesaikan desertasinya untuk meraih Ph.D. Dalam proyeknya, Eben merubah beberapa aliran dan bentuk narasi seperti: perumpamaan adat, realisme figural, etnografi, sejarah lisan, dan ingatan.
Banyak sekali konflik yang terdapat pada artikel tersebut yang menceritakan seorang mahasiswa yang bernama Eben untuk melakukan penelitian di Papua.  Akan tetapi banyak kejadian yang tak terduga dan membuat Eben semakin kuat untuk melanjutkan penelitiannya yang sangat mendebarkan hati yaitu tentang Papua.
Artikel tersebut sangat berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh Mr.Lala kepada kami untuk membuat essay argumentative mengenai Papua.
Kesimpulan yang dapat saya ambil, suatu argumentatif esai harus benar-benar dari bukti yang dapat menghasilkan data yang dapat membuat para pembaca puas dan dapat mengambil suatu sudut pandang yang dapat membangun esai yang kita buat.  Dicontohkan seperti kita membuat esai argumentatif mengenai Papua, kita ketahui bahwa sejarah Papua tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia, namun adanya pola kedaerahan yang dapat menyisakan satu daerah yang belum tuntas penyelesaiannya daerah tersebut yaitu Papua.





Reference
http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat
Lehtonen, M. (2000). The cultural analysis of text. London: Sage publication.
Iry, Ans Gregory da. 2009.  Dari Papua Meneropong Indonesia.  Grasindo.
LIPI.  2006.  Jurnal Penelitian Politik : PAPUA MENGGUGAT.
http://tangisantanah.blogspot.com/2009/05/sejarah-opm-organisasi-papua-merdeka.html













     
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment