Haruskan Bumi Cendrawasih Merdeka? (Class Review 8)



Haruskan Bumi Cendrawasih Merdeka?

Argumentative Essay
Argumentative essay adalah kata yang sudah tidak asing lagi didengar oleh sebagian orang . mendengar kata “argumentative” ini terkadang sulit untuk membedakannya dengan expository dan exposition. Ketiga jenis ini sebenarnya hampir sama. Akan tetapi argumentative essay lebih menggunakan penelitian  secata detail atau terperinci, dimana argumentatiave essay sangat mementingkan data didalam penulisannya.

Data diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian atau research adalah mengeksplorasi sesuatu yang jauh dari kita untuk mengetahui pengetahuan. Data tersebut akan diteliti atau dikembangkan untuk mengetahui fenomena yanga terjadi atau diteliti. Lalu apa sebenarnya argumentative essay? Argumentative essay adalah sebuah jenis penulisan yang mengharuskan untuk menyelidiki sebuah topik dan membangun sebuah posisi dalam topik secara ringkas dan jelas. Topik disini harus dikumpulkan, dikembangkan dan ditelaah bukti-bukti mengenai topik tersebut.
Writing adalah masalah memberikan informasi kepada pembaca. Didalam menulis argumentative essay, penulis harus bisa membujuk atau mempengaruhi pembaca untuk mempertimbangkan sudut pandang yang disuguhkan penulis. Argumentative ini termasuk kedalam teks persuasi. Penulis harus bisa mempengaruhi pembaca tentang sudut pandangnya walaupun terkadang pembaca mungkin akan tidak setuju dengan sudut pandang yang disajikan tersebut. Untuk membujuk atau mempengaruhi pembaca sangatlah sulit. Oleh karena itu, penulis harus menyuguhkan perhatian dan keterampilan diantaranya:
1.      Penulis perlu menunjukkan rasa hormat terhadap sudut pandang yang berbeda atau berlawanan.
2.      Penulis harus memilih kosakata dengan hati-hati atau selektif.
3.      Penulis harus menulis secra jelas atau logis.
Dalam menulis argumentative essay adalah “choose a topic”. Setelah itu, ada beberapa hal yang harus diperhaatikan adalah:
·         Define the topic
Beberapa topik memerlukan definisi. Penulis diminta untuk dapat mendefinisikan topik yang telah dipilih.
·         Limit the topic
Topik yang dijelaskan pada argumentative essay perlu limitin atan terbatas.
·         Analyse the topic
Sebelum penulis memutuskan sudut pandang mengenai topik tersebut, ia harus menganalisis topik atau masalahnya secara menyeluruh. Topik argumentative memiliki dua sudut pandang yaitu for dan againts. Untuk memilih sudut pandang tersebut dapat dinyatakan dengan yes/no question.
·         Write the thesis statement
Thesis statement dalam argumentative essay harus berisi sebuah opino. Opini selalu diungkapkan dengan modal verb should atau evaluative seperti good and bad. Sebuah thesis statement yang lengkap juga berisi alasan (reason) atau argumen pendukung (supporting argument).
Format dasar dari argumentative essay yaitu:
1.      Introduction
2.      Body paragraph
·         First point and supporting info
·         Second point and supporting info
·         Third point and supporting info
3.      Conclusion
Papua Barat (West Papua)
Pulau Papua merupakan pulau terbesar kedua didunia setelah Greenland. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Sekitar 47% wilayah pulau ini merupakan bagian dari Indonesia yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya dan sampai akhirnya dikenal Papua.
Papua Barat sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia Belanda.
Papua Barat pada awalnya bernama Provinsi Irian Jaya Barat. Perubahan Irian Jaya Barat menjadi Papua Barat bertepatan dengan peringatan realisasi pemekaran provinsi Irian Jaya Barat pada 6 Februaru 2005. Pemakaian nama provinsi Papua Barat secara resmi digunakan pada Rabu, 7 Februari 2007. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal Nugini Belanda. Setelah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto dan digunakan hingga 2002. Pada 2003, berdasarkan UU No. 21 tahun 2001 namanya diganti menjadi Provinsi Irian Jaya Barat dan setahun kemudian diganti menjadi Papua Barat hingga sekarang.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.
Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73E Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956. Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mencetuskan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. TRIKORA muncul karena adanya kekecewaan dari pihak Indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan Irian Barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Isi dari TRIOKORA yaitu:
1.    Gagalkan pembentukan Negara Papua buatan kolonial Belanda.
2.    Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indinesia.
3.    Bersiaplah untuk mobilitas umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air Indonesia.
Setalah bebas dari Belanda, keinginan Papua Barat untuk merdeka semakin kuat. Apalagi OPM yang memang menginginkan kemerdekaan Papua dari negara Indonesia yang dinggap penjajah dari tanh Papua. Organisasi Papua Merdeka (OPM) didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.



Provinsi Papua mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata. Mutiara dan rumput laut dihasilkan di kabupaten Raja Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut kain Timor dihasilkan di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di kabupaten Fak-Fak serta beragam potensi lainnya. Selain itu wisata alam juga menjadi salah satu andalan Irian Jaya Barat, seperti Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini membentang dari timur Semenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di kawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.
Setelah membahas singkat mengenai Papua Barat, kita diminta untuk membaca dan mendiskusikan  sebuah artikel yang berjudul do not use your data as a pillow” karangan S. Eben Kirksey. Sejarah singkat Papua Barat ini merupakan dasar untuk memahami artikel tersebut. Diskusi pertama yaitu mengenai judul dari artikel tersebut. Kesimpulan dari diskusi tersebut mengenai “do not use your data as a pillow” adalah data yang dimiliki seseorang harus digunakan degan baik dan di informasikan ke khalayak umum. Dilanjutkan dengan diskusi mengenai kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dari artikel ini. Kesimpulan dari setiap paragrafnya yaitu:
PARAGRAF 1 : Denny Yomaki menyelenggarakan pesta sederhana untuk merayakan kepergian Eben pada Mei 2003.
PARAGRAF 2 : Eben pertama kali datang ke Papua Barat pada 1998, bertepatan dengan lengsernya presiden Soeharto.
PARAGRAF 3 : Banyak gerakan pembantaian yang dilakukan militer Indonesia terhadap mahasiswa dan para demonstran di Papua Barat.
PARAGRAF 4 : Eben menulis cerita perjalanannya ke Papua Barat dengan mencatat cerita adat khas orang Papua.
PARAGRAF 5 : Orang Papua menginginkan Eben untuk menjadi sekutu kemudian aktivis Papua mendorongnya untuk meneliti kampanye teror pasukan keamanan Papua.
PARAGRAF 6 :  Eben berbincang-bincang dengan Telys Waropen.
PARAGRAF 7 : Waropen berasal dari Wasior, tempat dimana polisi Indonesia melakukan Operasi Penyisiran dan Penumpasan.
PARAGRAF 8 : Eben dan Denny melakukan wawancara dengan narasumber yang ingin menceritakan kisahnya dengan menggunakan cara yang rumit agar identitas narasumber dapat terlindungi.
PARAGRAF 9 : Agenda dari penelitian untuk mewawancarai kepala suku terkenal di pegunungan gagal.
PARAGRAF 10 : Eben menganggap Waropen sebagai sumber penting yang dapat membantunya dalam penelitian mengenai kepala suku.
PARAGRAF 11 : Eben meminta Waropen untuk diwawancarai olehnya. Waropen merasa heran karena ia akan membuat hasil wawancara tersebut sebagai sumber yang anonim.
PARAGRAF 12 : Di negara Eben penelitian yang melibatkan prosedur wawancara surveyor dibebaskan dari identitas pribadi narasumbernya. Hal ini dilakukan untuk menghindari omong kosong birokrasi dan keamanan kehidupan mereka.
PARAGRAF 13 : Para pembaca surat kabar dan majalah memandang sumber yang anonim dengan rasa curiga dan penuh misteri.
PARAGRAF 14 : Eben menunjukkan kepada Eben mengenai keandalan datanya dengan menunjukkan wawasan dari kritik budaya serta teori pasca structural.
PARAGRAF 15 : Data bukanlah sebuah bantal. Jangan pernah menggunaka data sebagai sandaran yang hanya di gunakan saat Eben membutuhkannya dan dijadikan jembatan untuk profesional atau kepentingannya saja.
PARAGRAF 16 : Waropen memprovokasi Eben untuk menjadi seorang ahli regional.
PARAGRAF 17 : Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali mengenai data dalam antropologi budaya.
PARAGRAF 18 : Waropen tidak menerima publikasi yang ditulis Eben dalam jurnal peer-reviewnya.
PARAGRAF 19 : British Petroleum bekerjasama dengan anggota militer untuk  memprovokasi kekerasan antara milisi Papua dengan pejuang kemerdekaan  dalam upaya konvensional yang menguntungkan perlindungan kontrak BP.
PARAGRAF 20 : Eben berhasil membuktikan rumor keterlibatab BP denga  kekerasan yang terjadi di Wasior dengan melakukan wawancara dengan double-agent Papua.
PARAGRAF 21 : John Rumbiak meminta Eben menghadiri pertemuan di markas London BP dan menjadinya sebagai seorang saksi.
PARAGRAF 22 : Eben sudah pernah bertemu Rumbiak di warung kopi sebelum mereka bertemu di kantor pusat London.
PARAGRAF 23 : Eben dan Rumbiak bertemu dengan Dr. Grote dan John O’Reilly.
PARAGRAF 24 : Rakyat Papua ingin mengetahui apa yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut.
PARAGRAF 25 : Kekerasan adalah hal yang buruk bagi bisnis.
PARAGRAF 26 : Eben menceritakan tentang wawancaranya dengan anggota milisi Papua yang ketakutan karena telah membunuh sekelompok polisi Indonesia dengan bantuan agen militer Indonesia.
PARAGRAF 27 :. Eben gagal untuk menjelaskan keterlibatan para pelaku pembunuh  petugas polisi.
PARAGRAF 28 : Polisi Indonesia dan militer sering bersaing demi proyek BP dengan melakukan serangan.
PARAGRAF 29 : Perjalan polisi untuk melakukan pengintaian di dekat proyek BP  menyebabkan mereka banyak yang dibunuh oleh agen militer pada Februari 2001.
PARAGRAF 30 : Rumbiak meminta Dr. Grote dan O’Reilly untuk membantu memastikan pelaku kekerasan di Wasiot dituntut.
PARAGRAF 31 : Rumbiak meminta Eben untuk memberitahu publik mengenai penemuan di Wasior.
PARAGRAF 32 : John Grimston menelpon Eben untuk menjadi rekan kerjanya dalam menulis karena tertarik untuk mencetak nama pelaku yang membantu pembunuhan pejabat polisi.
PARAGRAF 33 : Grimston dan Eben  mengkonfirmasi kerja sama BP dengan pasukan keamanan secara terperinci.
PARAGRAF 34 : Eben membuktikan kutipan Dona Haraway mengenai pengetahuan dapat dilihat dari sudut pandang manapun.
PARAGRAF 35 : Eben mencoba menentang ide-ide Haraway mengenai pengetahuan.
PARAGRAF 36 : Eben beranggapan itu akan berguna sebagai usahanya untuk mendapatkan keadilan para korban pelanggaran HAM di Wasior.
PARAGRAF 37 : Orang Papua yang menentang proyek BP menyambut hangat kedatangan Eben sebagai ahli dalam gerakan kemerdekaan rakyat Papua.
PARAGRAF 38 : Eben diundang untuk mengisi acara di salah satu program radio BBC dengan tema BP dan anggota Presidium Dewan Papua.
PARAGRAF 39 : Eben menceritakan mengenai BP yang telah melanggar janjinya untuk tidak bekerjasama dengan pasukan keamanan militer.
PARAGRAF 40 : Kaiseipo menyapa Eben sebagai teman dan mengajaknya bekerja sama dalam upaya proyek BP untuk tetap berlanjut dan menghentikan kekerasan militer.
PARAGRAF 41 : John Rumbiak dan rekan dekat Papua yang lainya mendorong Eben untuk melakuakan penelitian kerja sama Dewan Presidium dan para pemimpin kemerdekaan terkemuka.
PARAGRAF 42 : Para aktivis mengajak Eben untuk bekerja sama dengan mereka. Hal ini menyebabkan Eben untuk bertemu dengan orang yang dapat menjadi sekutu yang berpotensial.
PARAGRAF 43 : Pekerjaannya sebagai seorang advokat membawa Eben berpikir jernih tentang tulisannya. Ia pun menerjemahkan laporan HAM untuk dapat menuliskan penelitiannya dan berharap dibaca oleh beberapa pejabat kunci pemerintahan.
PARAGRAF 44 : Kelompok-kelompok pribumi dapat didukung oleh para sarjana yang meneliti kelompok tersebut.
PARAGRAF 45 : Pendekatan lain terhadap politik pengetahuan menghindari ketidaksesuaian pengetahuan.
PARAGRAF 46 : Proyek Eben menganut ketelitian empiris (pengalaman) dengan komitmen akan mendengarkan cerita bagian yang terpinggirkan.
PARAGRAF 47 : Teori pendirian/ pandangan yang dikemukakan oleh Sandra Harding adalah berlawanan langsung dengan God Trick (rencana Tuhan).
PARAGRAF 48 : Dalam menciptakan sebuah antrolopogi, seseorang harus mampu menghadapi tuntutan dari berbagai arah
PARAGRAF 49 : Pada saat menyelesaikan essai penelitian ini pada November 2007, ia juga merevisi naskah sebagai sebuah buku.
Dari pemaparan setiap paragraf yang terdapat dalam artikel tersebut, maka para tokoh yang terlibat diantaranya adalah :
1.      Denny Yomaki, pekerja HAM.
2.      S. Eben Kirksey, antropolog yang melakukan penelitian di Wasior.
3.      Telys Waropen, anggota KOMNAS HAM.
4.      British Petroleum
5.      John Rumbiak, pekerja HAM
6.      Dr. Byron Grote, Chief Financial Officer.
7.      John O’Reilly, Senior Vice President BP.
8.      Richard Gozney, Duta Besar Inggris.
9.      Jack Grimston, Asisten Editor majalah The Sunday Times.
10.  Viktor Kaiseipo, Aktivis kemerdekaan Papua.
11.  Dewan Presidium Papua.
12.  Agen militer Indonesia.
13.  Milisi Papua.
14.  Rounded Rectangle: AmerikaPolisi Papua.
Peta Konsep
 
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment